#5 Gus Yang Menyebalkan

12.7K 916 34
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Jangan terlalu mengagumi manusia sampai kamu memalaikatkannya dan jangan terlalu membenci manusia sampai kamu mengibliskannya."
.


.
.

Happy Reading

Setelah kegiatan mengaji kitab kuning seusai salat Isya seperti biasanya selesai, aku pun memutuskan untuk pergi ke asrama sendirian. Karena melihat Dita yang masih sibuk dengan zikirnya, niat untuk mengajaknya kembali ke asrama pun kuurungkan.

"Ning!" Suara laki-laki berseru dari belakang ketika aku baru selangkah menuruni batas suci masjid yang didominasi dengan warna putih dan emas itu.

Aku pun memperhatikan sekitar. Siapa yang dia maksud? Tidak ada perempuan lain di teras masjid. Semuanya sudah kembali ke asrama, sekalipun masih ada yang berdiam diri, itu pun di dalam masjid.

"Ning Nasya!" Laki-laki itu mengulang panggilannya sembari mendekat ke arahku. Kali ini sudah bisa dipastikan kalau dia memanggilku.

"Ada apa?" tanyaku sembari mendongak. Hah! Ternyata itu Gus Akhsan.

"Dipanggil sama ummah," jawabnya sembari menyunggingkan senyum.

"Senyummu enggak berpengaruh, Gus," ucapku ketus. Jangan harap aku lupa dengan kejadian tadi siang. Dengan santainya berjalan sembari terkekeh ria sama Mas Fahri.

"Oh, masih marah? Enggak masalah kalau kamu masih marah. Tapi penuhi panggilan ummah. Lagian cuma seperti itu, kok, marahnya awet banget. Diformalin, ya?" Sumpah, demi apa, omongannya itu seperti cabai, pedas.

"Ha? Bilang apa, Gus? Cuma seperti itu?" cecarku sungguh tidak terima.

"Sudah selesai mengomelnya? Kalau mau dilanjutkan, sambil jalan saja," ucapnya kemudian berlalu pergi mendahului. Aku pun mengikutinya dari belakang, hanya berjarak satu meter.

"Gus," panggilku penuh amarah.

"Hmm ... apa?" Dia menjawab tanpa menoleh.

"Aku cuma mau bilang ... kamu itu sangat menyebalkan!" gumamku.

"Jangan terlalu berlebihan membenci seseorang. Takutnya nanti berubah jadi cinta. Saya enggak tanggung jawab kalau suatu saat nanti kamu mencintai saya," sahut Gus Akhsan dengan santainya.

"Cih, siapa juga yang bakalan suka sama kamu. Gus yang menyebalkan!" Aku kembali bergumam.

Tak lama kemudian, kami pun sampai di teras rumah Buya Haris dan Ummah Zahra. Yang pertama kali kujumpai adalah seorang gadis dengan pasmina dusty pink dan gamis hitam seperti tengah menunggu seseorang.

"Lama sekali, Mas? Ummah sudah menunggu dari tadi," ucap gadis yang belum aku ketahui namanya itu.

"Itu, yang dipanggil mengomel terus dari tadi." Merasa tersindir, aku pun hanya bisa mendengus kesal sembari menatap Gus Akhsan dengan tatapan tajam. "Buruan! Bisa-bisa kamu tambah suka sama saya."

"Amit-amit." Aku pun beranjak mengikuti Gus Akhsan. "Mari!" sapaku pada gadis yang belum aku ketahui namanya itu.

"Nggeh, monggo, Mbak," sahutnya sangat ramah.

Kutukan Cinta Gus Tampan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang