CLINQUE | Chapter 16

44 7 0
                                    

"Noona!" Jeonkook berteriak nyaring memanggilnya lalu terkekeh melihat raut wajah terkejut noonanya yang lucu.

Song Yoora memukul bahu Jeonkook gemas, "Apa?!" balasnya sarkas,

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jeonkook sembari mengalihkan pandangnya lagi ke jalanan.

"Tidak. Kau tahu itu kan, kenapa bertanya lagi sih!"

"Haaa tidak perlu khawatir noona, Jeonkook mu disini siap melayani noona" dengan bangga Jeonkook berkata sembari menepuk dadanya sendiri.

"Baiklah kalau begitu tuan muda Jeon, bagaimana kalau es krim coklat. Satu mangkuk besar!" Yoora berteriak seperti Jeonkook yang memanggilnya.

Jeonkook menoleh menatap noonanya yang tersenyum lebar padanya membuat hatinya menghangat. Sudah lama ia tidak melihat senyum itu lagi. Senyum yang benar-benar selalu diciptakan untuknya. "Tak masalah noona. Kita akan langsung terbang ke Labelle. Pegangan kuat-kuat ya noona, kudanya liar loh!" ujar Jeonkook sembari mengerling dengan senyum terkembang.

Jeonkook memacu mobilnya lebih cepat lagi membelah jalanan malam itu untuk cepat-cepat sampai di destinasi pilihan mereka. Dan sepanjang sisa malam itu Jeonkook tidak membiarkan Yoora sedikitpun berpikir tentang masalah yang baru saja terjadi. Jeonkook benar-benar membuat Yoora terlupakan akan hal yang menyakiti dirinya.

Membahagiakan Yoora sudah menjadi bagian hidupnya sekarang. Perkara Yoora mencintainya atau tidak. Tidak pernah menjadi masalah bagi Jeonkook, karena asal tetap bisa melihat senyum menawan itu Jeonkook akan melakukan apapun untuk membayarnya.

Jeonkook membantu Mrs. Merry menarik selimut Yoora sampai sebatas dagunya. Mrs. Merry tersenyum pada Jeonkook sebelum pamit meninggalkan kamar gadis itu. Jeonkook membungkuk dalam mengucapkan terimakasih pada Mrs. Merry yang sudah membantunya membuka kamar dan mengganti pakaian Yoora karena Yoora tertidur dalam perjalanan pulang mereka setelah menghabiskan cukup lama waktu untuk bersenang-senang.

Setelah mrs. Merry menutup pintu kamar Yoora suasana menjadi hening. Hanya helaan nafas Yoora yang teratur yang terdengar di ruangan tersebut. Jeonkook merapikan anak rambut Yoora yang berantakan menyelipkannya di balik telinga gadis itu.

Jeonkook menatapnya intens, bibir Yoora sedikit terbuka saat itu. Lucu sekali. Senyum terbit pada wajah pria imut itu melihat ekspresi tidur damai dari sang tuan putri. Tetapi hal itu sedikit menganggunya karena bibir tipis Yoora menyita perhatiannya. Bibir berwarna merah muda pucat itu sedikit basah dan begitu indah di matanya.

Seolah memanggilnya untuk mencicipi ranum menggairahkan di depannya, Jeonkook meneguk salivanya. Tanpa sadar ia mendekatkan wajahnya. Helaan nafasnya menyapu permukaan halus kulit Yoora.

Jeonkook tidak bisa menahannya lagi, ia memejamkan matanya berniat untuk mencuri ciuman kecil dari Song Yoora. Gadis yang sangat ia cintai. Jeonkook tahu bahwa yang ia lakukan salah tetapi ia tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk tidak menyentuh bibir mungil itu.

Ia menelengkan kepalanya perlahan memposisikan diri untuk lebih leluasa mencium Yoora, tetapi ketika jarak hanya berada pada satu jari Jeonkook tiba-tiba berhenti. Dia menggenggam tangannya kuat-kuat. Ia tidak bisa melakukannya. Yoora tidak akan suka dengan hal itu. Jika ia lakukan, ia tidak akan tahu apakah ia masih sanggup untuk melepaskan Yoora.

Jeonkook menjauhkan wajahnya. Ia menggeram menahan emosinya. Jika saja. Jika saja gadis itu benar-benar melihat dirinya bukan sebagai adik tetapi sebagai seorang pria. Jeonkook tidak akan pernah melepaskannya. Tidak akan membuatnya terluka seperti yang hyung nya lakukan tadi. Dia akan selalu membahagiakan Yoora, menghujaninya dengan kasih sayang sebanyak mungkin yang bisa Yoora dapatkan.

Tapi sayang itu hanya sebuah angan di dalam pikirannya yang tidak pernah terjadi. Yoora tidak mencintainya. Ia lebih memilih hyung nya daripada dirinya. Dan Jeonkook tidak mau menyakiti Yoora dengan melakukan hal bodoh ini. Jadi dengan terpaksa, Jeonkook segera bangkit. Meninggalkan kamar tersebut dengan tergesa. Ia menutup pintunya pelan tetapi sejurus kemudian laki-laki dengan gigi kelinci lucu itu menghantamkan tangannya pada tembok disamping pintu kamar Yoora dengan keras hingga membuat retakan yang cukup besar.

Pengecut! Batin Jeonkook mengatai dirinya sendiri.

***

Yoora melangkahkan kakinya malas menuju dapur keluarga Kim. Sejujurnya apapun yang akan ia lakukan saat ini sangat membuatnya malas. Mengingat bagaimana kejadian semalam membuat kepala Yoora pening seketika. Ia butuh aspirin lebih dari apapun saat ini sebab sensasi seperti diputar-putar benar membuatnya mual. Beruntung gadis cantik itu bertemu Anna, salah satu pelayan bawahan Mrs. Merry dan meminta Anna mengambil aspirin untuknya.

"Thank you" Yoora mengulas senyum tipis setelah Anna memberinya satu butir tablet aspirin yang ia minta.

Anna berbalik menatap Yoora yang sudah meneguk air putih ditangannya, "You want a tea? I'll make it for you Miss Song" tanya nya menawarkan,

Yoora mengangguk, "Yes please"

Anna tersenyum lalu setelah wanita muda cekatan itu mulai berkutat dengan kompor dan air panasnya. Yoora hanya memperhatikan bagaimana Anna membuatkan teh untuknya sebelum kepalanya menjadi sedikit berat.

Gadis bersurai hitam itu menjatuhkan kepalanya diatas meja pantry yang terbuat dari marmer. Dingin. Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama kala sosok rupawan yang sudah meninggalkannya semalam menampilkan diri dalam balutan pakian kerja yang sudah rapi sedang menggunakan jam tangannya.

Iris mata kelabu Taewoo yang berwarna kehijauan menyorot keberadaan Yoora. Gadis cantik itu memilih untuk mengalihkan pandangnya berpura-pura tidak melihat. Taewoo mendesah lalu berjalan kearahnya, "Kau masih marah soal kemarin malam?" Tanya Taewoo lembut sembari mengelus puncak kepalanya pelan.

Tentu saja! Ingin rasanya Yoora berteriak keras di muka pria yang memiliki visual luar biasa itu berharap bahwa Taewoo mengerti bagaimana perasaan perempuan yang ditinggalkan kekasihnya yang lebih memilih menemani sang mantan. Alih-alih ia mengurungkannya dan memilih diam tanpa memberi jawaban.

Anna segera meletakkan teh yang dibuat untuk Yoora lalu buru-buru pamit meninggalkan kedua majikannya yang sedang dalam situasi perang dingin. Setelah kepergian Anna, Taewoo kembali membuka suaranya lagi.

"Kau mengacuhkanku?" keluh Taewoo. Tetapi sejujurnya Yoora tidak menganggap itu keluhan karena nadanya terlalu datar.

Taewoo masih menatap Yoora yang membelakanginya. Ia tahu bahwa gadis itu kesal dengannya. Tentu saja, apa yang ia lakukan semalam tidak akan bisa dengan mudah dimaafkan bahkan jika ia melihat dari sudut pandang Jeonkook. Tetapi Taewoo memiliki alasan untuk melakukan itu. Meskipun jujur jika ia akui sempat tergoda untuk kembali bersama Soyoung. Ajakan itu benar-benar diutarakan Soyoung semalam tetapi Taewoo tidak memberikan jawaban apapun.

"Baiklah kalau kau masih marah, jaga kesehatanmu baik-baik. Aku akan sangat sibuk selama tiga hari ini. Aku harus pergi ke Malibu untuk urusan bisnis disana. Kookie bilang ia tidak akan menjalankan misi apapun jadi bisa menemanimu disini. Bersenang-senanglah!" ujarnya panjang lebar sebelum akhirnya ia berbalik pergi.

Taewoo menghela nafasnya lagi, berat untuk pergi jauh disaat mereka sedang melakukan perdebatan. Rasanya tidak rela saja. Tetapi hal itu harus dilakukan Taewoo mengingat jadwal penerbangan yang sudah diaturnya kemarin tinggal satu jam setengah lagi.

"Kukira hubungan kita berakhir malam itu" Yoora membuka suaranya lirih membuat Taewoo menghentikan badannya yang berniat untuk pergi dari sana.

Pria rupawan itu menoleh kebelakang masih tidak mendapati wajah cantik Yoora seperti biasanya karena ia tetap menyandarkan wajahnya diatas ubin pantry.

"Yoora-ya..." panggil Taewoo lembut ada sedikit nada manja terselip disana.

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang