CHAPTER 7

20 2 0
                                    

Felix telah kembali ke istana. Ia nampak sedikit kelelahan, namun tetap tidak melupakan tata krama-nya saat berjalan, penuh wibawa. Begitu ia memasuki istana, ekspresi wajah Felix terlihat sangat serius. Jauh berbeda dengan ekspresi yang ia perlihatkan saat bersama dengan Valerie.

Felix terlihat seperti orang yang berbeda sekarang.

Para pengawal yang memberi hormat disepanjang lorong istana bahkan diabaikannya. Ia bersikap seolah sosok mereka tidak pernah ada.

Sesampainya Felix didepan pintu kamarnya, ia langsung menyadari kalau ada seseorang di dalamnya. Lampu kamarnya menyala.

Siapa itu?

Pembunuh bayaran?

Tidak mungkin, ia sedang berada di dalam istana sekarang. Dengan begitu banyaknya pengawal istana yang berjaga di setiap sudut istana, bagaimana mungkin pembunuh bayaran itu bisa nekat untuk menerobos masuk.

Lagipula, mana ada sih pembunuh bayaran yang sempat-sempatnya menyalakan lampu?

Mungkinkah...

Felix segera membuka pintu kamarnya. Dan benar saja dugaannya. Orang itu adalah kakaknya, pangeran Alex, si pewaris tahta kerajaan Abyssinia berikutnya.

"Kenapa kakak bisa ada di kamarku di jam seperti ini?". Tanya Felix saat tubuhnya sudah sepenuhnya masuk ke dalam kamar. "Bukannya kakak punya banyak urusan pekerjaan?".

"Oh, kau berkata seolah hanya waktumu saja yang boleh dipakai untuk bersantai, adikku". Pangeran Alex memasang tampang cemberut.

Kedua kakak beradik ini memang sangat dekat sejak kecil, mungkin karena perbedaan usia mereka yang tidak terlalu jauh. Mereka bergaul akrab, tidak seperti kakak beradik yang ada di kerajaan lain yang bersitegang karena perebutan tahta kekuasaan. Baik pangeran Alex maupun pangeran Felix sebenarnya tidak pernah peduli dengan siapa yang akan menjadi penerus tahta berikutnya. Siapapun yang menjadi pilihan dari Baginda raja, mereka akan menghormati keputusan tersebut.

Pangeran Alex hanya sedikit beruntung saja karena terlahir sebagai anak tertua dari Yang Mulia raja dan ratu kerajaan Abyssinia, yang membuat Alex secara otomatis menjadi pewaris tahta kerajaan berikutnya. Lagipula pangeran Alex tidak punya skandal apapun dan dia lebih penurut daripada Felix. Felix lebih suka bebas. Jadi, Felix sendiri pun merasa kalau keputusan Baginda raja sudah sangat tepat.

Ia bisa berpetualang ke banyak tempat jika kakaknya sudah dinobatkan sebagai raja nanti. Ia tidak sabar lagi menunggu datangnya hari itu.

Felix merasa lucu melihat sikap kakaknya. Alex memang gampang cemberut seperti anak kecil. Tapi Felix tahu kalau Alex tidak bersungguh-sungguh. "Saya sangat tersanjung dengan pujian Yang Mulia".

"Kau sangat menyebalkan!".

"Hahaha". Felix tertawa terbahak-bahak. Ia sangat suka menggoda kakaknya. Ia tetap akan melakukannya meski Alex sudah menjadi raja nanti.

"Kau darimana saja seharian ini, Felix? Akhir-akhir ini aku perhatikan, kau semakin sering menyelinap keluar istana".

"Wow, Yang Mulia sangat memperhatikanku rupanya". Godaan Felix masih berlanjut.

"Hah, dia mulai lagi...

Bisakah kau bicara serius meskipun hanya sedikit saja?". Alex sampai menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah usil adiknya.

"Baiklah, baiklah...

Ada apa sih, kak? Kau sampai serius seperti ini?". Felix melepaskan beberapa helai lapisan pakaiannya agar terasa lebih nyaman. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang tersedia di dalam kamar.

Let's Play Game: Nikky & The Magic StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang