Adria Taylor : "You just know my name. Not, my story. Even my future. So, shut the f*ck up!"
Lee Min Hyuk : "Tuhan, tolong beri aku kesabaran ekstra menghadapi wanita jelmaan Dewi Hera ini. Rasanya ingin aku membuangnya ke Tartarus saja"
Im Chang Ky...
Adria menilik jam tangannya, kemana perginya Lee Min Hyuk? Pria itu sudah berjanji untuk mengantarnya malah sekarang tidak ada. Ia segera mendial nomor handphone pria itu dengan cekatan.
"Di mana?"
"Kafe sebrang kantor"
Akhirnya Adria memutuskan untuk menyusul Min Hyuk kesana sekalian memesan Vanilla Latte dan Cheese Cake. Beberapa karyawan masih memberi Adria senyuman tiap kali mereka berpapasan dan itu membuat Adria merasa horor.
Adria mengetuk – ngetukkan ujung high heelsnya sembari menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Untungnya matahari tidak terlalu terik hari ini. Jadi keluar ruangan tidak terlalu menyiksa Adria. Seseorang menyentuh sikunya, saat ia menoleh. Adria mendapati seorang wanita tua tersenyum padanya. Ah, ia ingin Adria juga menyebrang zebra cross bersamanya.
Setelah berhasil menyebrang bersama, wanita itu meminta Adria untuk merendahkan tubuhnya. Lalu 'cup' sebuah kiss mendarat di pipinya. Adria tertawa, kemudian untuk pertama kalinya ia memeluk orang asing.
Ia tersenyum saat melihat kekasihnya tengah menikmati secangkir minuman dengan ekspresi yang sangat lovely. Tanpa pikir panjang Adria segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kafe.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Omo! Lihat – lihat, dia tertawa" Kata Joo Heon masih menggendong bayi yang baru berusia satu bulan itu dalam dekapannya.
"Aku tidak habis pikir kenapa ia repot – repot membuat asuransi pendidikan untuk Cherry. Bahkan preminya tidak kecil. Ini, ya ampun. Aku tidak mampu berkata apa – apa lagi" Kaisa sedari tadi memegangi bolpoint di tangan kanannya.
"Bukankah noona sudah pernah berjanji padamu untuk membiayai sekolah Cherry sampai ia kuliah? Ya wajar dong kalau ia menepati janjinya" Joo Heon menimang – nimang Cherry yang mulai terlihat gusar.
"Aku hanya bercanda waktu itu Joo" balas Kaisa.
"Kau bercanda dengan orang yang salah. Sudah tanda tangani saja, kalau tidak aku tidak boleh pulang malam ini. Yang benar saja noona" keluh Joo Heon.
"Ancaman yang khas dari seorang Adria Taylor. Huft. Entah bagaimana aku akan balas budi kalau begini" kata Kaisa sembari membubuhkan tanda tangannya.
"Dia tidak pernah mengharapkan balas budi. Uuh, dia mengantuk. Noona aku mau ke toilet. Aku kebelet" kata Joo Heon pada Kaisa yang segera mengambil alih bayi kecilnya dari tangan Joo Heon.
Kaisa menemukan map lain tak jauh dari tempat Joo Heon duduk tadi. Rasa keponya mendadak timbul. Lalu ia dengan cepat segera meraih cover dokumen berwarna abu – abu, kemudian membukanya. Ia paham betul apa dokumen ini. Hatinya mencelos begitu melihat siapa nama direktur di dokumen itu.
"Seharusnya dokumen itu aku bawa saja ke toilet" Joo Heon menghela nafas begitu tau Kaisa telah membaca dokumen lain yang ia bawa.
"Apa maksudnya ini Joo Heon? Siapa itu Park Chae Lin?" tanya Kaisa memegangi dokumen keputusan hasil rapat sekuler pemegang saham yang di laksanakan sebelum ia cuti dan ia tidak tahu menahu mengenai masalah ini.