QUARTTO | Chapter 12

52 5 0
                                    


Taewoo membawa Yoora ke kamarnya. Ia meletakkan gadis itu diatas tempat tidur besar dari kayu miliknya. Taewoo menyeret kursi kayu yang berada disudut ruangan berhadapan dengan gadis itu.

Yoora tidak meperhatikannya. Gadis itu menunduk dalam-dalam.

Ketika Taewoo mendudukkan dirinya diatas kursi tersebut barulah Yoora mendongakkan wajahnya. Taewoo sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan.

Saling menatap satu sama lain membuat Taewoo tersenyum, "Aku tidak mengerti, Yoora. Kukira tidak pernah ada domba yang berjalan ke tempat penjagalannya sendiri meminta untuk dijagal"

Yoora terdiam tidak menjawabnya, "Apa dunia kami terlalu menakutimu sampai membuatmu harus terpaksa membunuh dirimu sendiri?"

Yoora menggeleng pelan, "Taewoo.. aku tidak—

"Aku tahu Yoora, mungkin ini memang masih membuatmu terguncang. Kenapa kami membunuh orang semudah itu? Kau pasti akan bertanya-tanya bukan?" Yoora mengangguk.

Taewoo meluruskan punggungnya sembari bersandar pada kursi. "Aku dan Jeon tumbuh di dalam lingkungan kekerasan ini sejak kami lahir. Banyak sekali bermacam-macam kekerasan yang kami saksikan sejak kecil.

Kami tersiksa Yoora. Tentu saja, kami masih sangat kecil saat itu dan kami dipaksa untuk bertarung mati-matian. Mereka bilang itu latihan kecil, tapi bagiku seperti medan perang. Aku mendapat kemenangan gladiator ku diusia 9 tahun. Aku berhasil mengalahkan 17 anak yang ikut dalam pertandingan buatan ayah.

Dia hanya ingin memamerkan bahwa anak nya yang besok akan digadang-gadang menjadi bos selanjutnya adalah bocah yang tangguh tak terkalahkan. Tapi aku mengerti ini salah, memang tidak semudah itu kita bermain dengan nyawa seseorang. Namun takdir lah yang menempatkan kami disini."

Mata Taewoo tampak menerawang jauh, kilas balik masa kecilnya yang berdarah kembali terulang jelas di matanya.

Sedangkan Yoora, gadis itu ikut terdiam, tak berani menginterupsi sedikitpun kisah kejam itu.

Bibir Taewoo kembali terbuka, "Kau tahu? Jeon lebih mengerikan daripadaku, dia menang disaat usianya menginjak 5 tahun dengan membunuh 30 teman-temannya sendiri.

Dan hingga saat ini tidak ada satupun petarung kami yang dapat mengunggulinya. Di usianya saat ini ia menjadi simbol dari mafia kami dan dijuluki sebagai mesin pembunuh. Jeon adalah orang yang paling ditakuti oleh organisasi-organisasi lainnya seluruh London dan Amerika.

Sekalipun statusku sebagai bos, aku lebih sering mengurus bisnis dan perusahaan ketimbang berada di mafia. Selama aku memiliki Jeon, urusan kemafiaan ini akan baik-baik saja di tangannya."

Yoora tampak meremas ujung dress yang digunakannya, ragu dia berkata "kenapa kau menceritakan ini padaku?"

"Aku hanya ingin kau berhati-hati pada kami semua. Kau tidak bisa mempercayai satupun dari kami, tidak aku, tidak Jimin, tidak juga Jeonkook. Dia sangat berbahaya. Berhati-hatilah"

***

"Kau harus menahan nafasmu selama kurang lebih 15 detik untuk menghindari melesetnya peluru sebelum mengunci target tembakmu dan mengokangnya cepat dalam sekali sentak"

Penjelasan Taewoo terhenti ketika pria berwajah anime itu mengambil revolver di saku sabuknya lalu mengacungkannya ke depan, "Jika menggunakan tangan kanan untuk mengokang maka kau harus menumpukan kekuatan mu pada tangan kiri untuk meredam getarannya dengan kedua tangan. Biasanya itu yang selalu sulit dilakukan pemula"

Taewoo mengangkat tangan kirinya untuk menggenggam tangan kanannya sendiri yang meremas ujung pegangan revolver erat, memberi petunjuk bagaimana cara melakukannya sedangkan Yoora memperhatikan dengan wajah super serius.

"Ahhhh kenapa susah sekali sih" keluh si gadis cantik itu kesal dengan pipi menggembung berwarna kemerahan akibat udara dingin, ia mengacak rambutnya frustasi.

Manis sekali, batin Taewoo.

Karena gemas Taewoo terkekeh melihatnya. Ia merapikan anak rambut Yoora yang sedikit berantakan akibat ulah gadis itu sendiri. Membuat semua merah akibat udara dingin menjadi semakin dingin.

"Kau cantik..." puji Taewoo tanpa sadar.

Yoora tersedak mendengarnya. Jantungnya serasa mau copot, lebih parahnya lagi ia takut jantungnya keluar torso. Tetapi selain kekhawatirannya yang berlebihan Yoora tahu bahwa kupu-kupu sudah memenuhi rongga perutnya. Memberikan sensasi menggelitik yang nyaman.

Buru-buru gadis itu berpaling pergi meninggalkan Taewoo, "Mau kemana?" Tanya Taewoo penasaran.

"Mencari warnet. Aku harus mengirim surel ke eomma memberitahunya tentang kabar pertunangan kita dan alasan aku tidak bisa pulang dalam waktu dekat"

Taewoo memasukkan revolvernya kembali lalu menyusul Yoora yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya. Pria jangkung itu mensejajarkan diri mengikuti langkah kecil Yoora, "Aku sudah menyuruh Irene untuk melakukannya sejak lama" ucapnya santai.

Hal itu sukses membuat Yoora memutar badannya menghadap si empunya tubuh jangkung tersebut, "Ya Tuhan Kim Taewoo. Bisa tidak sih kau melakukan apapun dengan persetujuanku lebih dulu?! Kenapa kau sekarang menjadi seenaknya sendiri!"

Taewoo mengangkat tangannya, "Yoora aku hanya memberi Irene perintah untuk mengabari ibumu bahwa kau akan memperpanjang masa liburanmu disini. Aku belum melakukan apapun soal kabar pertunangan kita"

"Tapi tetap saja kau sudah melakukannya bukan?" kesal Yoora.

Taewoo mengangguk. Ia menundukkan wajahnya merasa bersalah dengan tingkahnya yang lancang, "Maafkan aku. Kupikir aku tidak ingin membuatmu khawatir soal ibumu kalau-kalau kau memang berniat keluar dari sini dulu"

Yoora terdiam sejenak mencerna baik-baik perkataan yang keluar dari bibir manis Taewoo. Jadi Taewoo memikirkan bahwa ia sebenarnya bisa keluar dari sini.

"Jadi dulu kau sebenarnya berniat melepaskanku?" Tanya Yoora balik.

"Ya, tetapi itu dulu. Sekarang tidak ada kata bebas lagi untukmu nona Song karena kau adalah bagian dari keluarga Kim saat ini"

"Sudah kuduga. Kau memang licik Kim Taewoo-ssi" Yoora tersenyum padanya lembut.

Gadis itu mengusap rahang pemuda Kim dengan lembut, permukaannya kasar ditumbuhi bulu-bulu halus disekitarnya. Perlakuan seduktif Song Yoora membuat Kim Taewoo merapatkan tubuhnya mendekati gadis dengan bibir sensual itu. Kedua tangannya mengurung sisi tubuh Yoora dengan protektif, "Tapi kau mencintai pria licik sepertiku nona Song" suara husky Taewoo menjadi lebih berat.

"Ya ya, itu karena kau yang memaksaku" kilah Yoora tak terima.

Taewoo terkekeh pelan. Sederetan gigi rapinya tercetak indah dibalik senyum boxy miliknya, "Jadi?" ia menaikkan alis tebalnya. Menatap Yoora dengan pandangan sensual.

Yoora menatap balik jakun Taewoo yang naik turun membayangkan hal yang iya-iya di benaknya. Sepertinya ia sudah ketularan konsletnya Kim Taewoo.

"Aku akan mengatakan pada eomma kabar pertunangan kita bukankah itu yang kau inginkan tuan Kim?"

Rahang kokoh Taewoo rasanya ingin copot dari tempatnya mendengar penuturan Yoora. Sangat jauh diluar ekspetasinya.

"Kau pandai sekali membuat situasi seduktif menjadi seperti ini wanita berbisa" keluh Taewoo malas.

Yoora tergelak mendengarnya, kepala wanita bersurai hitam itu terlempar sedikit kebelakang. Tawa renyah Yoora menular pada pria tampan itu membuatnya mau tidak mau ikut tertawa hingga matanya menyipit menyerupai satu garis melengkung.

Mereka berdua tertawa menertawakan kekonyolan masing-masing. Yoora yang memiliki sifat dualism yaitu keibuan tapi dilain waktu dapat menjadi wanita penggoda yang menyaingi Taewoo dan sikap tsundere Taewoo yang terlihat menolak namun sejujurnya juga menginginkannya benar-benar kombinasi sempurna bagi kedua pasangan Kim tersebut.

***

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang