Sekembalinya mereka dari butik, selama perjalanan pulang Felix tidak bicara sama sekali. Gabby jadi bingung kenapa Felix tiba-tiba jadi menutup diri seperti ini.
Apa dia sudah melakukan kesalahan yang membuat Felix tersinggung?
Berkali-kali Gabby menatap Felix ingin mengajaknya bicara, tapi Felix tetap tidak menanggapi. Ia tidak mengerti arti dari tatapan Gabby dan tetap diam.
Gabby tidak suka jika Felix diam seperti ini. Seolah jika sosoknya menghilang nanti, Felix akan tetap baik-baik saja.
Menyebalkan!
Perjalanan pulang pun benar-benar berakhir dalam keheningan.
"Aku pergi dulu". Akhirnya Felix bicara juga setelah mereka tiba di depan pintu gerbang kediaman keluarga Richardson untuk berpamitan pulang. Ia terus berdiri mematung dan tidak mau masuk.
"Sudah larut malam. Bagaimana kalau kau pulang besok pagi saja?". Gabby menawarkan kepada Felix untuk menginap di kediamannya malam ini. Mereka punya banyak sekali kamar kosong untuk tamu. "Lebih aman".
Lagipula, ini bukan pertama kalinya Felix menginap semalam di kediaman keluarga Richardson. Hal ini sudah sering terjadi ketika mereka tiba larut malam dari ibukota, jadi tidak ada yang aneh dengan tawaran Gabby tersebut.
"Tidak apa-apa. Aku akan pulang malam ini". Tolak Felix halus sambil tersenyum lembut.
"Kenapa?".
"Maksudnya?". Felix nampak bingung dengan pertanyaan Valerie barusan.
"Apa kau marah padaku? Tidak biasanya kau menolak tawaranku". Gabby jelas jadi kesal dengan penolakan Felix. Padahal selama ini Felix selalu menuruti apapun permintaan Gabby.
Felix terpana melihat ekspresi kesal Valerie. Ini pertama kalinya Valerie menatap tajam penuh amarah kepadanya. Meski begitu, ia memilih untuk tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan Gabby tersebut.
"Aku benar kan, kau marah padaku? Kenapa? Apa karena kakakmu?". Semakin banyak pertanyaan yang Gabby ajukan. Entah kenapa Gabby semakin kesal dengan tingkah Felix yang memilih untuk tetap diam.
"Aku pulang sekarang". Kata Felix yang sudah siap melangkah pergi. Ia tidak ingin membahas apa-apa lagi. Hanya mendengar nama Alex dibahas kembali saja, sudah mampu membuat mood Felix semakin jelek. Ia benar-benar ingin pulang sekarang dan menenangkan pikiran.
"Kau tidak boleh pergi! Aku tidak mengizinkanmu pulang! Kalau kau berani melangkahkan kakimu walau hanya selangkah saja, jangan harap kau bisa menemuiku lagi!". Ancam Gabby. Nafasnya memburu.
Annie menatap bingung kearah Valerie. Bukankah mereka berdua tadi baik-baik saja. Kenapa sekarang jadi bertengkar seperti ini? Mereka tidak pernah berada dalam situasi ini sebelumnya, karena itulah Annie tidak tahu harus bagaimana dan berakhir menjadi penonton saja.
Felix menghentikan langkah kakinya. Ia diam di tempat dan tidak bereaksi apa-apa.
Apakah ancaman Gabby barusan berhasil?
Gabby sangat berharap Felix mau menuruti keinginannya. Ia hanya tidak mau berpisah dengan Felix dalam keadaan bersitegang seperti ini.
Gabby tidak suka bertengkar dengan Felix.
"Sampai ketemu besok". Kata Felix saat menatap sekilas kearah Valerie lalu kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju kereta kuda miliknya yang sedari tadi telah menunggu tuannya untuk pergi.
"Tunggu...". Gabby ingin menghentikan kepergian Felix, namun sangat disayangkan Gabby tidak berhasil memegang tangan Felix. Dia hanya menangkap udara kosong.
Aneh sekali. Gabby merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
"Nona, kau baik-baik saja?". Annie segera menghampiri Valerie yang sepertinya syok setelah ditinggal pergi oleh teman baiknya.
"....."
Gabby tidak mampu menjawab pertanyaan Annie. Ia sangat bingung harus bereaksi seperti apa dalam situasi seperti ini. Bahkan dalam kehidupan Gabby sebelumnya, ia tidak pernah menghadapi situasi seperti ini.
Felix, kau kenapa?
Jangan pergi...
Jangan tinggalkan aku...
Di malam yang dingin menusuk kulit itu, Gabby harus rela menatap sedih sosok Felix yang menghilang di balik kegelapan malam dan menangis dalam hati.
***
"Nona, saya sudah selesai mempersiapkan semua keperluan nona saat berada di istana nanti". Kata seorang pelayan wanita yang sudah tua itu kepada majikannya.
Nona mudanya tidak menjawab dan hanya terus menatap keluar jendela. Nona muda itu nampaknya sedang menikmati pemandangan langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang bersinar berkilauan bagaikan batu permata.
"Sebaiknya nona muda segera menutup jendelanya dan segera beristirahat. Angin malam tidak baik untuk kesehatan nona". Si pelayan tua segera berjalan menuju jendela yang terbuka lebar itu untuk menutupnya.
"Jangan ditutup, bibi. Sebentar lagi..
Aku masih ingin melihat bintang-bintang itu".
"Nona masih banyak pekerjaan besok. Tuan bisa marah kalau nona sampai jatuh sakit". Si pelayan wanita tua itu tidak menghiraukan permintaan nona mudanya dan tetap menutup jendela itu.
"Haahhh...
Baiklah.. aku tidur sekarang". Gadis muda berambut pirang panjang bergelombang itu segera merangkak naik keatas tempat tidurnya.
"Selamat malam, nona Nikky. Selamat beristirahat".
"Selamat malam, bibi".
Si gadis cantik yang bernama Nikky itu segera menutup matanya ketika lampu kamarnya dimatikan oleh si pelayan wanita tua. Ia tersenyum penuh arti dalam kegelapan malam saat mengingat kejadian tadi sore di ibukota.
Pengeran Alex...
Pangeran Felix...
Kalian kakak beradik yang sangat tampan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Game: Nikky & The Magic Stone
Fantasy⚠️WARNING ⚠️ 🌸KARYA SENDIRI🌸 [ONGOING] Gabby yang sedang asyik bermain game baru pemberian temannya, tiba-tiba masuk kedalam game. "Kau harus memenangkan hati sang pangeran untuk mendapatkan batu ajaib itu". Kata narator kepada Gabby saat Gabby te...