CHAPTER 5

26 2 0
                                    

Kereta kuda yang membawa Gabby dan Annie telah tiba di ibukota. Suasana ibukota siang itu amat sangat ramai. Begitu banyak orang yang berlalu lalang di pinggir jalan, bahkan semua toko dipenuhi dengan banyak pelanggan.

Ibukota kerajaan Abyssinia memang selalu ramai seperti ini setiap harinya. Itu dikarenakan kerajaan Abyssinia memiliki luas wilayah yang lebih luas dari wilayah negara-negara tetangganya dan memiliki jumlah penduduk yang lebih besar.

Perekonomian kerajaan Abyssinia sangat stabil karena memiliki banyak sekali hasil bumi untuk diolah. Kekuatan militer mereka pun tidak perlu diragukan lagi. Para kesatria mereka sangat hebat. Bahkan kerajaan Abyssinia juga merupakan kerajaan penghasil penyihir berbakat terbanyak di dunia.

Karena itulah, kerajaan Abyssinia menjadi kerajaan terkuat dan termasyur sepanjang sejarah.

Kereta kuda milik keluarga Richardson tersebut berhenti tepat di depan salah satu cafe yang terkenal di ibukota. Gabby dan Felix berjanji untuk bertemu di tempat itu.

Cafe itu merupakan salah satu cafe favorit Valerie. Valerie sangat suka dengan dessert yang disajikan cafe itu. Ia tidak akan pernah melupakan bagaimana rasanya kue-kue itu meleleh dalam mulutnya. Hmm, sangat enak. Valerie sangat menyukai makanan manis.

Syukurlah, Gabby juga suka dengan makanan manis. Sepertinya mereka punya selera makanan yang sama. Tidak buruk.

Gabby melangkahkan kakinya perlahan lalu masuk ke dalam cafe diikuti oleh Annie dari belakang. Gabby dan Annie memandang berkeliling ruangan mencari sosok Felix, tapi tidak menemukan sosoknya dimana pun.

"Sepertinya pangeran Felix terlambat, nona". Bisik Annie. Ia tidak mungkin menyebutkan nama Felix dengan lantang. Ingat, dinding bertelinga!

Bagaimana jika ada orang jahat yang mendengar kalau pangeran Felix meninggalkan istana dan sedang asyik bermain sendirian di ibukota tanpa pengawalan. Mereka pasti akan datang untuk menculiknya dan meminta uang tebusan.

"Tidak seperti biasanya...". Gumam Gabby.

Tunggu sebentar, memangnya aku tahu kebiasaan Felix seperti apa? Konyol...! Gabby menertawakan dirinya sendiri dalam hati.

"Kalau begitu aku akan bertanya kepada pelayan cafe, nona". Kata Annie lalu memanggil salah seorang pelayan yang lewat di depan mereka.

Suasana di cafe juga sangat ramai, banyak pelanggan dari kalangan bangsawan yang datang bersantai di tempat ini. Jadi bukannya para pelayan cafe tidak sopan dan dengan sengaja mengabaikan kedatangan Gabby, tapi mereka benar-benar sibuk melayani para pelanggan yang datang lebih dulu.

"Ada yang bisa saya bantu, nona Valerie?". Tanya pelayan cafe dengan sopan saat tiba dihadapan Gabby. Pelayan itu sudah hafal dengan wajah Valerie yang merupakan pelanggan tetap dari cafe itu.

"Apakah masih ada tempat yang kosong? Kami ingin makan di cafe ini". Jawab Gabby tak kalah sopannya. Meskipun jiwanya sekarang adalah jiwa milik Gabby, tapi tubuh dan pikiran ini tetaplah milik Valerie. Tubuh ini selalu ingat bagaimana seharusnya ia bersikap dan bertutur kata. "Atau mungkin sudah ada yang memesan tempat menggunakan nama Felix?".

Pelayan pria itu jadi teringat dengan pesan tuan Felix tadi. "Maafkan saya, nona Valerie. Saya benar-benar lupa karena banyak sekali pelanggan. Tuan Felix sedang menunggu nona di ruangan khusus. Silahkan ikuti saya nona". Kata si pelayan yang mempersilahkan Gabby dan Annie untuk mengikutinya.

Gabby dan Annie berjalan mengikuti pelayan pria itu menuju ke lantai dua cafe. Mereka masuk kedalam ruangan yang ada di ujung lorong. Benar saja, Felix sedang menunggu kedatangan Gabby sambil menikmati secangkir teh chamomile kesukaannya. Teh itu sangat membantu Felix untuk menenangkan pikirannya.

Let's Play Game: Nikky & The Magic StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang