Part 15

523 46 4
                                    


~~~Happy Reading~~~

Jefri POV.

Sudah dari tadi gue gelisah mikirin keadaan Syifa, apa dia sakit parah? Kata Bu Tiwi (guru agama), Rizky dan Syifa izin ke uks Karena Syifa sakit.
Karena fikiran gue emang ga lagi di pelajaran, gue mutusin buat izin ke toilet sama buk tiwi.

Sekarang gue udah ada di depan UKS. Sebelum gue buka pintu, gue dengar Rizky dan Syifa lagi berbicara serius. Hal itu membuat gue mengurungkan niat gue buat masuk, dan memilih menguping pembicaraan mereka.

Gue mendengar semuanya. Dari Rizky dijodohin terus dia nolak, dia ngungkapin perasaannya sama Syifa. Terus sampai... Sampai Syifa menerima Rizky dan mau berjuang bersama Rizky. Hati gue sakit, dada gue sesak, tangan gue sudah membentuk genggaman karena menahan kesal. Gue pergi dari situ dan menuju atap.

Gue ga tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, gue ingin teriak sekeras-kerasnya, tapi disatu sisi gue mikir, ini sekolah, gue belum siap dihukum hormat di depan tiang bendera karena ketahuan membolos, otak gue masih bisa mikir kalau cuaca lagi sangat panas.

Karena kesal gue menendang sebuah kardus bekas yang ada di sana. Kalau gue cewek mungkin sudah dari tadi gue nangis, tapi gue cowok. Masa cowok nangis cuma karena ditolak cewek, Tapi Rizky melakukannya, gue lihat sendiri malam itu dia nangis. Bedanya Rizky nangis bukan karena di tolak Syifa, dan gue karena di tolak. Di tolak pun bukan kata yang pas buat gue saat ini. Gue bahkan belum nembak Syifa. Gue udah kalah sebelum mulai pertandingan.

Memikirkannya lagi, semakin membuat gue kesal. Gue sangat kesal, kenapa bukan gue aja yang lebih dulu ketemu Syifa. Mungkin kalau itu gue, gue ga akan sepengecut Rizky, yang ninggalin Syifa karena ancaman mamanya. Gue tersenyum miris. Bahkan sekarang Rizky udah ga jadi pengecut lagi. Gue pengen teriak dengan egois dan bilang kenapa Rizky ga jadi pengecut terus aja? Kenapa dia harus sok berani kayak gitu!!! Mungkin karena ceweknya Syifa.

Gue masih berdiam diri di atap sekolah tanpa berniat kembali ke kelas. Gue lagi ga mood mendengar penjelasan panjang lebar dari buk tiwi. Lagi asyik-asyiknya berbaring, gue mencium bau rokok. Gue berusaha mau cuek, tapi... Gue ga cuma nyium bau rokok, gue juga mendengar tangisan seseorang.

Karena sudah terlanjur terusik. Gue menoleh dan mendapati seorang gadis yang sedang merokok dan menangis di saat bersamaan, dia ga lihat gue, karena gue ada di balik tembok pembatas. Gue seperti tahu gadis itu. Dia ada di kelas gue. Tapi gue ga tahu namanya, gue hanya tahu Rizky dan Syifa di kelas itu. Memikirkan itu gue kembali tersenyum miris.

"Gimana rasa rokok? Enak?" Tanya gue kemudian

Dapat gue lihat kalau gadis itu kaget karena melihat kedatangan gue. Sedetik kemudian dia menghapus air matanya dan memandang datar gue.

"Ngapain elo di sini?" Kesalnya

"Terserah gue dong, ini kan tempat umum" jawab gue tepat sasaran

Dia menatap gue kesal, kemudian mengalihkan pandangannya kembali menghadap depan dan kembali menghisap rokoknya.

"Sejak kapan elo ngerokok?" Tanya gue

"Bukan urusan elo!" Ketusnya

Gue hanya memandangnya malas. Gue ga suka asap rokok. Tepatnya gue benci orang ngerokok. Gue pernah kehilangan Abang gue karena rokok. Makanya gue ga suka lihat orang ngerokok.

"Elo ga sayang paru-paru ya?" Sinis gue

Dia menatap gue tajam.

"Gue ga peduli apa masalah elo, sampai elo ngerokok. Tapi gue ga suka orang ngerokok. Gue benci hal yang berkaitan dengan rokok!" Ucap gue

RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang