Semenjak grup gue pecah —Doyeon dan Yeri sama sekali gak pernah ngontak gue, bahkan papasan di kampus pun gak pernah saling sapa, dan Mark yang belakangan suka ngilang dengan segudang alasan yang bikin gue gak bisa berkilah lagi, gue lebih sering kumpul sama Yohan dan Sian. Dengerin mereka ngebacot unfaedah, teriak-teriak misuhin satu sama lain, tapi terus akhirnya peluk-pelukan kayak anak kecil yang innocent gitu... bikin gue merasa sedih banget.
Nggak, bukan sedih karena merasa jomblo, tapi karena mereka ngingetin gue sama square gue —Mark, Doyeon sama Yeri.
Gue kangen.
Gue coba chat Mark, nanyain dia dimana sekarang, dia bilang lagi sama Yujin. Kayaknya ini anak beneran mau mepet Yujin, deh. Ya gak papa sih, tapi... tau dah.
Gue coba ngirim link postingan receh di grup KEPIK GLOWING sebagai umpan siapa tau ada yang ngerespon, tapi cuma di read doang. Sumpah ini grup jadi kayak kuburan, sepi banget.
At this point, I'm really affraid of losing them...
"Ngelamun lu, mblo?" senggol Yohan.
Gue nengok jengah. "Apa, sih??"
"Sensi banget, heran gue," cibir Yohan. "Lu ada masalah apa boleh cerita ke gua atau Sian. Jangan diem-diem begitu, kesurupan setan kampus jadi Joker lu."
"Goblok, njir!" toyor Sian.
Yohan cengengesan.
"Eh, tapi kapan hari gue ketemu sama Dejun, loh, Sun," kata Sian.
"Apaaaaan lagi lu tiba-tiba bawa-bawa mantan?" Yohan yang nyolot. Gue menghela nafas doang berusaha maklum.
"Ya gak papa, gue mau cerita emang gak boleh?"
"Iya terus lu ketemu Dejun terus ngapain?" tanya Yohan.
"Ih, kok lu sewot?"
"Tanya doang," kata Yohan, makin sewot.
"Guys, rek, cah, kawan-kawan, kalian gak capek apa ribut terus?" lerai gue pada akhirnya.
"Dia nih kalo cemburu emang suka rese!" tuding Sian ke Yohan.
"Dih, pede amat lu???"
Aduh, kuping gue.
"Tapi jalan sama Doyeon."
Gue nengok Sian cepet. "Hah?"
"Dejun jalan sama Doyeon."
"Hah???"
"De e de je u ju en, Dejun, jalan sama De o do ye o en yeon, Doyeon. Dejun, jalan, sama, Doyeon. Hm!"
Yohan ngakak. Gue ngorek kuping terus bilang, "Hah?" lagi.
"Ih, budek lu!"
Yohan ngakak. "Jam segini poliklinik kampus masih buka gak sih? Gue anterin berobat, yuk? Kasian gue, yang satu budek yang satu kayaknya tekanan darahnya tinggi," katanya.
Gue menghela nafas, begitu juga Sian yang auto ngelus dada.
"Sabar, gue sabar," katanya.
"Dimana lu liat mereka?" tanya gue.
"Di daerah angkringan. Gue kira salah liat, tapi ternyata emang mereka," jawab Sian.
Gue natap Sian.
Blank —saking banyaknya pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benak gue, gue malah jadi kayak orang bego.
☀☀
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Ineffable ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] (adj.) too great to be expressed through words was "Adek ; Lee Haechan" au | non baku winterwoops ©2019