بسم الله الرحمن الرحيم
"Sesuatu yang menurutmu baik, belum tentu baik menurut Allah untukmu. Akan tetapi, sesuatu yang menurut Allah baik, sudah tentu baik untukmu. Meskipun harus dilalui dengan perjuangan, percayalah! Ada kebahagiaan yang tengah menanti."
..
.Happy Reading
Seperti yang dikatakan oleh Mas Fahri usai menunaikan ibadah salat Subuh, malam ini juga saat sepertiga malam terakhir aku akan melaksanakan salat Istikharoh. Bermunajat kepada Sang Kuasa agar dipilihkan pilihan yang terbaik.
Mengapa di sepertiga malam terakhir? Memang benar salat Istikharoh boleh dilaksanakan kapan saja. Akan tetapi, lebih utama dilaksanakan pada sepertiga malam terakhir. Itu yang kudapat setelah membaca-baca buku Fikih pemberian abi.
Semoga saja, apapun keputusannya nanti, itu adalah yang terbaik untukku menurut Sang Maha Kuasa. Maka akan kujalani dengan sabar dan ikhlas.“Nasya, jangan lupa! Mas Fahri tunggu jawabannya besok.” Mas Fahri kembali mengingatkanku sebelum dia pergi ke masjid untuk membantu abi menyimak hafalan para santri.
Seperti yang aku ketahui, di pondok pesantren Nurul ‘Ilmi yang berada di naungan Abi dan Umi ini, setiap pagi sebelum kegiatan sekolah formal selalu ada kegiatan setor hafalan terlebih dahulu. Jika tidak kebagian giliran, maka akan dilanjutkan usai salat Isya di hari-hari tertentu saja.
“Iya, Mas,” sahutku cuek.
Hari ini, tolong jangan cepat berlalu. Berikan waktu lebih leluasa lagi untuk berpikir. Lagi pula aku heran dengan umi dan abi, kenapa tidak menunggu aku lulus SMA saja? Entahlah. Lagi dan lagi pertanyaan itu berkeliaran dalam benak.
***
Tidak sesuai dengan harapan, hari ini justru rasanya berlalu begitu cepat. Di sepertiga malam terakhir aku terbangun dari tidur. Qiyamul lail—salat malam—yang menjadi tujuan utama setiap hari adalah salat Tahajud. Namun, selanjutnya akan kuteruskan dengan salat Istikharoh.
Aku bermunajat kepada Sang Kuasa, memohon yang paling baik dari yang terbaik. Berdoa agar selalu diberi kesehatan dan perlindungan, agar senantiasa berada di jalan yang lurus, di jalan yang Ia ridai. Tak lupa agar diberi ampunan atas doa yang menumpuk.“Nasya,” panggil seseorang dari arah pintu kamar.
“Iya, sebentar,” sahutku kemudian bergegas merapikan sajadah dan mukena, kemudian memakai hijab berwarna biru tua yang senada dengan gamis.
Aku memutar knop pintu pelan, ternyata itu Umi. Tumben sekali Umi menghampiriku dini hari seperti ini.
“Ada apa, Mi?” tanyaku.
“Bagaimana keputusanmu? Mas Fahri bilang kamu akan memutuskannya hari ini,” ucap Umi. Rupanya beliau kembali menanyakan keputusanku.
“Ya Allah, Mi. Hari ini masih lama, loh, dua puluh empat jamnya. Nanti, Mi,” sahutku kemudian beranjak duduk di atas ranjang tempat tidur serba biru muda.
“Ya sudah. Umi tunggu jawabanmu.” Umi kemudian berlalu. Tak ada ucapan lain yang terlontar dari mulut beliau, hanya ada ucapan ‘umi tunggu jawabanmu’, hanya itu yang terdengar setiap hari.
![](https://img.wattpad.com/cover/215048407-288-k80022.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Gus Tampan (END)
Spiritual⚠️ADA INFO PENTING DI DESKRIPSI PALING BAWAH Di gerbang pesantren ini, aku mulai mengaguminya. Akan tetapi, kekaguman itu berubah menjadi rasa sebal saat melihat sikap aslinya. Aku yang mati-matian menolak masuk ke sini pun seolah terjebak dalam lin...