PB-9

27.8K 1.5K 36
                                    

Kini Asya dan Aca sedang berada di kamar Asya.

"Kakak jangan nangis lagi, ya!" ucap Aca sambil menenangkan Asya. Jika kalian berpikir Asya akan memeluk Aca balik maka kalian salah. Asya malah mendorong Aca hingga kepala Aca terbentur ke  pintu lemari sangat keras.

Asya yang sedang dilanda emosi. Langsung saja meluapkan emosinya pada Aca sekaligus meluapkan kekesalannya pada gadis ini karena

"GAUSAH SOK BAIK DEH LU SAMA GUA! INI SEMUA GARA-GARA LU, JADI JANGAN SOK BELAIN GUA!" bentak Asya pada Aca. Semua yang ada di mansion kecuali Asya dan Aca pasti tak akan mendengar karena setiap ruangan kamar di mansion itu kedap suara termasuk kamar Asya.

Apakah Aca akan membalas? Tidak, ia malahan memegangi kepalanya yang sangat sakit. Ia terbentur cukup keras.

"Ka-kak sakit," ucap Aca lirih sambil memegangi kepalanya yang sakit bahkan kepalanya hingga berdenyut. Tak lama, darah mulai keluar dari kepala Aca. Sedangkan Asya tak menyadarinya.

Baru saja Asya akan memarahi Aca kembali,  suara seseorang berhasil membuat Asya membeku ditempat.

"Asya, Aca ayo ma-" Itu suara Mama, tapi omongan Mama terpotong karena melihat aca menangis sambil memegangi kepalanya yang mulai mengeluarkan darah bahkan tubuh Asya mulai menegang, ia takut ketahuan jika ia yang mendorong Aca.

"YAAMPUN ACA!" Mama berteriak dengan keras hingga terdengar sampai ke bawah karna pintu kamar Asya yang terbuka.

Teriakan yang terdengar dari atas, membuat 4 brothers dan Papa lari ke atas dengan cepat sekali dengan perasaan yang panik saat mereka mendengar  nama Aca diteriakan Mama.

"Ada a-" omongan Papa terpotong karena melihat Aca tergeletak dilantai dengan darah yang terus mengalir. Bahkan kini darahnya semakin banyak. Itu semua membuat semuanya semakin panik kecuali Asya pastinya. Gadis itu hanya diam dengan tubuh yang mendadak tidak bisa bergerak karena ketakutan.

4 brothers langsung mengeraskan rahang mereka saat melihat Aca tergeletak di lantai dengan darah yang terus-menerus mengalir deras.

Tanpa membuang waktu lagi, Vano langsung saja mengangkat tubuh Aca dan berlari menuju mobil untuk berangkat ke rumah sakit. Semuanya langsung ikut berlari untuk berangkat ke rumah sakit termasuk Asya. Ia ikut berlari agar ia tak dicurigai jika ialah yang mendorong Aca. Ia belum mau keluar dari rumah ini, ia belum mendapatkan yang ia mau.

Vano mengendarai mobil seperti kesetanan. Ia bahkab beberapa kali diklakson oleh pengemudi lainnya. Tapi ia tak perduli. Yang terpenting sekarang adalah ia harus sampai ke rumah sakit secepat mungkin agar adiknya, Aca bisa segera diobati.

Sesampainya di rumah sakit, Vano langsung berteriak sekencang mungkin, ia tak takut diusir yang penting sekarang adiknya harus ditangani terlebih dahulu.

"DOKTER! SUSTER!" teriak Vano dengan suara yang mengelegar di rumah sakit.
  
Tak butuh lama, beberapa orang langsung datang membawa tandu. Dengan secepat kilat Vano langsung meletakkan adiknya ditandu dan langsung dibawa keruangan UGD segera oleh pihak rumah sakit.

***
Dukung aku dengan cara, Vote and Comment.
Jika mau bisa follow juga wattpad ku.
Wattpad ku: Hellokittygirll
(Jika ada typo atau penggunaan tanda baca yang salah, Aku minta maaf)

POSSESSIVE BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang