Bab 4: Gelas yang Sangat Indah - bagian 3

239 30 3
                                    

Segera pelayan Permaisuri datang untuk mengatakan bahwa semua orang sudah hadir dan Pangeran Kui harus datang jika sudah memiliki waktu longgar.

Li Shubai memberi isyarat agar Huang Zixia mengikutinya masuk ke dalam aula.

Secara tradisional, para Pangeran memilih Selir-selir mereka diantara putri para menteri atau wanita bangsawan. Tentu saja para wanita itu tidak berbaris untuk dipilih menjadi selir. Bahkan meskipun semua orang mengetahui apa yang terjadi, para wanita itu hanya diminta untuk makan dalam suatu perjamuan makan, sementara Pangeran akan mengamati mereka dari balik layar. Jika Pangeran menemukan orang yang cocok, wanita itu akan diminta untuk menemui Pangeran dan menerima hadiah, menanyakan nama wanita itu tetapi tidak mengatakan hal yang lainnya lagi, karena semuanya sudah diatur sebelumnya.

Huang Zixia memasuki pintu samping aula bersama dengan Li Shubai. Huang Zixia melihat sebuah layar sutra yang disulam dengan rumit yang memisahkan bagian depan dan belakang. Huang Zixia dapat melihat dengan jelas semua orang yang berada di aula depan, tetapi orang-orang itu mungkin hanya dapat melihat bayangan tubuh Huang Zixia yang samar-samar.

Orang-orang itu mungkin merasa Li Shubai sedang berdiri di aula belakang dan memperhatikan mereka, karena gerakan semua wanita itu sedikit tidak wajar. Hanya satu orang, yang berada di sebelah kanan Permaisuri, yang terlihat tenang. Huang Zixia memperhatikan Permaisuri. Permaisuri memiliki wajah yang cantik dan mengenakan gaun berwarna merah yang dihiasi dengan pola awan. Permaisuri memiliki sepasang mata yang jernih dan cerdas, yang seakan bersinar dengan cahaya dari batin.

Permaisuri adalah Permaisuri kerajaan kedua dari keluarga Langya Wang. Ketika kakak perempuan Permaisuri meninggal, Permaisuri masuk ke Istana Yun dan menjadi istri Pangeran Yun. Setelah Pangeran Yun naik tahta, barulah Permaisuri mendapatkan kedudukannya sebagai Permaisuri. Permaisuri kira-kira berusia sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapan tahun tetapi dia nampak baru berusia dua puluh tahun.

Semua wanita itu mengenakan gaun sutra yang diatur seperti bunga-bunga yang mengelilingi meja tetapi tidak dapat dibandingkan samasekali dengan kecantikan Permaisuri. Huang Zixia mengagumi Permaisuri, memikirkan ketika dirinya masuk ke istana dan melihat Permaisuri tiga tahun yang lalu, Huang Zixia tidak mengerti apa arti bagi seseorang untuk menjadi cantik hingga cukup untuk menaklukkan kerajaan. Sekarang, setelah sedikit dewasa, Huang Zixia mengerti mengenai kecantikan seseorang.

Gadis yang berada di sebelah Permaisuri pastilah sepupu Permaisuri yang paling muda, gadis lain dari keluarga Langya Wang yang bernama Wang Ruo. Huang Zixia dapat melihat bahwa, meskipun Permaisuri dan Wang Ruo memiliki hubungan keluarga, mereka berdua tidak terlihat mirip satu sama lain. Kenyataannya, nama mereka cocok untuk mereka. Nama yang diberikan pada Permaisuri adalah Shao, sejenis bunga peony, dan Permaisuri terlihat sangat cantik dalam balutan gaun merahnya itu. Wang Ruo, yang mengenakan gaun berwarna ungu, lebih menawan dan lembut seperti buah persik ataupun buah plum. Meskipun Wang Ruo tidak dapat menyamai Permaisuri, dia memiliki pesona yang naif.

Meskipun wanita yang lain tidak buruk, tetapi mereka semua tidak dapat dibandingkan dengan kedua wanita ini. Huang Zixia memusatkan perhatiannya pada seorang gadis yang mengenakan rok lebar, berwarna merah muda yang terang. Pipinya bulat, dan dia memiliki mata yang indah berbentuk kacang almond, tetapi dagunya selalu sedikit terangkat, yang membuatnya terlihat sedikit arogan. Huang Zixia berpikir gadis itu pastilah Putri Qi Le, yang diketahui oleh semua orang di ibukota ingin menikah dengan Li Shubai lebih dari apapun.

Putri Qi Le berasal dari Shu. Dia memiliki sedikit darah bangsawan, tetapi keberhasilan ayah Putri Qi Le di pengadilan sehingga mendapatkan gelar Pangeran Yi, membuat Putri Qi Le menjadi seorang Putri. Nyonya Zhao bertanggung jawab atas urusan istana, dan dikatakan bahwa Putri Qi Le menyuap petugas istana untuk membiarkannya menyalin kitab suci untuk Nyonya Zhao dengan maksud agar Nyonya Zhao memujinya di depan Li Shubai sehingga memungkinkannya untuk dipilih sebagai istri Li Shubai. Sayangnya, usahanya itu tidak berhasil, sehingga Putri Qi Le menjadi bahan lelucon di ibukota.

Li Shubai melambaikan tangannya pada pelayan yang bernama Zhang Ling agar mendekat dan, menunjuk pada Wang Ruo, dan berkata, "Dia."

