49

1.2K 288 84
                                    

Mark sama Haechan nginep di rumah Mama gue, rencana mau balik ke villa tapi sama Mama disuruh agak nanti aja, katanya sarapan dulu. Sementara Kak Jungwoo juga katanya mau pulang ke rumah, ditemenin sama Kak Eunseo.

Mama juga bilang kalo Kak Jungwoo harus ngajak Ayah ngobrol, atau seenggaknya mint maaf karena semalem main kabur aja. Tadinya gue tanya, gue perlu ikut sekalian apa enggak, tapi katanya jangan dulu.

Iya, mendingan jangan dulu. Muka gue aja masih bengep begini, gak tau jadi kayak apa nanti kalo sampe ada ribut lagi.

"Selain hp mau dibawain apa?" tanya Kak Jungwoo.

"Ransel gue yang kemarin aja, Kak, bawain kesini."

"Isinya baju kotor bukannya?"

"Kan bisa dicuci di sini, lagian ini masih ada bajunya Mama," kata gue.

"Hmm.. oke," angguk Kak Jungwoo. "Mamaaaaaa~" Kak Jungwoo pergi ke dapur buat nyamperin Mama yang lagi masak, kayaknya buat pamitan. Gak lama dia balik lagi, sama Mama yang masih megang pisau. Mana di apronnya ada merah-merah, kayak abis ngebantai orang si Mama 😥

"Ati-ati," kata Mama. "Eunseo, bantuin Jungwoo, ya?"

"Iya, Tante —"

"Jangan salim, tanganku kotor, amis," cegah Mama waktu Kak Eunseo mau salim. Kak Eunseo nyengir.

"Ya udah berangkat," kata Mama.

"Nitip apa-apa nggak?"

"Nitip doa aja, good luck," ujar Mama.

Kak Jungwoo ketawa tipis, abis gitu ngegiring Kak Eunseo buat keluar rumah. Tapi sebelum itu Kak Jungwoo sempet nunjuk Mark yang duduk di sofa ruang tamu. Yang ditunjuk tolah-toleh bingung.

"Muka kamu agak pucet ya, Mark?" komentar Mama setelah ngamatin wajah Mark.

Gue nengok Mark —iya juga. Gue inget-inget kayaknya dari tadi juga diem aja. Sakit?

"Kemarin salah makan kayaknya, Tante," ringis Mark.

"Tante punya obat mag, mau? Kali aja asam lambungnya naik?"

"Mm.. boleh.." Mark ngikutin Mama ke dapur.

Gue juga, sambil ngebenerin letak kacamata, gue ngekor di belakang mereka.

"Itu, Mark, coba cari di laci atas," tunjuk Mama.

"Minggir," kata gue mendahului Mark ngebuka laci yang Mama maksud. Kasian dia jalannya aja gak bisa tegak, sakit banget apa ya?

"Nih, duduk, gue ambilin sendok"

Mark nerima obat mag dari tangan gue dan duduk di kursi di ruang makan yang jadi satu sama dapur ini, dan gue jalan ke rak buat ngambilin sendok.

"Lu bisa makan kasar?" tanya gue sambil ngasih sendok ke Mark.

"Oh, iya," sahut Mama. "Apa kamu makan bubur aja?"

"Gak usah repot-repot, Tante," ringis Mark.

"Nggak repot, kan ada Sunny." Mama ngelirik gue. "Tante tetep masak ini, kamu biar dibikinin bubur sama Sunny? Mau?"

Mark nengok gue dengan muka sungkan. Halah, pencitraan. Biasanya nasi padang 2 bungkus juga digas.

"Udah, mau aja. Gih, Sun, bisa kan bikin bubur?"

"Bisa," jawab gue dan langsung beranjak ngambil panci.

"Saya bisa bantu apa, nih?"

Kita bertiga nengok, mendapati Haechan berdiri di ambang pintu.

[1] Ineffable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang