Luka Mayang 21

1.1K 52 12
                                    

Pukul 14.00

[Bentar lagi aku sampe di rumahmu.]

Tak dibuka, Raka langsung memberitahu kakaknya bahwa Tio sudah dalam perjalanan. Azmir pun bersiap-siap dan mereka berdua menunggu di luar. Tak lupa ibu Azmir membungkus makanan untuk keluarga Mayang.

"Ayo, langsung aja," ucap Azmir tatkala Tio dan bapaknya baru sampai di depan rumah. Untuk menghemat waktu, mereka menggunakan jalan pintas yang katanya jarang sekali dilalui orang. Banyak rumor yang beredar tentang angkernya jalan ini. Kadang kala, pejalan kaki diganggu sosok wanita berbaju merah tua yang suka menampakkan dirinya. Atau pedagang yang menerima uang daun setelah barang dagangannya dijual ke sesosok anak kecil.

Warga di sini lebih memilih untuk putar balik, melalui jalan yang lebih lama dan panjang daripada harus mengalami gangguan menyeramkan itu. Namun, Raka dan Azmir percaya jika manusia tidak mengusik, maka bangsa gaib pun tidak akan mengganggu. Mereka hanya numpang lewat, 'kan?

Dua sepeda motor memasuki jalan setapak yang dinamai warga Jalan Gaib. Tidak ada yang aneh hingga di pertengahan jalan, Raka melihat petani lewat sambil membawa cangkul. Anehnya, petani itu jalan lurus tanpa melihat ke depan. Ia menunduk dan menabrak apa saja yang dilewatinya. Karena takut petani itu celaka, Raka meminta Azmir untuk berhenti sebentar.

"Kenapa lagi? Kita buru-buru ini," tanya Azmir kesal.

"Coba lihat ke sana." Raka menunjuk ke arah kanan. "Itu petani jalannya lurus, takutnya dia jatuh atau nabrak benda tajam," lanjutnya menjelaskan.

"Bro! Duluan aja, nanti kami susul!" teriak Azmir, berharap Tio mendengar. Bapak Tio menoleh dan mengacungkan jempol sebelah kiri. Paham kode yang diberikan, Azmir pun menghentikan motor tepat di depan sebuah rumah kosong.

"Cuma ada rumah ini sepanjang jalan, serem, ya?" ucap Raka.

"Hust, kamu mau ngapain tadi? Buruan! Bapaknya Tio itu mau ngobatin orang banyak. Kalau sampai orang lain mati gegara kamu, siap-siap dihantui!" ancam Azmir geram.

"Temenin."

"Dasar bocah."

"Hei! Ngapain berdua di sana? Pulang ...! Pulang!" ucap seseorang yang entah darimana.

"Mas, denger nggak?" Azmir menggeleng, hanya Raka yang mendengar suara itu.

"Ah, masa bodoh. Ayo, cepet, Mas!"

Raka mengikuti petani itu diikuti Azmir dari belakang. "Pak, hati-hati, Pak!" ucap Raka. Namun, petani itu tak menggubris perkataannya. Ia terus berjalan tak peduli benda atau lubang di hadapan.

"Pak!" Azmir pun memegang bahu petani itu dan membalikkan tubuhnya. Seketika, kakak beradik itu lemas. Petani yang dikira manusia, ternyata bagai mayat hidup. Mata bolong, mulut robek, dan banyak bercak darah seperti orang korban pembunuhan.

"Se-setaaan ...!" Raka langsung berlari, meninggalkan kakaknya yang masih terpaku tak berdaya.

"P-pak ...."

"Pulang ... pulang ...," ucap petani misterius itu. Azmir tak peduli apa yang dikatakannya, langsung berbalik badan dan berlari menuju motor. Di sana Raka terduduk sambil terus mengatur napas yang tersengal-sengal. Baru kali itu dia melihat sosok yang begitu hancur dan mengerikan!

"Gila, apaan itu."

"Udah, kita buru-buru udah ditinggal jauh."

***

"Lho, kok mereka belum nyusul? Tio cuma hapal sampe sini jalannya, ke mana lagi, ya?"

"Coba telepon dulu. Mungkin habis bensin," ucap bapak Tio.

Mayang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang