"BUSET DAH DI KAMPUS DIEM-DIEMAN TERNYATA MESUMNYA DISIMPEN BUAT DISINI?!"
Gue nengok, Yohan dengan mulut bacotnya berdiri sambil kacak pinggang di tengah pintu. Di belakangnya si Sian cekikikan.
"Aduh!" pekik gue waktu Mark malah ngeratin rangkulan dia ke gue. Masalahnya tuh gue kecekik bangsat!
"Mati, Mark, tuh liat mukanya biru!" teriak Sian sambil nunjuk muka gue.
"HISSS!" dengus gue sambil ngelempar lengan Mark. Si bangsul malah ketawa.
"Lagian mesum apaan sih, congornya asal banget gak sungkan apa kalo didenger tetangga," omel gue ke Yohan.
"Waduh, bercanda atuh neng geulis," kata Yohan. Mukanya ngeselin banget pengen gue sepak.
"Ya abis syahdu banget anjay, gue sama Sian aja kaga pernah begitu," tambahnya sambil ngambil duduk di samping gue.
Gue sama Mark cengo, Sian yang masih di depan pintu langsung tepok jidat.
"Kalian bener-bener jadian?" tanya Mark.
"Tau dah, tanya aja tuh sama orangnya masih hidup," sahut Yohan. Dibanding seneng sih lebih kelihatan frustrasi.
"Nggak Mark, gue sama Yohan temenan doang kayak lo sama Sunny -eh, apa malah lo berdua ya yang jadian? Anjing lo katanya lagi pedekate sama adek tingkat, tapi sekarang malah lagi kelonan sama Mark??"
"Kelonan apesiiiikkkkkk," keluh gue. Mark malah ketawa, GAK PAHAM SITUASI.
"Lo berdua jangan jadian deh, hancur dunia kalo kalian jadi satu," kata gue lagi.
"Friend zone, ya? Kayak elu sama Mark? Aciaaatttttt!" Yohan girang sendiri.
"Anjing," umpat Mark, tapi setelah itu ikut ketawa-ketawa sama Yohan sama Sian.
Gue yang makin muak ya Tuhan dosa hamba tuh apa sih bisa ketemu spesies manusia kayak begini?
☀☀
Bahkan sampe sekarang gue sama Mark jalan berdua ninggalin kontrakan, si cowok blasteran Kanada ini masih ketawa receh sambil ngeledekin gue.
"Kita friend zone, ya Sun? Duh kasian banget gue. Tapi gak papa, gue kuat kok. Tenang, gue gak bakal kemana-mana."
Bangke.
"Ini sebenernya mau ngapain ke sini? Gak mungkin kan mau nraktir gue?" tanya Mark waktu tanpa bilang apa-apa gue langsung belok aja ke Yoshinoya.
"Lo pikir gue kaya nraktir lo di sini?" ketus gue.
"Kali aja."
Gue abaikan jawaban Mark, dan setelah nemuin dimana letak duduk orang yang gue cari, akhirnya gue samperin.
"Mama!" panggil gue.
Wanita yang lagi duduk sambil ngelamun berpangku tangan mandangin bar itu nengok -iya, mama gue.
"Eh, hai," sapa Mama balik sambil berdiri dan meluk gue sebentar.
Mark cengo, sumpah deh tampang dia keliatan bego banget gerakannya macet-macet kayak video dari kaset rusak waktu diajak salaman sama mama gue.
"Waahhh.." kata Mark kemudian, malah mandangin tangannya yang bekas tangan mama gue.
"Norak lu ah." Gue geplak juga kan, gemes gue.
"Hehe.. Mark, Tante. Haduh.. grogi saya ketemu artis," kata Mark cengengesan.
"Bukan artis, santai aja. Duduk dulu, gih," kata Mama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Ineffable ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] (adj.) too great to be expressed through words was "Adek ; Lee Haechan" au | non baku winterwoops ©2019