Kediaman keluarga Richardson
Setibanya Gabby dan Annie di rumah, keadaan rumah itu mendadak gaduh. Semua orang panik karena Annie di temukan pingsan di kereta kuda. Mereka mengira kalau Valerie dan Annie telah diserang oleh para bandit saat perjalanan pulang tadi.
Gabby segera menjelaskan kepada mereka kalau bukan seperti itu kejadiannya. Ia jadi tidak enak hati karena sudah membuat seisi rumah panik.
Beberapa pelayan wanita membantu memapah Annie dan segera membawanya ke kamar supaya Annie bisa merilekskan tubuhnya. Sedangkan Gabby sendiri, malah dibawa ayah dan ibunya ke ruang kerja yang berada di lantai dua.
"Apa benar yang kau katakan tadi, Valerie?!". Tanya ayah Valerie tegas. Beliau langsung to the point. "Sejak kapan kau memiliki keinginan untuk menjadi calon ratu anakku? Tidak seperti kau yang biasanya".
Tentu saja tidak seperti Valerie yang biasa, karena yang ada dihadapan mereka sekarang bukanlah Valerie yang sebenarnya, melainkan Gabby.
Gabby si gadis ceria, pemberani dan suka tantangan, bukannya Valerie yang pendiam, penurut dan selalu tenang.
Lagipula Gabby bukannya sengaja membuat mereka cemas seperti sekarang ini. Dia juga terpaksa melakukannya. Ia harus jadi ratu dan mendapatkan cinta pangeran Alex, kalau dia ingin cepat pulang ke dunianya dan bertemu kembali dengan orang tuanya yang sebenarnya. Kehidupannya.
Namun, Gabby tetap merasa bersalah karena telah membuat mereka cemas. Lihat saja semakin banyak kerutan yang terlihat jelas di wajah mereka.
"Maafkan sikapku yang membuat ayah dan ibu menjadi khawatir seperti ini. Valerie tidak bermaksud begitu. Sebenarnya, keinginan Valerie ini sudah ada sejak lama".
Demi apa coba aku harus berbohong seperti ini?! Gabby sampai merinding mendengar kata-katanya sendiri yang menurutnya terlalu lebay.
Ibu Valerie, nyonya Elizabeth, membelai lembut tangan Gabby. Ada kehangatan seorang ibu disana. Entah kenapa belaian sayang ibu Valerie, membuat hati Gabby terasa sakit dan tenang disaat bersamaan.
Gabby menundukkan kepalanya lalu tersenyum sedih karena teringat kembali dengan mamanya sendiri. Meskipun mama Gabby sangat cerewet dan jarang membelai Gabby seperti ini, tapi Gabby tahu kalau mamanya sangat menyayanginya. Mama Gabby ingin putrinya bisa jadi orang sukses nanti, makanya mama Gabby selalu bersikap tegas.
"Kau tidak perlu minta maaf putriku sayang.. ayah dan ibu hanya sedikit terkejut dengan keputusanmu yang terlalu mendadak ini".
Gabby tersenyum malu mendengar perkataan ibu Valerie. Ia tahu mereka tidak hanya sedikit terkejut, tapi luar biasa kaget. Lihat saja wajah mereka yang mendadak pucat. Seolah mereka berdua telah divonis menderita penyakit kanker dan akan mati besok. Gabby jadi semakin merasa bersalah.
"Um..."
"Apa kau jatuh cinta dengan pangeran Alex, Valerie?". Tanya ayah Valerie lagi-lagi to the point.
Gabby jadi salah tingkah dengan pertanyaan yang tidak biasa itu. Jatuh cinta dari Hongkong?! Kenal saja tidak, bagaimana bisa jatuh cinta?! Tapi tidak mungkin 'kan, Gabby terang-terangan bilang seperti itu.
"Um..". Gabby kembali menganggukkan kepalanya. Gabby berusaha terlihat sealami mungkin.
"Haahhh....". Ayah Valerie menghembuskan napas berat dan panjang.
Ayah Valerie, tuan Charles, masih tidak percaya putri semata wayangnya memiliki perasaan suka kepada pangeran Alex. Ia tetap berharap kalau putrinya-lah yang akan menjadi penerusnya. Tidak masalah jika Valerie hanya menikahi lelaki biasa dan dari keluarga sederhana, atau setidaknya seorang kesatria dan mungkin seorang Baron, agar Valerie tetap bisa dijadikan penerus keluarga Richardson.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Game: Nikky & The Magic Stone
Fantasy⚠️WARNING ⚠️ 🌸KARYA SENDIRI🌸 [ONGOING] Gabby yang sedang asyik bermain game baru pemberian temannya, tiba-tiba masuk kedalam game. "Kau harus memenangkan hati sang pangeran untuk mendapatkan batu ajaib itu". Kata narator kepada Gabby saat Gabby te...