Luka Mayang 14

1.1K 54 3
                                    

"Maaas!" ucap Mayang ketika melihat Azmir masuk kamar. Rindunya begitu menggebu-gebu, lama tak bertemu.

"Kangen, ya?" tanyanya iseng.

"Banget ... Nenek sama ibu tega kurung aku di sini," keluh Mayang.

"Iya, tadi mereka udah cerita. Sekarang gimana, baikan?"

"Belum. Buktinya masih diikat, berarti iblis itu masih di tubuhku."

Azmir menghela napas. "Kamu itu kenapa, sih sebenarnya? Mas bingung ...," ucapnya.

"Intinya May udah capek, Mas. Bujuk Nenek supaya melepaskan ikatannya. Sakit."

Azmir kasihan, tapi juga takut jika tiba-tiba Maria keluar. Ia mengelus puncak kepala kekasihnya, lalu tersenyum. Lega ternyata Mayang baik-baik saja meski beberapa luka kecil turut menghiasi tubuhnya yang semakin kurus.

"Makan dulu, ya? Mas suapin," ucap Azmir. "Maafin, Mas. Mas nggak tega tapi kalau kamu dilepaskan, takut jinnya keluar lagi. Mas nggak mau kamu kenapa-napa," lanjutnya.

"Mas ... bentar lagi hari pernikahan kita. Masa aku begini terus?"

"Nanti Mas bantu carikan ahli agama yang paham."

"Nggak, Mas. Nggak usah." Wajah Mayang menunduk, pasrah.

"Lho, gimana, sih? Katanya mau sembuh?"

"Percuma. Ustad kemarin aja nggak bisa sembuhin aku! Nggak ada yang bisa, Mas," jawab Mayang.

Kedua insan itu sama-sama tenggelam dalam pikirannya. Yang satu, habis-habisan memikirkan cara agar kekasihnya sembuh. Yang satu lagi, sudah merasa putus asa sejak kemarin. Takdir yang begitu pahit untuk wanita sebaik Mayang. Tuhan bagai mencabut semua keceriaan di wajahnya. Berganti tangis dan kesedihan sepanjang hari.

Detik hari berlalu, nadi berdetak, mengurangi jumlah waktu hidup di dunia. Mayang semakin yakin bahwa hidupnya tak lama lagi.

"Mas ... lepas talinya sebentar. Mau shalat," pinta Mayang. Azmir yang terenyuh mendengar permintaan wanita itu, langsung membuka ikatan Mayang. Ia akan menjaganya sampai Mayang selesai beribadah. Hanya sepuluh menit, tidak lama bukan?

Namun, di balik itu semua, ada perasaan aneh yang menyerang hati Azmir. Tiba-tiba saja Mayang ingin shalat. Yang ia tahu sebelumnya adalah, pemahaman agama di keluarga ini masih minim. Buktinya, lebih mengandalkan dukun daripada tokoh agama.

"Mas temenin." Usai mengambil air wudhu, Mayang mengambil mukenah di dalam lemari. Pergelangan tangannya yang luka membuat ia kesulitan meraih benda apa pun. Datanglah Azmir menolong, juga membantu memasangkan mukena putih bersih itu.

"Cantik," ucap Azmir memuji Mayang.

Wanita itu beribadah dengan khusyuk. Tak lupa memanjatkan do'a. Ia menitihkan air mata.

Tiba-tiba, entah datang darimana, Dahlia muncul dan mendekati Mayang.

"Ngapain kamu? Lepas!" perintah Dahlia. Mayang yang terkejut langsung mendongak dan menatap Azmir. Lelaki itu juga terperanjat, tiba-tiba datang dan mengganggu shalat Mayang.

"Nek ... a-apa?" tanya Mayang. Neneknya menatap tajam, mungkin tak suka jika ikatan tali itu dilepas.

"Siapa yang buka talinya? Kamu, 'kan?" Azmir mengangguk takut-takut. "Penengal sekali jadi anak! Sudah kubilang jangan dilepas ikatannya!"

"Mayang mau shalat, Nek. Apa nggak boleh?" Azmir mencari pembelaan, ia tak suka Mayang seperti tahanan di sini.

"Ah, nggak ada shalat-shalat! Aku nggak mau dia bebas sampai iblis itu keluar," ucap Dahlia lalu berbalik badan. Meninggalkan sepasang kekasih yang kebingungan itu. Apa salahnya? Toh, hanya sebentar, 'kan?

Mayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang