"Siapkan tiket ke panti itu sekarang.”
"Hello! Hello! kembaran Ariana Grande in heree!" teriak Aca dengan suara menggelegar.
"Kok gak ada yang nya---" ujar Aca bingung. Gadis itu berhenti berbicara ketika ada sepasang paruh baya menatapnya dengan sendu.
"---Oh maaf ada tamu ya hehe. Aca naik ke atas dulu y- " ucapan Aca terhenti saat ibunya berkata, "Aca sini nak. Ada hal penting yang mau Ibu omongin."
“Ada apa Bu?" tanya Aca bingung.
"Mereka keluarga yang selama ini kamu cariin, Nak." Lanjut Ibu Panti yang tiba-tiba langsung mengeluarkan air matanya setelah mengucapkan hal itu kepada Aca. Bagaimana tidak dirinya menangis? Aca sudah dianggap bagaikan anak kandung oleh dirinya dan sekarang mau dibawa pergi keluarga kandungnya.
"Nggak Bunda bohong,” sergah Aca . Dirinya syok berat. Setelah bertahun-tahun, dan sekarang dipertemukan mendadak begini? Ini membuat Aca kaget serta sedih karena orangtua kandungnya baru menjemputnya.
“Kamu mau bukti?” celetuk Pria yang mengaku-ngaku orang tua kandungnya.
Sontak Aca mengangguk.
Tangan Pria itu mengambil koper yang Pria itu bawa lalu mengeluarkan kertas-kertas yang bertumpuk lalu Pria itu meletakkannya di meja tepat dihadapan Aca.
Tangan Aca bergerak cepat membongkar sembari melihat satu-satu. Mulutnya terbuka lebar. Kaget dan senang. Senua bukti yang diberikan, itu bisa membenarkan jika memang dua manusia di depan ini adalah orang tua kandungnya.
Aca melihat kedua orang itu dengan tajam untuk memastikan terakhir kalinya. Kedua paruh baya yang mengaku sebagai Mama dan Papanya itu tak terlihat sama sekali kebohongan dimata keduanya.
"Kalian benar orang tua aku?" tanya Aca untuk memastikan.
"Iya sayang." Tak lama kemudian, Aca berlari memeluk keduanya.
"Walaupun Bunda sedih kamu pergi, bunda tetap harus ikhlas. Selamat bersenang-senang sayang dengan keluarga mu,” batin Ibu Panti.
Di dalam mobil, Aca hanya terdiam. Tak berani mengeluarkan suara karena masih canggung. Kedua orang tua itu juga hanya diam dan bergumam dalam hati, “Miris. Anak aku sendiri bahkan canggung dengan orangtuanya.”
“Em, Aca mau tahu gak berapa saudara Aca?” celetuk wanita yang merupakan Mama Aca. Namanya, Alexa.
“Aca punya saudara?!” tanya Aca berbinar-binar membuat kedua orang itu tersenyum tipis.
“Punya dong! Mereka semua bahkan sayang banget sama Aca!” ujar Mama Alexa membuat Aca semakin berbinar-binar.
“Aca punya empat Kakak Laki-laki,” celetuk Pria yang merupakan Papa Aca. Namanya, Bayu.
“ISH! Ngapain kamu yang jawab, sih!” Mama Alexa berteriak sembari mengerucutkan bibirnya. Sedangkan pelakunya hanya mengendikkan bahu.
Aca tertawa kecil. Tapi, empat laki-laki?! Apakah nanti Aca akan menjadi babu? Karena kata anak-anak di sekolah Aca, punya Abang, maka mereka harus menjadi babu.
“Apa nanti Aca jadi babu?” Pertanyaan polos terluncur begitu saja. Papa dan Mama sontak terkejut dan mengalihkan pandangan mereka ke Aca.
“K—kok jadi babu?” tanya Mama Alexa bingung.
“Soalnya kata anak-anak di sekolah Aca, punya abang itu gak enak. Mereka bakalan bikin kita jadi babu. Gitu katanya,” kata Aca.
Keduanya malah tertawa. Membuat Aca semakin percaya jika Dia akan menjadi babu!
“Aca, mereka gak seperti Abang-abang diluar sana. Mereka semua baik, kok!” kata Mama membuat Aca tenang.
Mobil yang membawa Aca, Papa dan Mama kini sudah sampai di mansion Keluarga Alexander.
Tapi, bukannya malah turun, Aca malah diam dimobil.
“Aca, ayo turun!” Ajak Mama.
"A-ca takut," ujar Aca gugup. Apalagi saat melihat rumah yang sepertinya akan menjadi tempat tinggalnya sangat besar.
"Gak usah takut sayang," kata Mama Alexa sambil mengelus rambut Aca yang sangat lebat itu.
Saat sampai di dalam, semua tatapan tertuju pada mereka. Bukan Papa dan Mama, melainkan gadis mungil yang bersembunyi di badan kekar Papanya sendiri. Ya, itu adalah Aca.
Tiba-tiba muncul Laki-laki dengan jas yang melekat di tubuh pria tersebut . Dia adalah Devano Andrea Matcha Alexander, anak pertama dari Papa Bayu dan Mama Alexa.
"Siapa dia?" tanya Vano yang kini sudah berdiri tepat di hadapan mama dan papanya. Suaranya yang dingin dan datar itu membuat bulu kuduk Aca merinding. Vano bertanya serius karena Vano tak suka ada orang asing di mansion ini. Vano memang tak gampang bersosialisasi dengan orang baru semenjak adik perempuannya hilang.
“Kamu mau tahu dia siapa?” tanya Papa Bayu.
Vano mengangguk.
"Dia adik yang selama ini kamu cari dan kamu rindukan, Vano." Papa berucap lantang. Tak ada pancaran keraguan dalam matanya.
Vano yang mendengar penuturan papanya, langsung terdiam. Seakan-akan dunia ini berhenti berputar, Vano terlihat terkejut mendengar delapan kata yang diucapkan papanya. Tak memerlukan waktu yang lama, Vano sudah memeluk erat Aca. Menyalurkan rasa rindu kepada adik perempuan satu-satunya itu. Ia tak perduli jika Papanya berbohong. Tapi ia yakin, ini semua bukan kebohongan.
Aca yang dipeluk, sedikit terkejut. Pasalnya ia tak pernah dipeluk oleh laki-laki lain. Aca melirik mama dan papanya lalu menatap seakan bertanya, "ini siapa?" Tapi mama dan papa tidak menjawab. Mereka tidak mau menhancurkan suasana ini.
"Mama papa gak dipeluk nih?" tanya Mama dengan suara yang dibuat sesedih mungkin.
"Ya deh. Sini kita pelukan kek teletubbies," kata Vano dengan suara yang tidak lagi seperti tadi melainkan suaranya sekarang menjadi hangat. Vano memang seperti itu. Ketika bersama keluarganya, maka Ia akan menjadi sosok yang hangat. Tapi jika ia bersama orang asing, jangan harapkan Vano akan tersenyum padamu.
Tetapi, acara peluk-pelukkan itu tidak bertahan lama, karena datangnya seseorang. Dia adalah Niko. Pemuda dingin, kejam dan tak tersentuh. Anak kedua dari papa Bayu. Niko Aarav Matcha Alexander.
"Dia siapa?" tanya Niko dengan suara yang amat datar melebihi Vano.
"Dia adik yang selama ini kamu cari Niko." Bukan papa yang menjawab melainkan Mama.
***
Dukung aku dengan cara, Vote and Comment.
Jika mau bisa follow juga wattpad ku.
Wattpad ku: Hellokittygirll
(Jika ada typo atau penggunaan tanda baca yang salah, Aku minta maaf)
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE BROTHERS (TERBIT)
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] Allisya Salsabilla Matcha Alexander, itu namanya. Gadis yang dititipkan di Panti Asuhan oleh keluarganya. Setelah diambil kembali dari Panti Asuhan, mereka tidak akan membiarkan siapapun untuk mengambil permata mereka. "Ini Kisah Ke...