Huang Zixia terkejut. Bagaimana bisa Li Shubai memilih istrinya secara sekilas saja?

Tetapi Huang Zixia hanya dapat berkata, "Apakah Pangeran tidak ingin memikirkannya lagi?"

"Memilih seseorang untuk menghabiskan sisa hidupmu dengannya dari sekumpulan orang yang tidak kau kenal, hal apa lagi yang harus dipertimbangkan?"

"Tetapi wanita yang dipilih oleh Pangeran harus memiliki karakter yang unik."

Li Shubai menatap Huang Zixia dari samping, bibirnya sedikit melengkung membentuk senyuman, tetapi tidak ada kegembiraan di matanya, "Ya," kata Li Shubai, "Dari semua kandidat, dialah yang paling cantik."

Huang Zixia terpana dengan sikap Li Shubai yang tidak tahu malu itu. Setelah beberapa saat Huang Zixia berkata, "Mungkin Pangeran harus sedikit berhati-hati."

"Ini adalah pilihan yang sangat berhati-hati. Karakter, moralitas, dan latar belakang keluarga mereka telah melalui proses seleksi. Yang harus aku lakukan adalah memilih yang paling enak dipandang, bagaimana menurutmu?"

Yang dapat dikatakan oleh Huang Zixia adalah, "Selamat telah menemukan kekasih anda."

Li Shubai mengulurkan tangannya ke wajah Huang Zixia.

Huang Zixia tidak tahu apa yang diinginkan oleh Li Shubai. Kemudian Huang Zixia berbalik dan melihat Wang Ruo datang bersama dengan pelayan.

Terdengar suara berisik yang keras dari aula depan. Putri Qi Le menyadari bahwa Li Shubai telah memilih orang lain, dan diapun menumpahkan supnya pada wanita yang berada di sebelahnya.

Qi Le dengan cepat menggunakan saputangannya untuk membersihkan sup yang tumpah itu, "Ya ampun ... betapa cerobohnya ..." sebelum Qi Le dapat menyelesaikan kalimatnya, air matanya menggenang. Qi Le menggigit bibirnya dan menoleh pada pelayan yang berada di belakangnya dan pura-pura berkumur di mangkuk ketika dia menangis.

Huang Zixia tidak punya waktu untuk memperhatikan Qi Le. Huang Zixia segera membuka kotak dan meletakkan bunga di tangan Li Shubai.

Wang Ruo menundukkan kepalanya dengan pipi yang sedikit memerah ketika dia berjalan menghampiri Li Shubai.

Wang Ruo tidak mungkin berusia lebih dari enam belas atau tujuh belas tahun, ramping, dan setengah kepala lebih tinggi daripada wanita yang lainnya. Gaunnya disulam dengan begonia bulat dan pola sutra emas yang rumit. Wang Ruo mengenakan enam jepit rambut di rambutnya dan kalung giok mutiara yang indah yang bergoyang ketika dia berjalan. Berbeda dengan penampilannya yang luar biasa itu, Wang Ruo terlihat polos dan berhati-hati. Dia tetap menundukkan kepalanya ketika dia berjalan, terlalu malu untuk melihat langsung pada orang lain.

Li Shubai menunggu sampai Wang Ruo berada di hadapannya dan menyerahkan bunga pada Wang Ruo sebelum berkata dengan lembut, "Kau adalah Wang Ruo?"

Tubuh Wang Ruo gemetar seolah disambar petir.

Wang Ruo mengepalkan tangannya, kemudian menatap Li Shubai dengan penuh semangat. Mata Wang Ruo tiba-tiba menjadi basah, dan dia sepertinya jatuh terhuyung-huyung, seolah mengingat kenangan lama. Wang Ruo gemetar dan mencengkram kerah gaunnya, tidak dapat berbicara.

Huang Zixia mengawasi Wang Ruo.

Li Shubai juga memperhatikan reaksi aneh dari Wang Ruo itu tetapi tidak mengatakan apapun.

Wang Ruo akhirnya menenangkan dirinya dan mengangkat tangannya ke bibirnya, "Pangeran Kui ... ini benar-benar ... benar-benar anda," kata Wang Ruo.

Li Shubai sedikit menaikkan alisnya tetapi tidak mengatakan apa-apa.

"Saya ... Saya tidak pernah berpikir saya akan seberuntung itu, maka, maka, saya bersikap bodoh. Tolong maafkan saya." Wang Ruo tidak berdaya. Li Shubai tidak menanggapi, dan Wang Ruo hampir menangis.

Ekspresi Li Shubai menjadi lebih lembut. Li Shubai memberikan bunga peony pada Wang Ruo dan berkata, "Kau pasti terbiasa berada di rumah, bukan di tempat seperti ini. Aku membuatmu terkejut."

Wang Ruo mengangguk dan tersenyum dengan sedih sambil menghormat dalam-dalam untuk berterima kasih atas hadiah yang diberikan oleh Li Shubai. Kemudian Wang Ruo mengulurkan tangan dan mengambil bunga peony itu, memegang bunga peony itu erat-erat di tangannya, wajah Wang Ruo memerah seperti bunga begonia yang disulam di gaunnya itu.

Hanya Huang Zixia yang melihat air mata jatuh di atas bunga peony itu, dan Wang Ruo dengan lembut mengguncang kelopak peony itu menjadi percikan sebelum menghilang menjadi kabut yang halus.

[Terjemahan] The Golden Hairpin Vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang