CHAPTER 22

24 3 0
                                    

Sehari sebelum acara debutan.

Gabby menunggu dengan sabar di dalam kamarnya. Ia tetap tenang meskipun telah menunggu kedatangan Felix selama lebih dari satu jam.

Ia sudah membuat janji dengan teman masa kecilnya itu untuk bertemu hari ini. Gabby bahkan sudah mengirimkan surat beberapa hari yang lalu untuk mengingatkan Felix, kalau-kalau ia sampai melupakan janji bertemu mereka berdua. Jadi tidak mungkin bukan kalau hari ini Felix sampai tidak datang?

Mungkinkah?

Tapi Felix bukan orang seperti itu. Ia tidak pernah ingkar janji. Ia tidak mungkin lupa kalau hari ini mereka berdua harus kembali ke butik nyonya Dorothy untuk mengambil gaun pesta pesanan mereka.

Iya kan?

Gabby mulai gelisah. Ia mulai tidak sabar menunggu kedatangan Felix. Ia berulang kali menatap jam besar yang berdiri tegak di salah satu sudut dinding kamarnya, sekedar membunuh waktu dan mengusir kegelisahannya.

Apa mungkin Felix masih marah?

Ya ampun... sampai kapan anak itu akan bersikap kekanak-kanakan?! Gabby menghela nafas merasa jengkel.

"Haruskah aku pergi sendiri?". Gumam Gabby pelan. Ia nampak sedih.

"Kenapa sih dia harus marah disaat seperti ini?!".

Seumur hidup Gabby, ia tidak pernah memikirkan hal sepele seperti ini. Ia ingat beberapa kali ayah dan ibunya yang ada di dunia lain sering kali ingkar janji, akan tetapi perasaan Gabby selalu baik-baik saja. Ia bahkan bisa bersikap masa bodoh dan tidak memikirkannya.

Tapi kenapa sekarang ia merasa sedih sekali?

Tok tok tok...

Terdengar suara pintu diketuk. "Nona Valerie, ini saya Annie".

"Silahkan masuk, Annie". Gabby mempersilahkan pelayan pribadi sekaligus teman baiknya itu untuk masuk kedalam kamar. Ia tidak menoleh sedikitpun kearah Annie dan hanya sibuk menekuk wajahnya yang sedari tadi telah selesai didandani para pelayan.

Annie membuka pintu perlahan. "Nona Valerie, pangeran Felix sudah tiba". Kata Annie tersenyum lembut saat memberitahukan informasi yang pastinya sudah dinanti-nantikan oleh nona mudanya sejak tadi.

"Benarkah?". Gabby spontan bangkit berdiri dengan penuh semangat. Wajah murungnya kembali ceria. Secerah hari ini.

"Benar sekali nona... pangeran Felix sedang menunggu nona di ruang...". Belum sempat Annie menyelesaikan kata-katanya, Gabby segera berlari meninggalkannya.

"Hah, kenapa sekarang nona jadi punya kebiasaan pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan dari saya sampai selesai sih?". Annie memegangi kepalanya yang mendadak sakit saat teringat tingkah nona mudanya yang mulai serampangan. Seperti orang lain saja.

"Nona Valerie tunggu saya... kumohon jangan berlari cepat seperti itu... nanti nona bisa terjatuh...!!!".

Gabby tidak mempedulikan teriakan peringatan dari Annie dan terus berlari. Ia tidak sabar lagi ingin melihat wajah Felix. Ia ingin cepat bertemu dan menuntut permintaan maaf karena telah membuat seorang lady menunggu lama.

Tinggal satu anak tangga lagi dan kaki Gabby akan menginjak tegel keramik yang ada di lantai dasar kediaman mereka. Namun sayang, pendaratan kaki Gabby tidak berjalan mulus. Ia terpeleset dan hampir jatuh membentur lantai, kalau saja Felix tidak berhasil menangkap tubuh mungilnya.

"Ah, hampir saja aku jatuh". Kata Gabby yang sedikit syok karena hampir terjatuh. Ia mungkin akan menggelinding seperti bola jika sampai terjatuh tadi.

Let's Play Game: Nikky & The Magic StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang