mungkin akan sedikit bosan, tapi semoga enjoy :)
Tadinya, karena gue bener-bener gak bisa ikut anak-anak nge-camp di puncak, Haechan juga mau batal ikut. Tapi gue cegah.
"Kamu udah ikut patungan dan acara ini kan kamu juga yang ngerencanain? Masa malah kamu batal ikut?" kata gue.
Dengan berat hati dia mau berangkat —setelah nyuri satu kecupan ringan di pipi.
By the way, setelah malem itu —setelah, anu.. itu.. —alah, intinya dia semakin berani skinship sama gue. Gue bukan tipe orang yang anti skinship sih, mungkin karena Kak Jungwoo juga sering gelendotan ke gue kayak orangutan. Tapi Haechan sedikit berbeda —kayak.. lebih clingy? Kurang lebih kayak gitu.
Dapet dua hari dia nge-camp sama temen-temennya di puncak. Setiap beberapa jam sekali dia tiba-tiba video call, atau gak telepon aja cuma demi tanya gue lagi ngapain atau ngasih tau kegiatan dia di sana.
Kayak sekarang, dia video call gue jam 11 malem cuma demi nunjukin serunya kegiatan dia di sana bakar jagung rame-rame sambil bikin api unggun. Gue lihat sekilas tadi juga Mark main gitar buat ngiringin anak-anak nyanyi.
"Yakin gak mau ikut?" Tiba-tiba muka Haechan menuhin layar. Dari fokus kamera dan suara gaduh yang semakin terdengar jauh, gue kira dia pindah tempat. Dan bener, yang tadinya gelap, sekarang gambar Haechan di sana terang. Dia duduk di sofa, kembali mandang gue di seberang sini sambil makanin jagung bakar yang tadi dia dapet dari Yohan.
"Besok aku jemput ya?" katanya.
"Ngapain?" tanya gue.
"Ya aku ajak ke sini," katanya. "Masa aku doang yang gak punya pacar."
"Sama Mark aja sana, Mark kan jomblo."
"Maap, saya tidak suka spesies berjakun," katanya sewot.
Gue ketawa. Ya ampun receh banget gue!
"Ya?"
"Apa?"
"Aku jemput besok. Nginep semalem aja gak papa, masa dua bulan liburan mau diem aja di rumah?"
Iya sih.. gue sama sekali gak ada rencana buat liburan kali ini. Kalo kemaren-kemaren sih selalu ada Doyeon sama Yeri si anti gabut-gabut club. Tapi kan sekarang beda..
"Mau ya?"
Gue mandang Haechan melas. Dan dia langsung tau apa maksud gue.
"Gak papa, aku tanggung jawab kok."
"Kayak mau ngapain aja pake tanggung jawab segala," kekeh gue.
"Ih, kan gituu harusnya. Kalo di belakang ada apa-apa aku siap pasang badan ini buat tanggung jawab," katanya.
Gue ketawa hambar.
"Besok Bang Jungwoo di rumah gak?" tanya Haechan lagi.
Gue ngangguk. "Kenapa?"
"Nggak papa. Ya udah ini hp ku udah mau mati, batrenya tinggal dikit."
"Oh, iya.."
"Cepet tidur, Kak. Biar gak kesiangan bangunnya besok."
"Hmmmmm.. kamu juga."
"Aku sih mau main-main," katanya songong. Sengaja banget kayaknya mau bikin gue iri. GAK NGARUH YA SORRY
"Ya udah sana," kata gue.
Dia ketawa. Tuh kan, ngeselin emang bocil!
"Bye, dream me," katanya sebelum matiin sambungan video call dengan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Ineffable ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] (adj.) too great to be expressed through words was "Adek ; Lee Haechan" au | non baku winterwoops ©2019