Part 16

480 38 8
                                    

~~~Happy Reading~~~

Megan POV.

"Bangun Megan!!! Udah siang, kamu harus sekolah!" Aku dengar jelas suara mama membangunkanku, tapi aku masih enggan untuk beranjak dari posisi nyamanku sampai kata-kata yang palingku benci keluar dari mulut mama

"Kamu lihat Syifa, dia pagi-pagi udah bangun, sholat subuh, terus berangkat pagi-pagi sekali, sedangkan kamu? Bangun kesiangan, ga sholat subuh! Mama ga pernah ngajarin kamu kayak gini Megan!" Begitu yang selalu kudengar tiap hari dari mulut mamaku

"Syifa lagi, Syifa lagi!! Kenapa sih mama selalu bandingin aku dengan Syifa? Aku ga suka dibanding-bandingin ma! Mama pikir enak harus dibandingin terus!" Ucapku kemudian berlalu memasuki kamar mandi dan membanting pintu dengan keras

Di kamar mandi, aku menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan segala keluh kesahku yang selama ini aku tahan. Aku tahu ini bukan salah Syifa, tapi dengan mama yang berlaku seperti itu kepadaku, aku jadi membenci Syifa. Aku iri dengan kehidupannya. Aku ingin kehidupan seperti itu. Tapi... Mungkin karena kelakuanku di masa lalu, aku dihukum untuk itu sekarang.

Aku berangkat sekolah dengan perasaan yang sangat buruk. Di dalam kelas, aku melihat Rizky menarik Syifa keluar, aku tak ambil pusing. Entah kenapa hari ini aku merasa malas dengan kehidupanku. Sampai di jam pertama, aku mendapat notifikasi dari nomor yang tak ku kenal. Nomor itu selalu saja menerorku sudah lebih dari seminggu.

"MATI AJA ELO! PEMBUNUH!!!" Begitu isi chat dari nomor yang tak dikenal tersebut

Membaca itu aku langsung terkejut dan langsung izin keluar kelas kepada buk tiwi untuk menenangkan diri.

Aku masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukaku. Namun SMS itu datang lagi.

"MASIH BERANI HIDUP LO YA! PEMBUNUH!"

Aku langsung berlari tak tentu arah, sampai di atap sekolah. Aku mengeluarkan rokok dari sakuku dan menghisapnya. Sebenarnya tak ada yang tahu aku merokok. Aku merokok sudah dari beberapa bulan yang lalu, menurutku rokok bisa menenangkanku dari perasaan gelisahku. Yang awalnya coba-coba menjadi candu bagiku.

Mengingat lagi ke belakang. Aku merasa memang diriku sudah jahat sekali. Entah berapa nyawa yang telah kusakiti. Aku menyesal, namun aku tak tahu harus berbuat apa untuk terlepas dari perasaan ini. Hal itu selalu saja membuat air mataku jatuh, termasuk hari ini. Lagi-lagi aku menangis. Orang lain selalu melihat sisi baik-baik saja ku. Namun sebenarnya aku tidak baik-baik saja.

Di tengah isakanku, aku mendengar suara seseorang menginterupsiku.

"Gimana rasa rokok? Enak?" Tanyanya

Aku sangat terkejut, namun aku tak mau terlihat lemah, aku segera menghapus air mataku dan berusaha memasang wajah datarku kepadanya.

"Ngapain elo di sini?" Hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku

"Terserah gue dong, ini kan tempat umum" begitu jawabnya

Aku menatapnya kesal dan kembali menghisap rokokku.

"Sejak kapan elo ngerokok?" Tanyanya

"Bukan urusan elo!" Jawabku ketus. Aku terlalu malas meladeni orang sepertinya

"Elo ga sayang paru-paru ya?" Dia mulai berbicara sinis kepadaku, yang ku balas dengan tatapan tajam ke arahnya

"Gue ga peduli apa masalah elo, sampai elo ngerokok. Tapi gue ga suka orang ngerokok. Gue benci hal yang berkaitan dengan rokok!" Ucapannya itu cukup menyentuh hatiku, tanpa ku tahu kenapa, sebenarnya dulu aku juga membenci rokok, tapi sekarang rokok sudah menjadi bagian dari hidupku

RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang