Luka Mayang 09

1.4K 71 4
                                    

Pagi harinya, semua berjalan seperti biasa. Mereka bersikap seolah tak terjadi apa-apa, termasuk Mawar. Sambil mengerjakan pekerjaan rumah, ia tak henti-hentinya memikirkan kejadian semalam. Meskipun harus menyembunyikan hal ini dari ibunya.

"Jangan melamun nanti kena pisau itu jarinya," kata nenek. Lamunan Mawar buyar dan langsung menoleh.

"I-iya, Bu."

"Semalem nginap di rumah Bik Rosita emang terasa ada yang janggal. Auranya gelap dan suram. Itu anaknya yang masih bayi, si Alitha, suka nangis tengah malem," ucap nenek menceritakan perihal tadi malam. Ya, pukul tujuh lewat, nenek meminta izin untuk menginap di rumah saudaranya. Tak jauh dari sini. Hanya berjalan kaki dua puluh menit. Bik Rosita mengalami kejanggalan aneh di rumah yang baru ia tempati tiga bulan itu.

"Oh, terus gimana jadinya, Bu?" tanya Mawar antusias.

"Ya, kita harus panggil orang pintar buat ngusir roh jahat di sana. Kasihan Alitha takut diapa-apain sama jinnya nanti," jelas nenek. Mawar manggut-manggut dan kembali melanjutkan kegiatannya. Dalam hati ia merasa tidak enak. Menerima kenyataan bahwa anaknya dihamili suaminya sendiri.

Namun, di balik itu semua, ia berusaha berpikir positif. Mengenai Maria, sosok lain yang entah darimana datang dan menguasai raga anaknya itu.

"Masak apa, Sayang?" tanya Kadir tiba-tiba muncul dari belakang. Mawar yang mendengar hal itu bukannya senang malah merasa jijik. Ia menjauh dari suaminya itu.

"Nggak usah deket-deket aku," kata Mawar sambil menahan tetesan air matanya jatuh. Kadir mendengkus pelan, ia tahu mengapa sikap istrinya menjadi seperti ini. Tentu saja perihal semalam. Mawar belum mengerti apa yang telah terjadi.

"Siapa Maria? Sejak kapan kamu berhubungan sama dia?" tanya Mawar sambil menatap tajam ke arah suaminya. Kadir malas berdebat pagi ini, ia memilih untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meninggalkan Mawar yang terdiam kebingungan di sana.

Wanita mana yang akan terima jika suaminya tega menghamili anaknya sendiri? Sakit ... hatinya terkejut. Hanya air mata yang bisa menenangkannya saat ini.

***

"Mayang! Ibu mau bicara sama kamu!" Mawar langsung mendobrak pintu dan menghampiri Mayang yang masih terbaring lemah di tempat tidur.

"Ap-apa, Bu?" tanya Mayang kaget. Ia berusaha bangun dan menerka-nerka apa yang membuat ibunya begitu murka.

Tanpa banyak cakap, Mawar menarik paksa tangan anaknya cukup kasar. Wanita yang belum sepenuhnya pulih itu hanya bisa pasrah. Ia menangis, merintih.

"Kamu tega, ya. Bisa-bisanya berhubungan sama bapakmu sendiri! Ibu nggak ada ajarkan kayak gitu, May!" bentak Mawar begitu emosi. Mayang terkejut bukan main. Ternyata ibunya sudah tahu rahasia besar ini. Susah payah ia menjaga agar ibunya tak tahu siapa ayah dari anak di rahimnya. Namun, entah mengapa, langit sedang menguji kesabaran wanita itu lagi.

Lelah ia berdo'a meminta jalan keluar; berharap Tuhan berbelas kasih padanya. Namun, semua do'a yang ia panjatkan bagai sampai ke langit, lalu kembali lagi ke bumi. Ia sudah mempersiapkan diri menerima perlakuan apa yang akan dihujamkan kepadanya nanti.

"Bu, sumpah demi Allah! May nggak tahu apa-apa soal ini. Semuanya terjadi begitu aja. May bahkan nggak tahu kalau sudah hamil empat bulan," jelas Mayang berderai air mata. Wajahnya semakin pucat, ia takut dibenci ibunya sendiri.

"Ibu ... percaya sama Mayang. Semua didikan ibu waktu kecil Mayang ingat sampai sekarang," lanjutnya sambil bertekuk lutut. Ia memohon dan mengiba. Sungguh, Mayang bagai kambing hitam. Disalahkan padahal ia sendiri tak tahu apa-apa.

Mayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang