SEI | Chapter 20

35 2 0
                                    

Malam itu tidak begitu tenang karena rintihan tersebut terdengar sepanjang malam. Burung pun tak berani memunculkan suaranya karena kalah dengan rasa sakit tersebut.

Hanya angin yang menemaninya. Ditengah temaram sinar bulan ia meringkuk, tubuh telanjangnya yang tanpa sehelai benang dibiarkan tidak tertutupi. Ia sudah terlalu lelah untuk hanya mengangkat selimutnya.

Lagipula selimut itu sudah kotor. Sangat kotor, seperti dirinya yang saat ini. Banyak bercak darah disana dan begitu berantakan seperti hidupnya.

Bahu kecil itu bergetar hebat, menahan rasa sakit di tubuh maupun hatinya. Kenyataan bahwa ia dijual oleh orang yang dicintainya kemudian untuk diperkosa orang lain membuat lubang besar dihatinya yang tidak akan pernah sembuh. Ia dikhianati.

Air matanya sudah mengering dari tadi tetapi apa yang ada dihatinya semakin memupuk. Kebencian besar pada Kim bersaudara semakin mengakar hebat.

Kebencian dan cintanya yang tidak pernah terbalas.

Song Yoora bergerak pelan berusaha bangkit sekalipun nyeri serasa dirajam memenuhi tubuhnya. Matanya nyaris menutup jika saja Yoora tidak berusaha untuk menahannya mati-matian.

Ia mengambil selimut putih itu untuk menutupi tubuh telanjangnya. Dan dengan perlahan ia melepas cincin yang tersemat di jari lentiknya untuk diletakkan diatas nakas dan kembali menangis keras ia merutuki nasib sialnya yang berlipat-lipat.

***

"Jeon hentikan! Kau akan membunuhnya!" Jimin berbicara dari kejauhan setengah berteriak ia berlari menghampiri mereka berdua.

Tetapi pemuda Jeon itu tidak berhenti melayangkan tinjunya pada perut pria tampan beriris kelabu. Seolah kerasukan ia menghajarnya berkali-kali tak memberi ampun.

Jeonkook murka. Ia sangat marah begitu pulang dari hari kelulusannya dan membawa bunga untuk noona kesayangannya. Berharap sang noona tahu bahwa ia sudah menjadi adik yang baik sesuai janjinya pada gadis itu.

Tetapi yang ia lihat hanya Taewoo yang berdiri dengan wajah dingin penuh luka sambil berkata datar tanpa perasaan bahwa ia menjual gadis yang sangat disayanginya itu demi kepentingan organisasi untuk menguatkan posisi mereka.

"apa yang noona pikirkan?" Jeonkook bertanya riang saat melihat noonanya melamun menatap buku tulis miliknya.

Yoora tersentak. Ia menatap jeonkook lalu tersenyum, "Ahh..aku cuma berandai jika aku memiliki adik laki-laki mungkin dia akan sepertimu, Kook. Meminta bantuan ku mengerjakan tugasnya asalkan itu bukan Aljabar" Yoora menghela nafas meniup helaian anak rambut yang menempel di dahinya, "Aku selalu tidak mengerti tentang aljabar" lanjutnya sembari terkekeh lalu mengacak rambut Jeonkook.

Jeonkook menjauhkan kursinya, "aku kan disini noona. Ahh tapi aku tidak mau kau menganggapku adikmu! Aku tidak mau!" bibir mungil Jeonkook mengerucut membuatnya terlihat lucu.

Yoora bersedekap, "Lalu? Kau jelas-jelas lebih muda daripada aku bagaimana aku tidak menganggapmu adikku"

"Tidak mau pokoknya! Aku mau noona menjadi kekasihku saja"

Yoora mendelik, "Eoh... kau menyukai ku ya?" gadis itu menoel dagu Jeonkook

Jeonkook mengangguk kuat-kuat. "Suka. Sangat suka. Noona itu milikku bukan milik Tae hyung"

Yoora tergelak mendengarnya, "Baiklah tuan muda Jeon aku akan menjadi kekasihmu"

Mata bulat besar Jeonkook semakin membulat,ia mendekat kearah Yoora "Sungguh? Noona mau"

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang