"Udah bangun? Nih, minum dulu," ucap Azmir sembari mengangkat leher Mayang dan memberinya air putih. Setelah itu, Mayang memilih jatuh ke pelukan calon suaminya. Ia lelah, sesekali terdengar suara isakan dari bibir mungilnya.
"Kenapa nangis?" Azmir mengusap bahu Mayang. Ia terkejut melihat kejadian tadi. Sikap dan penampilan Mayang begitu aneh dan berbeda dari biasanya. Mayang yang dikenal santun dan pendiam, tiba-tiba menjadi aneh dan menakutkan.
Mayang menggeleng pelan, lalu mengeratkan pelukannya. "Aku capek, Mas. Sampai kapan aku begini? Kalau tanpa sadar aku menyakiti kalian bagaimana?"
"Itu 'kan bukan kamu. Tapi ada yang lain di dalam tubuhmu. Aku ngerti kok," kata Azmir menenangkan. Mayang kembali menangis. Ia menatap pergelangan tangannya yang kembali terluka.
Azmir juga bingung, ia penasaran. Apakah benar ada jin sekuat itu yang tinggal di tubuh Mayang? Ataukah Mayang mempunyai kepribadian ganda? Jika memang iya, mengapa baru muncul sekarang? Beberapa minggu sebelum hari pernikahan mereka, banyak persoalan yang harus dihadapi bersama. Termasuk tanda tanya besar yang mengusik pikiran keduanya.
Mbah Rondo ....
Ya, hanya kakek tua itu yang bisa membantu Mayang. Jika tak bisa berbicara, setidaknya ia bisa berkomunikasi dengan bahasa tubuh, bukan?
"Sayang, besok kita ke Mbah Rondo aja, ya? Kita pastikan betul-betul sebenarnya kamu ini kenapa. Karena jujur aku juga bingung dan khawatir," ucap Azmir.
"Hu'um," balas Mayang singkat. Azmir kembali menariknya dalam dekapan sambil mengelus pelan kepala Mayang hingga wanita itu terlelap.
***
Azmir menutup pintu kamar Mayang perlahan-lahan. Ia mencari keberadaan Mawar atau nenek untuk bergantian menjaga Mayang. Takutnya jiwa yang lain itu kembali menguasai raga Mayang dan menyelakai banyak orang.
"Eh, Bapak. Darimana aja? Baru pulang?" tanya Azmir berbasa-basi. Kadir menaruh tas dan duduk di sofa.
"Iya, banyak banget kerjaan. Mayang udah tidur?"
"Iya, Pak. Baru aja. Besok kami mau ke rumah Mbah Rondo lagi. Aku khawatir dia kenapa-kenapa. Kayak tadi itu," jawab Azmir.
"Emang kenapa tadi?" Kadir yang penasaran langsung memasang mimik wajah terkejut.
"Tadi Mayang kerasukan lagi. Dia jadi aneh, Pak," jawab Azmir.
"Oh ... dia jadi kasar dan lebih berani, 'kan?" Azmir terdiam sesaat, ia cukup dikejutkan dengan perkataan Kadir. Mengapa Kadir bisa tahu hal ini?
"Lho ... kok, Bapak tau?"
"Hah? Oh ... em ... hahaha, gini. May pernah kerasukan juga waktu itu. Hampir aja nyakitin bapak. Tapi kalau dia begitu cantik juga, ya. Bapak suka," jawabnya sambil terkekeh. Azmir mengepal tangannya geram. Apakah ini sebuah candaan? Bisa-bisanya berkata seperti itu padahal Mayang di sana sedang berusaha sembuh. Azmir memilih pergi tanpa sepatah kata pun. Ia tak ingin mencari masalah karena tahu Kadir adalah pria yang egois dan pemarah.
Sepanjang perjalanan pulang, Azmir tak berhenti memikirkan hal itu. Apa kejadian ini ada kaitannya dengan Kadir? Kata-kata dan sikapnya tadi sangat aneh menurutnya, bagai orangtua tak punya hati.
Ia berniat membeli segelas kopi hangat untuk menenangkan pikiran. Ketika keluar dari mobil, tak sengaja netranya menangkap sosok kakek tua yang berjalan sambil memegang sebuah tongkat. Kakek itu meminta makanan dan uang kepada pengunjung yang datang ke kafe. Banyak yang terbuka hatinya memberi beberapa lembar uang ribuan atau membelikan si kakek makanan. Namun, ada juga yang cuek dan pura-pura tak melihat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang [END]
Mistério / SuspenseTELAH TERBIT || Part Dihapus Acak! Order novelnya agar bisa membaca keseluruhan -Versi mini seri segera ditayangkan!- Plagiator Harap Menjauh! Pelajari undang-undang hak cipta agar Anda tidak dijatuhi hukum. *** Luka .... Bisakah aku menahannya? Sa...