Adria Taylor : "You just know my name. Not, my story. Even my future. So, shut the f*ck up!"
Lee Min Hyuk : "Tuhan, tolong beri aku kesabaran ekstra menghadapi wanita jelmaan Dewi Hera ini. Rasanya ingin aku membuangnya ke Tartarus saja"
Im Chang Ky...
Pagi itu Adria mematut dirinya di depan kaca yang berukuran sama dengan tinggi badannya. Hari ini ia memakai stelan hanbok modern dan ia sengaja mewarnai rambut sebahunya menjadi Ash Grey. Ia tersenyum, akhirnya hari ini datang juga. Mungkin akan menjadi sebuah kejutan bagi para karyawan Instyle Out yang sudah bersamanya semenjak perusahan di buka.
Sementara di kantor Instyle Out, para karyawan mempunyai pertanyaan yang sama. Kenapa di masing – masing meja mereka ada sebuah kotak berpita dengan secarik quotes di atasnya. Tak lama kemudian terdengar ketukan microphone yang menggema di tiap ruangan. Suara merdu yang menyapa mereka pagi ini adalah Kim Jae Hwan.
"Ehem, selamat pagi semuanya. Di karenakan Asisten Presdir hari ini tidak masuk. Aku di beri amanat untuk menyampaikan sesuatu pada kalian"
"Kotak bingkisan yang kalian temukan di atas meja kalian adalah hadiah dari Ibu Presdir karena kalian sudah bekerja keras selama ini dan kalian boleh membukanya saat ini juga. Aku harap kalian memberinya pelukan ketika ia sampai di kantor nanti sebagai ucapan terima kasih. Percayalah, ia tak akan marah hanya karena sebuah pelukan. Aku mengenalnya. Yasudah, have a good day all"
Setelah mengakhiri pengumumannya, para karyawan segera melihat apa isi dalam kotak itu. Mereka menatap satu sama lain dengan pandangan tak percaya. Mereka menemukan jam tangan Rolex rancangan terbaru dengan ukiran nama masing – masing dan itu sangat mahal. Satu lagi pertanyaan yang berputar di pikiran mereka mengenai hadiah yang Adria berikan.
"Apa maksud dan tujuan Adria memberi mereka hadiah seperti ini?"
Adria memang orang paling menyebalkan di dunia, ups, maksudnya di perusahaan ini. Menurut mereka itu wajar, karena ia adalah seorang Presiden Direktur. Walaupun kelakuannya itu sok, terkadang bossy dan agak ekstreem. Tapi, mereka tahu jika ibu bos mereka adalah orang yang baik. Tiap karyawan berulang tahun, ia selalu mengadakan makan besar. Walaupun ia sendiri tidak pernah ikut. Ia tak pernah menegur siapapun di meeting umum. Tapi, memuji di tempat ramai. Jika ada masalah yang tidak bisa di selesaikan oleh divisi manapun. Ia mampu menanganinya dengan baik.
Mungkin Adria jarang tersenyum, suaranya kencang dan sifatnya itu dapat menguji kesabaran siapa saja hingga ke puncaknya. Tapi, ia kenal betul seluruh karyawan serta permasalahan mereka. Tak hanya mengenal, Adria juga membantu mereka untuk mengatasinya. Walaupun ia tak pernah berkata, Kaisa selalu membocorkan misi peduli karyawan Adria pada yang bersangkutan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi itu, Adria sempat kebingungan ketika para karyawan memberinya pelukan ketika ia memasuki gedung. Ada yang memberinya bunga, coklat dan itu membuat Adria pusing. Joo Heon langsung menabraknya untuk sekedar memeluk.
"Apa yang kau lakukan?" Adria mendorong Joo Heon menjauh.
"Kau bahkan memberiku dan mong – mong jam tangan couple. So sweet sekali. Aku mencintaimu" Joo Heon merangkul Adria dan mencium pipinya.
"Hei. Apa kau sudah menemui Kaisa? Dokumen itu harus sudah selesai sebelum aku pergi" balas Adria.
"Rencananya siang ini aku akan ke rumahnya. Jangan khawatir" Joo Heon tersenyum, Adria mengangguk dan berpisah di koridor menuju ruangannya.
Tiba – tiba saja bucket bunga itu muncul di depannya saat membuka pintu, ia menemukan sebuah senyuman ketika menoleh ke arah tangan yang terulur. Adria menerimanya, kemudian tertawa kecil. Saat Min Hyuk menjulurkan kepalanya ke luar pintu untuk melihat keadaan. Lalu melumat bibir Adria dengan sangat bersemangat.
"Aigoo. Pacarku pagi ini cantik sekali. Ya ampun. Sebenarnya kau ini kenapa sih?" Min Hyuk membelai rambut Adria dengan sayang.
"Wae?" Adria tersenyum menatap kekasihnya.
"Bagaimana bisa orang yang dulu menyebalkan begitu menggemaskan seperti ini?" Min Hyuk memegangi kedua pipi Adria.
"Shut up!" Adria mencubit perut Min Hyuk. Baru mau menyusul Adria, seseorang menelphon Min Hyuk dan membuat pria itu keluar dari ruangan. Meninggalkan sang Presdir yang masih mengagumi bucket bunga yang baru saja di berikan oleh pria itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chang Kyun terus menggigiti kuku ibu jarinya dengan gugup. Sedari tadi ia membolak - balikkan kertas yang di penuhi catatan warna - warni. Bukankah semua ini sudah sempurna? Semuanya akan berjalan dengan lancar kan? Tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Sudah hampir satu tahun ia merencanakan ini. Hari inilah puncaknya.
Ia menghela nafas, melayangkan pandangannya keluar jendela. Biasanya di jam seperti ini wanita itu sudah duduk di kursi kerjanya. Lalu ia akan menghirup flower tea yang Chang Kyun seduh. Menyalakan musik random. Mengetuk - ngetukkan ujung bolpoinnya hingga membuat gaduh dan wakilnya mengamuk karena tidak bisa konsentrasi.
Apakah ia sudah makan cinnamon roll pagi ini? Atau ia tengah menyantap granola lengkap dengan yoghurt juga pisang cavendish. Karena hari jum'at pasti ia sekarang memakai lipstick berwarna fushia. Wangi parfum Jo Malone blackberry and bay terbayang saat Chang Kyun memejamkan kedua matanya.
Apakah ia sudah sinting? Kenapa malah memikirkan Adria di saat - saat seperti ini. Bahkan di otaknya terngiang suara Adria yang mengeluh, ia tidak bisa menemukan kacamata bacanya yang selalu saja di letakkan sembarangan.
"Ugh" Chang Kyun mengusap wajahnya secara kasar.
Saat membuka kedua matanya, kotak hadiah berisikan salah satu jam tangan pasangan itu memenuhi pandangannya.
"Semoga kalian selalu bahagia, aku menyayangi kalian berdua. Sangat"
Tiap kali memikirkan kalimat itu, kepala Chang Kyun berdenyut. Hati kecilnya memperingatkan betapa wanita itu menyayanginya dengan tulus. Ia menggelengkan kepalanya kuat, tidak boleh ada perasaan seperti itu bahkan sampai saat ini Chang Kyun harus membuangnya jauh - jauh.
"Kau tidak apa - apa? Perlu ke dokter?" sentuhan lembut di kepalanya itu membuat Chang Kyun tersadar.
"Hanya gejala burn out, istirahat akan memulihkanku bu. Jangan khawatir" Chang Kyun memegangi tangan sang ibu di dadanya.
"Kalau kau tidak suka pekerjaan itu, harusnya kau keluar saja. Masih banyak perusahaan lain yang membutuhkanmu nak" ibunya mengecup kepala Chang Kyun.