Bab 6: Burung dalam Sangkar - bagian 7

210 25 0
                                    

"Ruo, mengapa kau dan Yang Chonggu masih berdiri seperti itu?" seru seseorang yang berada di belakang Huang Zixia dan Wang Ruo. Orang itu adalah Wang Yun, yang telah menunggu Huang Zixia dan Wang Ruo di kaki gunung. Karena Huang Zixia dan Wang Ruo tidak juga kembali, maka Wang Yun-pun mencari mereka berdua. Wang Yun pergi menuruni tangga. Pakaian Wang Yun yang terbuat dari satin berwarna putih itu melambai tertiup angin, membuat sosok Wang Yun terlihat bersih dan cerah seperti langit.

Wang Yun melihat sangkar burung kosong di atas tanah dan bertanya, "Dari mana sangkar burung itu berasal?" Wang Yun memperhatikan ekspresi Wang Ruo, "Apa yang terjadi, saudariku?"

"Sau ... Saudaraku." Kata Wang Ruo, suara Wang Ruo bergetar ketika Wang Ruo menatap Wang Yun dengan mata berkaca-kaca.

"Apa yang terjadi?" tanya Wang Yun sambil mengerutkan kening.

"Baru saja ... seorang pria aneh. Di – dia berkata ..." suara Wang Ruo bergetar dan Wang Ruo tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun juga.

"Sebelum Pangeran datang," kata Huang Zixia, "muncul seorang pria yang membawa sangkar burung dan entah bagaimana caranya pria itu membuat burung yang berada di dalam sangkar yang dibawanya itu tiba-tiba saja menghilang. Pria itu mengatakan bahwa Tuan Puteri mungkin juga akan menghilang seperti burung dalam sangkar itu."

"Seorang pria?" Wang Yun memperhatikan sekelilingnya, dan tertegun, "Kuil ini sudah dibersihkan dan diamankan sebelum kalian masuk ke dalam, juga aku bersama dengan para pengawal sudah berjaga-jaga di kaki bukit. Bagaimana mungkin ada orang yang bisa masuk kemari?"

"Pria itu tidak dapat melarikan diri dari kuil. Pergi dan lihatlah, dan kau akan menemukan pria itu." Kata Wang Ruo, dengan gemetar.

Wang Yun mengangguk, "Jangan khawatir. Tidak akan ada yang terjadi kepada putri dari keluarga Langya Wang segera setelah dia menjadi Selir Kui."

Mata Wang Ruo penuh dengan air mata, "Mungkin aku terlalu banyak berpikir. Dengan waktu pernikahan yang semakin dekat, aku merasa sulit untuk tidur."

Wang Yun tersenyum, "Aku tahu. Aku pernah mendengar bahwa semua calon pengantin akan seperti itu. Mungkin itulah yang dinamakan dengan kegelisahan."

Wang Ruo mengangguk sedikit dan menggigit bibir bawahnya.

"Oh, saudariku, Pangeran Kui adalah orang yang sangat baik. Apakah kau merasa khawatir bahwa kelak kau tidak akan dapat hidup bahagia?" kata Wang Yun, "Mari kita pergi, jangan percaya pada omong kosong itu."

Wang Ruo menundukkan kepalanya dan menuruni tangga bersama dengan Wang Yun menuju ke aula utama yang terletak di lereng gunung. Huang Zixia berada di belakang Wang Ruo, "Chonggu." Kata Wang Ruo.

"Hamba di sini, Tuan Puteri." Jawab Huang Zixia.

"Apakah kau juga berpikir bahwa akhir-akhir ini aku terlihat gelisah dan khawatir?"

Huang Zixia berpikir sebentar dan menjawab, "Tuan Puteri terlalu mengkhawatirkan Pangeran Kui, sehingga hal itu membuat Tuan Puteri merasa tegang."

Wang Ruo mencibir dan menatap Huang Zixia dengan mata berkaca-kaca, "Mungkin." Kata Wang Ruo dengan suara pelan.

Para biksu masih berada di tempatnya, dan suara lonceng terakhir yang berdentang terus terdengar di sekeliling mereka. Mendengar ayat suci Sang Buddha, Huang Zixia teringat kata-kata Neneknya. Semua cinta tidak akan kekal dan berangsur memudar. Cinta menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan. Huang Zixia melihat Wang Ruo menundukkan kepalanya dan berpikir, Apakah Wang Ruo benar-benar menjadi seperti ini karena Li Shubai?

[Terjemahan] The Golden Hairpin Vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang