Angin berhembus pelan membelai setiap helai rambut berwarna coklat keemasan itu. Bola mata yang berwarna hampir senada dengan warna rambutnya, menerawang menatap langit malam yang bertaburan bintang-bintang.
Pangeran Alex mengulurkan tangannya seolah ingin meraih bintang itu.
"Dasar aneh". Alex menertawakan dirinya sendiri. Lagi-lagi ia teringat pertemuan dengan Valerie.
Ia menyukai cara bicara Valerie, ia menyukai cara gadis ceria itu tersenyum, ia bahkan menyukai semua yang dilakukan Valerie. Membuat hatinya tenang.
Gadis itulah yang telah menemani hari-harinya. Hanya mendengar nama Valerie disebutkan disetiap cerita yang diceritakan oleh Duke Charles, sanggup membuat Alex kembali merasa tenang dari segala beban yang harus dipikulnya sebagai putra mahkota.
Gadis yang tanpa disadarinya telah merasuki relung hatinya. Gadis yang selalu dia rindukan disetiap malamnya. Akhirnya, dia bisa bertemu juga dengan si pemilik nama Valerie. Membuat pangeran Alex semakin menyukai gadis yang bernama Valerie itu.
"Aku sangat menantikan pertemuan kita yang berikutnya".
***
Pintu kamar itu kembali tertutup. Felix memutuskan untuk tidak masuk kedalam kamar kakaknya.
Mendengar nama Valerie terus keluar dari mulut Alex membuat Felix semakin tidak tenang.
Seumur hidupnya ia tidak pernah merasa iri pada kakaknya. Meskipun posisi putra mahkota telah ditetapkan sejak awal, Felix tidak pernah mempermasalahkannya. Ia memang tidak menginginkan posisi itu, memikirkannya saja tidak.
Ia juga tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Baginda raja dan ratu bahkan lebih memanjakannya daripada Alex.
Tapi hari ini, Felix benar-benar iri kepada Alex. Perasaan iri ini hampir menggerogoti seluruh tubuh dan pikirannya.
Ia tidak rela jika Valerie menjadi milik Alex!
Ia akan memberikan apapun kepada Alex, bahkan nyawanya sekalipun. Tapi tidak dengan gadis itu. Gadis yang menjadi teman baiknya itu. Gadis yang selalu ia mimpikan di setiap tidur malamnya.
Hanya Valerie yang ia miliki.
Kenapa harus Valerie?
Lagi-lagi Felix mengutuk dirinya sendiri. Mengapa ia begitu bodohnya menuruti permintaan Valerie waktu itu, untuk mengikuti pelatihan menjadi calon ratu. Meskipun alasan yang diberikan Valerie yaitu untuk balas dendam kepada para gadis bangsawan yang menyebalkan itu, mungkinkah benar seperti itu?
Benarkah tidak ada alasan lain?
"Sial, sial!". Gumam Felix pelan. Ia terus saja memaki dirinya sendiri.
***
Gabby membuka pintu kamarnya dengan kasar. Ia terus saja merasa jengkel setiap kali ia teringat kembali dengan sikap Felix tadi.
Apa-apaan dengan sikapnya itu?! Bukankah mereka baik-baik saja tadi pagi? Kenapa dia tiba-tiba berubah jadi menyebalkan seperti itu?!
"Nona Valerie baik-baik saja?". Tanya Annie mencoba memastikan keadaan nona mudanya itu. Tidak seperti nona Valerie biasanya yang selalu tenang. Saat ini ia sangat bersemangat mengekspresikan amarahnya.
"Tentu saja aku baik-baik saja! Memangnya dia siapa?! Mentang-mentang dia seorang pangeran, apa dia pikir bisa bersikap seenaknya sendiri?! Beraninya dia mengacuhkanku!". Gabby mengeluarkan semua uneg-unegnya.
Percuma rasa rindunya selama beberapa hari ini, percuma rasa khawatirnya tadi pagi. Betapa bodohnya dia karena telah berbaik hati pada orang dingin seperti itu.
Annie menghembuskan nafas panjang. Sudah ia duga kalau nona Valerie sedang kesal pada pangeran Felix.
"Sebenarnya, ada kejadian apa di butik tadi, nona? Sepertinya semua baik-baik saja, sampai nona Valerie keluar tiba-tiba dari dalam butik". Annie mencoba mengingat kembali keseluruhan dari kejadian di butik tadi siang.
"Seharusnya memang baik-baik saja, sampai si pangeran Alex...". Ocehan Gabby tiba-tiba saja berhenti. Ia memikirkan sesuatu.
"Ada apa nona?". Tanya Annie bingung.
Benar sekali. Semenjak pangeran Alex muncul sikap Felix menjadi aneh. Apa dia mulai curiga?
"Ah! Bukan apa-apa". Gabby menggelengkan kepalanya. Ia berusaha tersenyum agar Annie tidak lagi bertanya dan mulai curiga.
Alex adalah tujuan utamanya. Ia tidak boleh gagal untuk mendekati Alex. Meski begitu, Gabby juga harus tetap memperlakukan Felix dengan baik dan membuatnya senang agar Felix tidak curiga tentang pelatihan calon ratu tersebut. Jangan sampai Felix menghalanginya mengikuti pelatihan itu. Pokoknya, Gabby harus bisa mendekati Alex tanpa ada masalah.
Ia harus pulang!
"Aku ingin istirahat sekarang, Annie". Gabby berpura-pura mengantuk. Ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini lagi. Biarlah masalah ini menjadi bahan pemikirannya sendiri. Sebab mulut Annie yang ceplas-ceplos itu bisa mendatangkan lebih banyak masalah nanti.
"Baik nona.. Annie undur diri dulu.. selamat beristirahat, nona Valerie". Annie menyelimuti tubuh Valerie, lalu mematikan lampu dan segera keluar dari dalam kamar.
"Selamat malam, Annie".

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Game: Nikky & The Magic Stone
Fantasía⚠️WARNING ⚠️ 🌸KARYA SENDIRI🌸 [ONGOING] Gabby yang sedang asyik bermain game baru pemberian temannya, tiba-tiba masuk kedalam game. "Kau harus memenangkan hati sang pangeran untuk mendapatkan batu ajaib itu". Kata narator kepada Gabby saat Gabby te...