Adria Taylor : "You just know my name. Not, my story. Even my future. So, shut the f*ck up!"
Lee Min Hyuk : "Tuhan, tolong beri aku kesabaran ekstra menghadapi wanita jelmaan Dewi Hera ini. Rasanya ingin aku membuangnya ke Tartarus saja"
Im Chang Ky...
Perempuan itu tak lagi muda. Kerutan halus di punggung tangannya terlihat samar. Jemari rapuh itu menusuri sebuah foto di tabloid. Betapa ayu nya sosok yang tengah ia amati di atas kertas glossy. Untuk ke sekian kalinya ia menangis. Sosok itu tak pernah bisa ia rengkuh dalam pelukannya lagi. Padahal ia begitu dekat, rasa rindu itu sungguh menyesakkan dadanya.
Tapi, secepat mungkin ia segera menghapus air matanya. Memasukkan benda itu ke laci yang berisi tumpukan majalah. Tak ada yang boleh melihatnya menangis seperti ini. Akan jadi masalah besar jika itu terjadi.
Bel rumah berbunyi nyaring. Sebelum membuka pintu. Ia terlebih dahulu menatap bayangan di cermin. Berusaha menyunggingkan senyum terbaiknya untuk menyambut seseorang di balik pintu.
"Eomma" panggil orang itu dengan senyuman yang membuat ia terlihat tampan.
"Chang Kyunnie sayang. Kau sudah pulang. Hmmph. Bau asap. Sebaiknya kau mandi" balas wanita itu melepas coat yang anak laki - lakinya pakai.
"Tadi wakil presdir dan fotografer kantor mengajakku makan daging. Eomma sudah makan?" tanya menyingsingkan lengan kemejanya untuk melepas arloji.
"Sudah sayang. Tidak perlu khawatir" wanita itu tersenyum.
Chang Kyun mendekat ke arah ibunya, pria itu sedikit membuka kedua kakinya untuk dapat menyejajarkan pandangannya ke wajah sang ibu.
"Eomma menangis lagi?" tanya Chang Kyun, wanita itu tak menghindari pandangan putranya. Tangan kanannya terulur untuk menyentuh pipi Chang Kyun.
"Kau harus memeriksakan matamu nak. Tampaknya sudah minus. Jelas sekali mata ibu dari dulu begini. Sayu" jelas sang ibu.
"Arraseoyooong. Aku akan mandi dulu. I love you mom" Chang Kyun memberi sebuah kecupan di pipi ibunya.
Chang Kyun sendiri mengehela nafas sembari melucuti pakaiannya satu per satu. Ibunya selalu berbohong sehabis menangis. Jelas sekali hidung ibunya memerah. Khas orang menangis dan sampai sekarang ibunya tak pernah berkata tentang apapun mengenai itu. Chang Kyun sudah tahu apa masalahnya. Karena bibinya telah terlebih dahulu menceritakannya pada Chang Kyun. Begitu tahu sumber kesedihan ibunya selama ini. Ia bertekad untuk melakukan sesuatu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Min Hyuk masih berada di dalam mobilnya. Ia tengah menelphon seseorang. Memberinya informasi yang hari ini ia dapat. Terdengar suara tawa renyah di ujung telephon.
"Ia mewarisi kemampuan itu dariku. Ah, terima kasih banyak nak. Selamat malam" orang itu terlebih dahulu menutup panggilan.
Min Hyuk mengacak rambut hitamnya menggunakan jemari. Ia memandangi rumah dengan lampu taman yang sangat indah. Tanpa sadar ia mengumpat, perasaannya campur aduk. Tapi, ini adalah suatu hal yang sudah menjadi keharusan.
"Hei. Tuan" seseorang mengetuk jendela mobilnya dengan suara berat.
"Kkamjagiya. Heh. Hampir saja aku mati kena serangan jantung" balas Min Hyuk memegangi dadanya. Jantungnya masih berdegup dengan kencang.