OTTO | Chapter 26

37 3 0
                                    

"Noona?" Jeonkook memanggilnya dari luar walk in closet Yoora. Suaranya terdengar gugup seperti akan mengikuti siding skripsi.

"Hmmm?" balas Yoora sedikit menggumam,

"Aku takut noona" balas Jeonkook ragu sembari menggaruk tengkuknya gatal.

"Takut? Kenapa?"

Jeonkook mematri tatapannya pada kaca buram di depannya, "Aku bisa melihat siluet tubuhmu, meskipun tidak jelas. Aku takut tidak bisa menahan diri"Jeonkook mencicit kecil.

Setelahnya ia berkutat dengan jari-jarinya. Yoora tertawa mendengarnya. Dilihat dari manapun Jeonkooknya tetap saja seperti bunny kecil baginya "Aku tahu, aku tahu. Tapi Kookieku tidak akan melakukannya. Tidak tanpa seijinku, benarkan?"

"Te-tentu saja noona. Tentuu!" tetapi untuk menguatkan imannya. Jeonkook tidak menatap walk in closet itu lagi. Ia memainkan tangannya dengan gugup lalu menghitung domba dua dua tanpa mengatakan angka setelahnya.

Pintu walk in closet bergeser terbuka menampilkan sosok Yoora dalam balutan dress berwarna hijau toska yang lembut. Jeonkook menatapnya dalam diam.

Cantik. Batin Jeonkook memuji.

"Sudah?" Tanya Jeonkook, Yoora mengangguk. "Kita kembali ke pesta?"

"Tentu saja, aku belum menjawab pertanyaanmu bukan"

"Disini saja. Aku ingin berduaan dengan noona" sekarang Jeonkook benar-benar terlihat lebih lucu dari sebelumnya. Ia membawa bantal diatas kasur yang didudukinya lalu menekan wajahnya pada kedua bantal tersebut.

Yoora tak bisa menahan sensasi ingin mencubit pipi Jeonkook saking gemasnya. Tetapi gadis itu menahan dirinya kuat-kuat untuk tidak terbawa suasana. Ia mengingatkan dirinya sendiri apa tujuannya untuk kembali. Membulatkan tekadnya yang sempat ambyar karena kelucuan Jeonkook.

***

Yoora menghembuskan nafasnya dengan perlahan membentuk uap berwarna putih. Udara masih sangat dingin meskipun salju sudah tak lagi turun. Dan sebuah kesalahan adalah membiarkan dirinya dibawa Taewoo menuju sebuah café di hari yang sangat membekukan ini.

Yoora memang tidak pernah mengerti jalan pikiran lelaki dengan topi baret dan jaket long coat panjang berwarna coklat. Ditambah scarf berwarna merah dan kacamata bulat. Yaampun Taewoo benar-benar. Memangnya siapa sih stylist yang ia sewa, kenapa apapun yang dipake Kim Taewoo sangat cocok untuknya.

Song Yoora benar-benar iri, jika saja ia menemukannya ia akan menggaji 2x lipat daripada Taewoo menggajinya. Awas saja!

Yoora meniup hot chocolate miliknya perlahan, "Jangan ditiup nanti virusnya menular ke gelasnya. Kau bisa menulari seisi café dengan virusmu!" ucap Taewoo mencegahnya.

Gadis bersurai hitam itu mendelik, "Memangnya aku pesakitan apa?!" Taewoo menggelng,

"Ani, tapi kau cantik. Nanti virus cantikmu menular ke semua orang, mereka jadi ikutan cantik. Aku tidak mau kebingungan memilih karena aku sudah pasti memilihmu" ujar Taewoo polos.

Sekarang Song Yoora mulai berpikir bahwa seharusnya Taewoo saja yang disiram Soyoung. Karena sepertinya otak Taewoo benar-benar harus dibawa ke bengkel.

"Yak Kim Taewoossi! Jangan pura-pura bodoh! Kau mengalihkan pertanyaanku!"

Taewoo menyesap Americano miliknya, mencecapnya perlahan sambil menutup matanya. Dan Yoora dengan bodohnya memperhatikan lelaki tampan itu dalam diam. Mengagumi betapa animenya wajah Kim Taewoo. Mata Taewoo tiba-tiba terbuka membuat Yoora berjengit kaget.

Gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya menatap jalanan beraspal yang masih tertutup salju tebal.

"Yoora kenapa kau kembali?" tiba-tiba suasana mendadak menjadi super serius. Kim Taewoo yang sebenarnya kembali.

Yoora menoleh menatap Taewoo. Senyum miring tercetak di wajah cantiknya, "Apa kau lupa? Kau membuatku diperkosa olehnya. Tentu saja alasan apalagi yang relevan untuk kau pahami"

Kata-kata diperkosa itu kasar sekali dan Taewoo tidak suka saat kata itu ditujukan untuk menggambarkan apa yang dilakukan Taewoo padanya. Yoora memang benar-benar pintar membuat hatinya terluka.

"Sampai saat inipun aku tidak pernah menyesalinya karena kulakukan untuk Asiatica" kini Taewoo yang memasang seulas senyum tipis, "Tetapi aku benar-benar terluka saat ini mendengar kau diperkosa Hyun Sik"

Yoora mengedikkan bahunya berusaha acuh sekalipun ia tahu Taewoo mengatakan kebenaran. Iris kelabu Taewoo benar-benar terluka. Orang bodoh pun tahu bahwa laki-alki itu tertekan, "Aku mengatakan kebenaran Tae"

Taewoo mengangguk ia mengelus pelan rambut Yoora, "Kau ingin pembalasan dendam kan?" sebagai jawabannya Yoora mengangguk.

"Aku mencintaimu Song Yoora"

Itu bukan pernyataan cinta romantis yang selalu Yoora harapkan tetapi mendengar nya langsung dari Kim Taewoo yang mengatakan dengan kejujuran itu entah kenapa menghangat hati Yoora. Mungkin terdengar klise tetapi Yoora tidak sekalipun mendengar Kim Taewoo mengatakan hal itu selama menjadi tunangannya.

Yoora menginginkannya dan sekarang Kim Taewoo mengatakannya disaat ia ingin mengubur semua perasaannya pada laki-laki itu. Apakah ini siasat licik Kim Taewoo agar membuatnya tidak melakukan apa yang ia inginkan.

"Tetapi aku tidak akan mencegahmu. Kau bebas melakukan apapun yang mau kau lakukan Yoora. Aku akan menunggumu. Kau tahu aku memang tidak bisa melakukan apapun untuk hal ini. Sekalipun perasaanku terikat padamu tetapi hidup dan matiku hanya untuk organisasi."

Kenyataan pahit yang akan menghantui hidup sebagai seorang bos mafia sepertinya. Ia dilarang menjalin perasaan dengan siapapun atau cinta benar-benar akan membunuhnya hidup-hidup. Taewoo tidak akan bisa lepas. Ia harus menerima semuanya daripada membuang waktu untuk berusaha kabur dari takdirnya lalu Taewoo memilih untuk menghadapinya.

Yoora tersenyum kecut mendengar pernyataan Taewoo. Dia selalu tahu bahwa Taewoo tidak akan pernah melarangnya. Pria itu cukup fair dalam sebuah permainan, dan hal itu adalah kelebihan yang Taewoo miliki.

"bersyukurlah kau memiliki lawan yang sepadan" ujarnya sembari melingkari tepian cangkir dengan jari telunjuknya.

"Aku tidak pernah meragukanmu dari dulu Song Yoora. Siapa yang bisa menaklukkan Kim Jeonkook adalah lawan yang tangguh bagiku" Taewoo memperhatikan cangkirnya sendiri melihat genangan air hitam itu memantulkan wajahnya.

"Apa kau akan memberi tahu Jeonkook?"

Taewoo mendongakkan wajahnya menatap Yoora, "Bagaimana menurutmu?"

Yoora menggeleng, "Sebaiknya jangan. Jeon akan membunuh dirinya sendiri jika tahu aku akan membunuhmu" Taewoo tertawa renyah.

Menularkan tawanya, song Yoora ikut tertawa juga. Tetapi ada satu hal yang menganggu pikiran Song Yoora

"Taewoo apa kita akan terus bermain drama menjadi sepasang tunangan yang romantis?"

"Bukankah disini titik perangnya Yoora. Kita akan bertahan pada perasaan masing-masing atau menyerah untuk organisasi"

Yoora harusnya tahu bahwa apapun yang dikatakan Kim Taewoo memang penuh teka teki. Dan saat ini Kim Taewoo memang tidak pernah membiarkan ia menang dengan mudah. Yoora bisa menebaknya dengan baik. Karena itu ia sudah menyiapkan rencana-rencana cadangan selanjutnya. Jadi bendera perang sudah dikobarkan pada medan perang. Apapun akan Yoora lakukan untuk membuat dirinya menang.

Taewoo menatap Yoora dalam ada ketulusan di dalamnya, "Aku tidak ingin menahan diri untuk mencintaimu. Sekalipun ini terasa seperti permainan tetapi kuharap kau tahu bahwa aku benar-benar mencintaimu".

Yoora tersenyum, "Taewoossi jangan terbawa permainanmu sendiri oke?"

Taewoo mengangguk. Ia mengenggam tangan Yoora dan meremasnya erat mengirimkan perasaannya pada Yoora, "Apa kau mau menikah denganku setelah aku menjadi mayat?"

Yoora terkikik geli mendengarnya. Mana mungkin ia mau menjadi Victor Vandoorn seperti di film Corpse Bride. Menikah dengan mayat itu sangat tidak keren. Alih-alih gila.

"Aku pasti sudah gila jika melakukannya"

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang