38

1.6K 310 73
                                    

Gue bangun tidur, Mark udah gak ada di kamar gue. Entah sampe jam berapa sesi curhat gue sama dia semalem, gue sampe lupa gara-gara ketiduran.

Turun dari kamar, gue pergi mandi buat siap-siap ke kampus. Pas gue mau berangkat, pas banget Kak Taeil dateng.

"Tumben pagi-pagi kesini?" sambut gue sambil bukain gerbang.

"Undangan," kata Kak Taeil.

"Hah? Dari siapa?" tanya gue sambil nerima undangan dari Kak Taeil.

"Lah, gimana ini malah calon pengantinnya sendiri yang nganterin undangannya?" ledek gue setelah baca undangan itu. Kak Taeil cengar-cengir doang, lucu.

"Undangan VVIP ini, mah," katanya.

"Halah," cibir gue. "Kak Sua kenapa gak diajak sekalian?"

"Sua bagiin undangan ke temen-temen dia," kata Kak Taeil. "Ini lo mau ngampus?"

"Iya, Kak. Mau nganterin? Hehehehehe.."

"Enggak, orang udah ada yang nunggu," kata Kak Taeil.

"Hah? Katanya Kak Sua nyebar undangan ke temen-temennya?"

"Bukan gue yang ditunggu."

Gue bingung, nah pas Kak Taeil nunjuk ke seberang jalan, baru ngeuh. Bukan Kak Taeil yang ditunggu gaes. Tapi gue —kayaknya?

Haechan di seberang jalan nangkring di atas motornya, mandang ke sini sambil nyengir. Aih.

"Nanti kasih tau Jungwoo, ya? Kasih tau Om Taemin sama Tante Naeun kalo misalkan mereka ada, kalo gak ada ya gak papa," kata Kak Taeil. "Gue mau ke kontrakannya Yuta buat nganterin sisanya ini. Harus buru-buru juga soalnya mau balik ke kantor."

"Oh, iya."

"Sip, makasih."

"Yuhu~"

Kak Taeil segera beranjak ke motornya. Setelah pamitan sekali lagi dan nyapa Haechan sekalian, cowok yang seminggu lagi mau ngadain resepsi nikahan itu pergi.

Padahal seharusnya ini dia ngurusin hal pernikahannya yang lain malah sibuk nganterin undangan.

Haechan ngelajuin motornya ke depan gue. Sambil ngelepas helm nya dan dikasih ke gue, dia bilang, "Sehat?"

"Alhamdulillah, sesuatu," balas gue.

Haechan ketawa. "Gih, dipake. Kita berangkat."

Gue segera make helm gue dan naik ke jok belakang motor Haechan. "Kok tumben ke sini gak bilang-bilang?"

"Kalo udah jadi kebiasaan mah kayaknya gak perlu bilang dulu," jawab Haechan sambil ngelajuin motornya. "Lagian kalo bilang pasti Kak Sunny jawabnya 'iya', kan?"

Gue nyengir. Iya juga sih. Lagian dapet tebengan masa mau nolak hehehehehe

"Itu tadi Bang Taeil, kan, Kak?" tanya Haechan.

"Iya, kamu udah kenal?"

"Beberapa kali ketemu pas aku main ke kontrakannya Bang Taeyong," katanya.

Gue ngangguk-angguk. "Kenal sama semua geng nya Kak Taeyong, dong?"

"Mm.. gak juga. Kenalnya cuma yang sekontrakan —Bang Yuta, Bang Johnny, Bang Doyoung sama Bang Jaehyun. Satu lagi siapa, dah, yang mukanya cantik itu?"

"Yang cantik?"

"Iya, yang dulu pernah jadi ketua umum UKM tari di kampus," kata Haechan.

"Oh, Kak Winwin?"

"Nah, iya, itu! Dari kapan hari aku inget-inget cuma mentok wajahnya doang, namanya enggak. Abis dia diem banget, sih, ya orangnya."

Gue ngangguk setuju. Iya, sih, Kak Winwin itu bagi gue juga versi imutnya Kak Taeil —Kak Taeil imut juga sih kadang, tapi dia kelihatan lebih mature. Mungkin karena dia abang tertua di gengnya Kak Jungwoo, ya? Jadi kelihatan berwibawa banget. Apalagi sekarang udah kerja, jadi manajer pula. Makin-makin dah tuh.

[1] Ineffable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang