Matahari bersinar begitu cerah pada siang hari. Sekarang sudah mulai memasuki musim gugur tapi udara masih terasa panas menyentuh kulit. Beberapa bunga masih terlihat betah bermekaran, tapi ada juga yang mulai layu berguguran. Daun-daun yang menggantung di dahan pohon mulai berubah warna kemerahan sedikit demi sedikit. Sungguh pemandangan awal musim gugur yang indah.
Taman keluarga Howard memiliki berbagai macam jenis bunga. Pohon-pohonnya juga cukup rindang, sangat cocok dijadikan tempat berteduh untuk mengadakan jamuan minum teh. Dibawah pohon besar yang di kelilingi bunga-bunga indah, membuat udara di sekeliling mereka terasa sejuk.
Siang itu, Zabrina cs sedang duduk santai sambil menikmati secangkir teh hijau. Teh ini merupakan salah satu teh favorit di kalangan para bangsawan untuk menemani hidangan makan siang. Teh hijau sangat pas dipasangkan dengan santapan berat. Kelima sahabat itu lebih memilih untuk makan steak daging sapi mereka di taman daripada didalam rumah.
Zabrina cs terus menikmati makan siang dan teh mereka sambil terus bergosip. Sepertinya mereka memang khusus berkumpul pada hari ini hanya untuk membicarakan tentang kabar itu. Kabar tentang Valerie yang ikut serta dalam pelatihan calon ratu.
"Si bodoh Valerie itu, aku perhatikan makin hari makin bertingkah". Celoteh Jessica, si gadis pecinta warna merah, mengawali obrolan mereka.
Lucy menganggukkan kepala tanda setuju. "Um, kau benar sekali, Jessica. Anak itu makin hari makin berani. Aku dengar dia juga meminta bantuan langsung kepada pangeran Felix untuk mengikuti pelatihan itu. Igh, dasar tidak tahu malu!". Lucy melampiaskan rasa iri-nya pada daging sapi yang tidak bersalah itu.
"Tidak punya sopan santun". Gumam Zabrina. Ia menyesap teh hijaunya perlahan-lahan.
Teman-teman yang berhasil mendengar gumaman Zabrina spontan menganggukkan kepala mereka, selalu setuju dengan perkataan Zabrina.
"Kenapa sih pangeran Felix bisa berteman dengan perempuan penyakitan seperti itu?!". Kata Lelyana kesal. Meskipun dia juga mengikuti pelatihan calon ratu, tetapi sebenarnya Lelyana hanya menyukai Felix.
Ia sudah memiliki tambatan hati sendiri, tapi ia tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya yang ingin agar Lelyana setidaknya ikut berpatisipasi dalam pelatihan itu. Siapa tahu saja dia bisa menang dan menjadi ratu masa depan. Kedua orang tuanya sangat berharap, mereka bisa menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Dan jadilah Lelyana yang terus memendam perasaan cinta itu.
Andaikan pangeran Felix membalas perasaannya, Lelyana pasti akan nekat untuk menolak mengikuti pelatihan konyol itu. Dia tidak mau jadi ratu.
"Kudengar pangeran Felix dan Valerie sudah berteman sejak kecil, mereka bahkan sering jalan berdua ke ibukota. Pangeran Felix bahkan rela menyelinap keluar istana tanpa satupun pengawalan demi bertemu dengan Valerie". Olivia terus-terusan mengoceh, memberitahukan kepada teman yang lain tentang informasi yang ia dapatkan dari kakak laki-lakinya yang telah ikut bergabung sebagai kesatria pada pasukan pertama kerajaan, tanpa menyadari kalau temannya Lelyana tengah terbakar api cemburu.
"Benarkah?". Mereka tidak menyangka kalau pangeran Felix dan Valerie sering bertemu di luar istana secara sembunyi-sembunyi.
"Um, dari sumber terpercaya". Kata Olivia yakin seratus persen. "Cerita tentang Felix dan Valerie bahkan sudah heboh diseluruh istana. Entah Yang Mulia raja dan ratu sudah mendengar kabar ini atau belum".
"Wah, benar-benar tidak tahu malu!". Lucy sampai kehilangan kata-kata. "Sejak kecil sudah berani menggoda pangeran Felix, dan setelah besar ia juga ingin menggoda pangeran Alex?! Ya ampun, sikap Valerie itu benar-benar membuat malu para wanita bangsawan!".
Lagi-lagi Zabrina cs menganggukkan kepala mereka sebagai tanda setuju.
"Ayo kita beri dia pelajaran". Usul Lelyana. Dia harus melampiaskan rasa cemburunya.
"Ide yang bagus". Yang lainnya menerima usul Lelyana dengan senang hati.
"Sangat setuju".
"Ayo kita permalukan Valerie saat pelatihan nanti".
***
Seperti hari-hari sebelumnya yang telah lewat, aktivitas Valerie hanya berpusat di rumah. Ia hanya akan berdiam diri sambil membaca buku cerita atau mengikuti beberapa pelajaran tata krama. Ia jarang sekali keluar rumah untuk bergaul dengan teman-teman lain. Ia hanya punya Felix dan Annie.
"Sangat membosankan!". Keluh Gabby, seharian ini lagi-lagi ia harus terjebak dalam kamar. "Aku butuh handphone-ku, aku ingin main game". Gabby menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Setidaknya izinkan aku main diluar rumah.. aku sangat sehat sekarang! Haahhh, aku kangen Kartika dan teman-teman yang lain. Biasanya sepulang sekolah, kami pasti pergi ke mall dan main sepuasnya dan nongkrong bareng.. Valerie, Valerie.. hidupmu benar-benar membosankan! Tidak punya banyak teman, cuma Felix dan Annie. Kau juga selalu mengurung diri di rumah. Kau bahkan menikmati kesendirian ini! Mengerikan!". Gabby terus saja mengoceh pada dirinya sendiri tentang kehidupan Valerie.
"Felix juga beberapa hari ini selalu saja sibuk, dia bahkan belum membalas surat yang aku kirimkan. Padahal aku ingin membahas soal debutan-ku. Pasti akan terlihat lebih keren jika kami bisa mengenakan pakaian yang berwarna senada saat pesta dansa nanti. Hei, lagipula ini idenya untuk menjadi pasangan dansa-ku". Gabby masih saja mengoceh.
"Kalau Felix membalas suratku tepat sehari sebelum debutannya, pasti aku tidak akan sempat untuk membuat gaun yang baru. Bagaimanapun ini debutan-ku, hari dimana aku sudah beranjak dewasa dan sudah siap untuk menikah". Gabby langsung geleng-geleng kepala saat mengucapkan kata 'menikah'. Ia merasa lucu kalau ingat di kehidupan ini dia harus menikah muda.
Ia bahkan baru akan berumur enam belas tahun di dunia ini, padahal seharusnya Gabby sudah berumur tujuh belas tahun di dunia aslinya.
"Hah, kasihan kau Valerie, harus menikah muda. Coba kau bisa hidup di duniaku, kau pasti bisa lebih bahagia. Main sepuasnya. Meski sudah berumur tiga puluh tahun, tidak akan ada yang menyuruhmu untuk cepat-cepat kawin".
Gabby menopang dagunya dan mulai melamun.
"Aku harus melakukan sesuatu untukmu, Valerie. Setidaknya ketika jiwamu kembali ke tubuhmu ini, kau akan punya banyak teman dan mungkin bisa menemukan suami yang luar biasa tampan dan sangat mencintaimu".
"Kalau calon suami, kau sudah punya pangeran Alex. Akan aku pastikan kalau Alex akan memilihmu menjadi ratunya".
"Sekarang tinggal mencari teman perempuan bangsawan. Kalau teman laki-laki, kau sudah punya Felix. Dia bahkan seorang pangeran.
Emmm, kira-kira siapa ya yang bisa aku jadikan teman perempuan untuk Valerie?". Gumam Gabby. Ia menggunakan seluruh kemampuan berpikirnya demi kepentingan masa depan Valerie.
"Yang pasti, tidak dengan Zabrina cs. Mereka menyebalkan dan jahat! Mereka bahkan pernah membully Valerie". Gabby jadi kesal mengingat kejadian saat dia pertama kali datang ke dunia ini.
"Ngomong-ngomong soal bully, seingatku dalam ceritanya yang di bully Zabrina cs 'kan si Nikky, si pemeran utama wanita. Kok sekarang malah jadi Valerie sih yang di bully oleh mereka?". Gabby kembali memutar otaknya yang pas-pasan itu. "Aku yang salah ingat atau jalan ceritanya yang berubah ya?".
"Lagipula.. si Nikky itu, ada dimana sih dia sekarang? Bukankah sejak awal cerita, karakter Nikky sudah muncul? Hm, aneh sekali.. Apa aku cari saja ya dia? Siapa tahu dia bisa jadi teman baik Valerie. Ide yang bagus".
Gabby tersenyum puas dan kembali sibuk dengan segala pemikirannya. Hari itupun, lagi-lagi dilaluinya dengan melamun didalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Game: Nikky & The Magic Stone
Fantasy⚠️WARNING ⚠️ 🌸KARYA SENDIRI🌸 [ONGOING] Gabby yang sedang asyik bermain game baru pemberian temannya, tiba-tiba masuk kedalam game. "Kau harus memenangkan hati sang pangeran untuk mendapatkan batu ajaib itu". Kata narator kepada Gabby saat Gabby te...