"Noona kau baik-baik saja?"suara falset ringan yang terdengar merdu dari pria bersurai hitam dengan model side swept bangs berdiri dihadapanku. Namanya Kim Jeonkook. Dia adalah adik dari the Don alias Kim Taewoo bos mafia yang datar mengerikan namun tampan luar biasa.
Sejujurnya aku masih tidak percaya bahwa Jeonkook adalah adik si beruang kutub, maksudku ayolah. Pembawaan mereka berdua begitu beda. Jeonkook adalah pemuda dengan kepribadian menyenangkan dan sangat ceria.
Dia juga sangat-sangat menggemaskan dengan rambut lucunya yang memiliki gaya swag beserta stylenya yang selalu memakai dua baju lengan pendek dan lengan panjang yang dipakai bertumpuk.
Kaus kaki panjang selutut dipadukan dengan celana ¾ membuatnya seolah tenggelam dalam baju tersebut serta kalung emas besar dan cincin yang menghiasi kesepuluh jarinya.
Aku bersumpah jika saja Jeonkook bukan anggota mafia ia pasti sudah tenar di Seoul sebagai anggota boyband berkat pembawaan dan wajah tampannya yang menggemaskan.
Jeonkook mengulas senyum hingga matanya sedikit menyipit berbentuk seperti bulan sabit separuh sedangkan hidungnya yang mancung menukik tajam disertai dengan deretan gigi kecilnya yang terlihat dengan dua gigi depan lebih besar membuatnya tampak seperti bunny.
Geez! Mungkin Tuhan menciptakannya saat menonton film kartun sehingga seluruh ungkapan menggemaskan begitu cocok padanya. Sungguh dia membawakan dorongan untuk menyentuh pipi kenyal berwarna putih itu.
"Noona kau melamun lagi? Apa kau baru menyadari betapa tampannya aku" Tanya Jeonkook masih menampilkan sederetan giginya yang merupakan usaha dari senyum cemerlangnya.
Aku menggeleng pelan, "Kau menyebalkan!" ujarku setengah bercanda.
Jeonkook duduk dengan menggembungkan pipinya yang bulat, "Kenapa kau berada disini noona? Bukankah jadwalmu saat ini adalah berlatih anggar dengan Daniel hyung?"
Aku berdecak malas, "masih banyak yang lebih penting daripada anggar itu"
"Contohnya?"
"Memikirkan cara kabur dari tempat ini mungkin" aku mengedikkan bahu malas
"Kenapa noona? Kau tidak suka berada disini? Padahal kurasa aku sudah berusaha untuk membuatmu nyaman" ada nada kekecewaan yang terselip dari perkataanya.
Aku buru-buru menoleh menatap Jeonkook, "Bukan itu Jeonkookie, salah ini bukan padamu. Hanya saja ini sudah dua minggu lamanya aku berada disini, aku belum sanggup untuk benar-benar hidup seperti kalian. Kau tahu, aku masih memiliki ibu yang menungguku dirumah. Aku tidak tahu bagaimaan perasaannya jika anak gadis satu-satunya tidak juga kembali. Aku tidak ingin membuatnya khawatir.."
Suaraku memelan dengan perlahan membayangkan bagaimana khawatirnya ia karena anak gadisnya tidak pulang-pulang. Sekalipun ibuku adalah wanita sibuk dia masih tetap memperhatikanku sebagai anaknya. Selama ini hanya ia yang selalu bertahan di sisiku.
Aku benar-benar tidak ingin membuatnya khawatir.
"aku ingin pulang..." aku bisa merasakan suaraku tercekat.
Jeonkook mendadak berdiri, "Yosh noona! Berhubung aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini. Bagaimana kalau kita keluar sebentar. Tae hyung mungkin tidak akan marah, kan kau bersamaku!" ujarnya berapi-api.
Aku terkekeh pelan melihat ekspresi semangat yang berkobar pada dua iris hitam pekat milik Jeonkook. Bocah kecil ini selalu bisa membuatku senang walaupun sedikit. Satu-satunya yang mampu membuatku bertahan disini hanyalah dia. Kim Jeonkook.
***
Jeonkook menepikan mobilnya di kawasan pedestrian yang memiliki café cukup ramai. Namanya LaBelle. Aku tahu tempat ini karena aku sempat mencari di internet tempat hangout menyenangkan di London. Setidaknya markas besar mereka itu berarti masih di UK.
Itu berarti aku tidak pergi kemana-mana. Hanya saja aku tidak tahu kawasan tempat markas tersebut karena Jeonkook menutup mataku sebelum kami berangkat dan baru membukanya selama lima menit sebelum kami sampai.
Padahal aku sudah memohon padanya untuk membiarkanku tanpa penutup mata, tetapi Jeonkook hanya berbicara mengenai aturan dan dia adalah pria yang sangat penurut terutama pada Taewoo. Alhasil aku hanya pasrah dengan keadaanku saat ini yang tidak tahu arah.
"Jadi kau benar-benar bisa menyetir?" tanyaku membuka percakapan begitu kami sudah berhasil menemukan salah satu spot menarik.
Jeonkook tersenyum bangga, "Tentu saja noona. Begini begini aku adalah orang yang mandiri"
Aku terkikik geli, "Memangnya berapa umurmu?" tanyaku iseng
"18!" Jeonkook menyahut bersemangat
"Tapi kau terlihat lebih muda daripada umurmu. Apa kau yakin? Jangan-jangan kau membohongiku..." godaku,
Jeonkook mendengus sebal, pipinya lagi-lagi menggembung imut, "Kami memang brengsek noona, tapi kami tidak pernah berbohong"
aku tidak berniat membalas ucapan Jeonkook, jadi kubiarkan keheningan mengambang di percakapan kami.
"Noona, apa kau sangat ingin kembali?" Jeonkook bertanya sembari menyesap Americano yang ia pesan dengan perlahan.
Sedangkan aku tidak langsung menjawabnya. Aku memutar cangkir berisi Choco latte panas tersebut selama tiga kali sebelum akhirnya tersenyum, "Darimana kalung besi berat berwarna emas yang kau pakai itu?" tunjukku pada kalung yang ia kenakan.
Aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaannya karena kurasa itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Alih-alih aku bertanya pada sesuatu yang sangat menggelitik sejak pertama kali aku kenal dengannya.
Jeonkook mengikuti arah pandangku dan menunduk menatap kalungnya sendiri, "Ohh ini... ini bagian dari styleku." Jeonkook menatap kalungnya, "Noona harus tahu bahwa aku juga memiliki cincin bersambung loh.."
"Kenapa kau tidak tindikan juga di telinga? Kulihat telingamu masih bersih"
"Ahhh soal itu, aku takut sakit hehehe"
"mwo? Kau takut sakit? Hahaha tidak sesakit itu kok, lagipula bukankah sudah pas dengan semua style mu itu. Omong-omong jika saja kau tidak menjadi anggota dari organisasi ini kurasa kau bisa menjadi boyband di Korea. Kau tampan, jadi kau pasti memiliki banyak penggemar nantinya"
Jeonkook terkekeh lebar, gigi kelincinya membuat wajah imut Jeonkook menjadi berkali-kali lipat super imut.
"Jinjja! noona mengakui bahwa aku tampan kan..." Jeonkook menaik turunkan alisnya menggoda.
Seketika aku melupakan kata-kataku barusan, aku menepuk jidatku sedangkan pipiku terasa panas. Aku ketahuan memujinya, tapi itu memang benar sih.
"Hey bukan itu maksudku..."elakku berusaha mempertahankan egoku.
Jeonkook malah tertawa lebih lebar. Melihatnya tertawa seperti itu membuatku mau tidak mau juga ikut tertawa.
"Noona aku mau pergi ke restroom sebentar, kau bisa menungguku kan?" aku mengangguk mengiyakan.
"Jangan kemana-mana noona! Atau Tae hyung akan mencincangmu" setengah berlari Jeonkook menjauh dariku.
Aku menghela nafas berat. Sebenarnya menyenangkan bersama dengan Jeonkook, tapi ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk kabur. Jeonkook mungkin sudah mempercayaiku karena ia meninggalkanku, tapi hal itu tidak akan menyulutkan niatku untuk kembali ke Seoul.
Satu yang ingin kulakukan adalah pulang.
Jadi dengan sedikit enggan aku menyeret tubuhku sendiri untuk berdiri. Sejenak aku menatap Americano miliknya yang mulai menguap dan terasa dingin. Setelahnya aku berlalu pergi meninggalkan café tersebut dalam keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️
FanfictionSong Yoora berencana untuk menghabiskan natal dan tahun barunya di London. Ia pergi bersama temannya Park Irene ke London sebab meet and greet One Direction tidak bisa menunggu. Sesampainya disana mereka dijemput sebuah mobil van hitam yang besar da...