QUARTTO | Chapter 14

42 6 0
                                    

Taewoo menyodorkan minuman dengan cairan berwarna merah padaku sebelum aku menerimanya, "Kurasa tidak. Dia tidak terlalu suka dengan pesta-pesta seperti ini" jawab Taewoo lalu menenggak minumannya.

Aku mengikuti yang ia lakukan sedikit menyesep wine dengan kadar alkohol rendah tersebut "Tapi bukankah dia adalah salah satu perwakilan dari anak perusahaan milikmu. Dan kau bilang Tuan Gerg mengundang kalian berdua"

Kupalingkan tatapanku dari pria gemuk berotot dengan dua wanita molek yang sedang berbincang dengannya menatap wajah tampan Taewoo yang terlihat beratus kali lebih tampan daripada biasanya. Ia memakai satu anting panjang pada telinga kanannya. Membuatnya terlihat seperti seorang model papan atas yang baru keluar dari ruang pemotretan sampul depan Vogue magazine bukan seorang taipan kaya raya.

Apalagi dipadukan dengan kemeja berwarna hitam bermotif dan jas berwarna merah. Satu kancingnya terbuka tanpa dasi, tetap menawan meskipun sedikit tidak rapi. Hanya saja terlihat begitu pas dengannya.

Taewoo menyunggingkan senyum miring setengahnya, "Mengagumiku tuan putri?" ujarnya dengan suara direndahkan,

Jawaban yang ia dapat adalah bola mataku yang bermutar malas. Dia terlalu percaya diri walaupun sebenarnya itu benar. Bagus untuk orang tampan sepertinya.

"Dia mengirim pesan padaku tadi sore dan bilang tidak bisa datang. Hanya menyampaikan salam pada tuan Gerg" ujar Taewoo kemudian, ia meletakkan gelas minumannya kembali.

"Sepertinya dia masih menghindariku" gumamku lirih lalu menunduk.

"Kau tidak mengerti kenapa Jeonkook sampai seperti itu, hmm?" Taewoo bertanya dengan nada kelewat lembut.

Aku mendongak menatap iris mata kelabunya yang berkelap-kelip akibat sinar lampu. Sebagai jawabannya aku menggeleng pelan.

Taewoo mengusap pipiku lembut, "Aku akan mencoba berbicara dengannya nanti. Jangan menangis oke, nanti mascaramu luntur loh"

Dipasangnya senyum boxy khas itu hingga membuat matanya terganti seperti dua pasang garis lurus. Apa kubilang? Taewoo dan selera humornya sangat jongkok bahkan tiarap.

Setelah nya Taewoo mengajakku bertemu dengan si empunya pesta. Berbincang sebentar dengannya kemudian si empunya pamit untuk pergi menyapa tamu lainnya. Kami juga melakukan hal serupa kepada beberapa kolega Taewoo—sebagian koleganya—dengan maksud memperkenalkan diriku.

Tapi aku tak sanggup melakukan lebih banyak daripada hitungan ke tiga puluh satu pasangan yang kami temui. Jadilah kami berdua duduk di depan bar. Karena aku terlalu lelah berdiri dan berjalan memakai hak tinggi.

Oleh sebab itu aku memilih untuk duduk di bar dan menikmati sepiring mousse strawberry dingin sedangkan Taewoo yang terlalu protektif memilih untuk ikutan duduk dan menunggu sambil mengamatiku.

"Memangnya seenak itu ya" tanyanya dengan mata menyipit menatap mousse yang bergoyang-goyang. Dia terlihat seperti ingin menginterogasi makanan manis ini.

Aku terkekeh mendengarnya lalu menyendokkan sebagian kecil mousse dan memasukkannya ke dalam mulutku. Menikmati sensasi lembut yang sedikit asam dan manis yang langsung melumer di dalam mulutku.

"Sangat!" jawabku bersemangat

Taewoo tersenyum, hidung bangirnya sedikit mengkerut.

"Aku akan memesan banyak sekali mousse ini bahkan kalau perlu aku mempekerjakan koki yang membuatnya dirumah asalkan kau mau menyuapiku sekarang!" Taewoo dan segala kekayaannya yang berbicara diatas nada setinggi langit.

Senyum lebar tercetak di wajahnya yang sudah sangat rupawan. Dia menaik turunkan dagunya sendiri mencoba merayuku. Imut sekali yaampun.

Ah! Aku berpikir mungkin Tuhan sedang tersenyum ketika membuatnya.

"Ya! Taewoo-ssi" suara seorang wanita terdengar memanggil.

Aku menoleh dan menatap si empunya suara yang berjalan dengan anggun menuju kami. Dia tinggi semampai dengan tubuh kurus dan dada berisi bak supermodel. Rambutnya yang dicat kuning keemasan di gerai indah bergelombang, memakai gaun malam dengan aksen dada love cut yang membungkus indah tubuhnya hingga ke mata kaki.

Riasannya sangat sederhana bahkan terkesan seperti tidak memakai makeup kecuali bibir merah plum nya yang menggoda. Begitu saja dia sudah sangat cantik. Melihatnya membuatku langsung menciut seketika. Jika bersanding mungkin aku tidak ada apa-apanya dengan gadis yang sudah berdiri di samping Kim Taewoo itu.

Pandanganku beralih pada Taewoo yang mengeratkan kepalan tangannya di meja sampai urat-uratnya terlihat tetapi ketika aku mengamati raut wajahnya Taewoo tampak setenang biasanya. Jauh lebih tenang dan kalem.

"Ahhh lama sekali ya tidak bertemu" ujar gadis cantik itu sembari mendekatkan dirinya pada Taewoo.

Taewoo mencoba menarik sudut bibirnya tipis. Kentara sekali dia seperti terpaksa melakukannya, "Lama sekali Soyoung-ah. Aku bahkan tidak ingat kapan kita pernah bertemu"

"Jangan begitu yeobo, kau masih saja terlalu kaku seperti dulu. Membuatku semakin menginginkanmu" dia berucap dengan nada sedikit manja. Kemudian iris mata hitam gadis itu menatapku balik "Araa siapa gadis cantik ini?"

Mataku menyipit menjadi satu garis lurus memandang gadis cantik yang sempat kukagumi itu berusaha menempelkan dada besarnya pada lengan Taewoo. Namanya Soyoung?! Itu berarti dia—

"Yoora, dia adalah Kim Soyoung mantan tunanganku" ujar Taewoo memperkenalkan. Pria itu sengaja menekankan kata mantan dengan begitu jelas sampai membuatku ingin tercekik melihatnya.

Tetapi raut wajah datar Taewoo tetap tidak berubah. Alih-alih aku melihat sepercik kerinduan di dalam iris matanya. Memang tidak kentara tapi hal itu tidak luput dari pengamatanku. Mengetahui bahwa Taewoo masih merindukannya seperti membuat sensasi tercubit keras di dadaku. Sakitnya bukan main!

Sepertinya aku mulai mengerti situasi ini. Mantan tunangan yang sangat dia cintai kembali lagi. Entah kenapa rasanya aku tidak rela melihat dia mencuri pandang pada Soyoung yang kini beralih atensi sepenuhnya padaku.

"Kim Soyoung dan Taewoo benar tentang hal itu, senang bertemu denganmu."

Soyoung mengulurkan tangannya bermaksud untuk menjabat tanganku namun aku hanya memandangnya sekilas.

"Song Yoora calon istri Kim Taewoo" sengaja kutekankan kata-kata calon istri supaya gadis yang pernah meninggalkan Taewoo ini sadar akan posisinya.

Tau bahwa aku tidak akan menjabat tangannya, Kim Soyoung menarik lagi tangannya. Dia merangkul lengan Taewoo erat lalu menumpukan dagunya pada bahu pemuda itu. Hei! Dia milikku!

"Taewoo-ssi, aku butuh bantuanmu" Soyoung meraih dagu Taewoo untuk menghadapnya,

"Bantuan apa?" suara Taewoo melembut namun dengan raut wajah datar. Dia tidak menolak sedikitpun perlakuan Soyoung.

Ada apa dengannya?!

"Ahh sebaiknya kau ikut denganku saja, akan aku jelaskan. Ini tentang tuan Gerg, kau pasti tahu" gumam Soyoung dengan manja sebelum mengelus dagu Taewoo.

Mataku memanas melihat betapa Taewoo tidak nampak terganggu malah baik-baik saja dengan semua perlakuan Soyoung.

Taewoo mengenggam tangannya sembari tersenyum kecil, "Baiklah ayo!"

Hatiku mencelos mendengar persetujuan Taewoo. Setelahnya sebelum aku dapat memperoses semuanya dengan baik yang kudapati hanya Taewoo yang pergi dengan Soyoung meninggalkanku tanpa sepatah katapun, bahkan tanpa melihatku.

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang