UNO | Chapter 2

217 19 0
                                    

Ingatan semasa kecil ku bersama dengan Irene berputar jelas di dalam imajinasiku, semua perbuatannya selama ini seolah bertolak belakang dengan ekspresinya. Jujur saja aku begitu terluka mengetahui bahwa kenyataannya adalah dia mengkhianatiku.

Si pemuda Jeon dengan gigi kelinci itu mengulurkan tangannya padaku berusaha membantuku berdiri. Dia menatapku seolah berkata tenangsajaadaaku sembari mengulas senyum menampakkan gigi kelincinya itu. Sangat gemas.

"Siapa wanita ini Irene noona?!" Tanya pemuda Jeon setelah aku menyambut uluran tangannya. Si pemuda Jeon membantuku merapikan dress yang kukenakan. Aku melipat bibirku menjadi satu garis lurus, rasanya susah kali mengatakan terimakasih padanya.

Laki-laki pengemudi van berdecih kesal, "bukankah dia jalang itu?!" ujarnya menjawab pertanya Jeon dengan bahasa Korea. Aku terkejut mendengarnya bukan karena laki-laki kurang ajar itu mengataiku jalang tapi karena dia bisa berbicara bahasa Korea dengan fasih.

"Jalang itu?" Jeon menatapku balik dengan pandangan menelisik, jelas sekali dia sedang mengamatiku lamat-lamat.

Aku berdecih, "Kalian gila! Apa tujuan kalian menculikku! Dan kau, Irene! Apa maksud semua ini! Kenapa kau bersekongkol dengan mereka untuk menculikku!"

"Bukankah aku yang harus bertanya padamu Yoora! Kau seharusnya berterimakasih kepada orang yang menolong ayahmu saat bangkrut! Bukannya malah melarikan diri dari sini! Kau itu sudah dijual oleh ayahmu!"

Aku tersentak mendengar penuturan Irene? Aku?! Dijual?! Oleh ayahku?! Rasanya sekarang kepalaku benar-benar mau pecah.

"Irene noona kurasa kau sal-

Jeon berusaha menjelaskan namun Irene memotong ucapannya, "Apa?! Dia jalang itukan! Taewoo bilang ayahnya bangkrut dan gadis itu! Setidaknya aku tahu masa lalunya, ayahnya memang bangkrut dan gadis itu pindah kan?!" Irene setengah menjerit mengatakannya. Si laki-laki pengemudi van dan dua orang berbadan gempal lainnya manggut-manggut mengiayakan ucapan Irene.

Jeon berdecak kesal, "Noona, kau tidak mengerti Tae hyung sendiri yang membiarkan-

"Irene sudah berapa kali kukatakan padamu untuk berhenti mencampuri urusanku!" suara yang rendah, kelam, dan begitu datar tiba-tiba menelusup masuk ke dalam pembicaraan kami.

Seketika aku merasakan bulu roma ku berdiri, aku bergidik ngeri. Suaranya benar-benar menakutkan seperti sarat akan kebencian yang mendalam. Irene menatap lurus ke belakangku dengan kaget. Jeon menoleh ke belakangku dan ia sama-sama memasang ekspresi yang tidak jauh berbeda dengan Irene, "Hyung..."

Sepertinya aku juga ingin mengetahui suara menakutkan siapa yang berbicara tepat di belakangku. Tetapi hal tersebut tidak dibutuhkan ketika kudengar langkah kaki dari sepatu beradu dengan lantai marmer.

Biar ku jelaskan sedikit siapa gerangan pemilik suara rendah yang memikat bagai afrosidiak tersebut. Dia adalah pria tampan dengan surai berwarna hitam legam berantakan yang menutupi dahinya dengan setelan jas yang sedikit kacau karena dua kancing kemeja putihnya sudah terbuka dan dasinya sedikit longgar. Namun yang menarik perhatian kami semua berada di pinggang kanannya adalah kemeja putihnya bernoda darah cukup banyak.

Aku menahan nafas ku saat melihat darah tersebut. Mendadak kepalaku menjadi pusing membayangkan bahwa bau anyir darah meskipun aku tidak mendapati bau memualkan apapun selain parfum maskulin yang menenangkan dari pria tampan berkulit kecoklatan tersebut.

"Tae, kau baik-baik saja?..." suara Irene sedikit bergetar saat mengatakannya.

Pria yang dipanggil Tae itu mendesah dengan keras.

Sekarang aku benar-benar tidak mengerti bagaimana posisiku.

"Kau baru bergabung kemari dua bulan Irene, dan kau sudah membawa masalah baru lagi setelah yang terakhir kali kau lakukan!" suaranya sedikit direndahkan.

Iris kelabunya terlihat benar-benar diliputi kebencian. Aku yakin seratus persen Irene disana sudah menggigil ketakutan karena akupun begitu.

"Ta-tae.. b-biar-khan ku-kujel-laskan..."

"Dia bukan Soyoung! Dan aku sudah tidak peduli dengannya lagi sekalipun dia mati dihadapanku saat ini!"

Suasana mendadak menjadi hening seketika. Kami saling berpandangan selama beberapa saat sebelum akhirnya suara mengerikannya terdengar lagi, "Kau! Ikut aku!"

Aku membeku seketika mendengar perintah yang disertai penakanan tersebut sebelum akhirnya si pemilik berjalan pergi meninggalkan kami semua tanpa sepatah kata perpisahan. Apa aku juga akan dicincang atau justru dibiarkan mati terbunuh seperti siapapun gadis bernama Soyoung itu.

Aku menatap Jeon meminta pertolongan tetapi bocah laki-laki itu hanya menepuk bahuku.

***

Biarkan aku menjelaskan semuanya berdasarkan cerita versiku sendiri. Aku yang seharusnya saat ini menikmati malam natal bersama keluarga Irene mendadak berubah menjadi petaka karena sebenarnya Irene bersekongkol dengan sebuah organisasi-entah lah apakah ini bisa disebut mafia atau yang lainnya-semacam itulah berniat untuk menculikku.

Karena sebuah penghianatan yang dilakukan oleh Soyoung kepada Taewoo yang kutahu adalah bos mafia apalah itu-padaha mereka bertunangan-dengan membawa kabur uang dalam jumlah besar dan pergi bersama orang dari musuh bebuyutan kelompok ini padahal ia sebenarnya sudah dijual oleh keluarganya sendiri sedangkan Taewoo menerimanya dengan lapang bahkan memberikan hatinya pada gadis itu.

Sedangkan Irene yang baru bergabung pada kelompok mafia ini tidak mengetahui bagaimana rupa Soyooung sebenarnya begitupun dengan si laki-laki pacar Irene yang juga tidak tahu maka ketika Irene mendengar rumor yang beredar dengan ciri-ciri yang mirip tanpa berpikir apakah aku benar-benar dijual atau tidak ia langsung berpikir bahwa aku adalah Soyoung tersebut.

Kemudian ia bersekongkol dengan Daniel-pacarnya yang juga laki-laki pengemudi van itu-untuk menculikku. Dan tanpa pikir panjang ia yang ingin meniti karir cemerlang dalam organisasi ini memilih untuk mengorbankanku dan menyerahkanku pada Taewoo berharap bahwa Taewoo berhutang budi padanya padahal kenyataannya aku memang bukan gadis yang dimaksud.

Perlu dicatat bahwa ketika aku sudah masuk ke dalam sarang mereka maka aku harus siap meninggalkan kehidupan normalku. Karena aku tidak akan pernah bisa kembali. Hanya ada dua cara untuk pergi dari organisasi terkutuk ini.

Yang pertama yaitu mati, dan yang kedua apabila Taewoo sendiri lah yang melepaskanku. Seperti yang Soyoung pintar lakukan, Taewoo melepasnya dan itu keberuntungan yang sangat indah sedangkan aku tidak mungkin memilih pilihan pertama.

Jadi apakah aku benar-benar tidak memiliki pilihan lain selain menetap? Tapi persetan pada mereka semua. Aku ingin pulang. Aku benar-benar ingin! Aku ingin kembali ke kehidupan normalku meskipun monoton tapi tidak mengerikan seperti ini.

Menjadi anggota mafia bukanlah cita-citaku dan sama sekali tidak ada di dalam khayalan terliarku.

Mataku sudah berkaca-kaca memikirkan kehidupanku yang menyedihkan. Keluarga hancur, ibu terlalu sibuk, pengkhianatan sahabat kecilku, hingga usaha keluar dari sarang penyamun.

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang