CLINQUE | Chapter 15

45 5 0
                                    


Yoora berjalan dengan perlahan menuju taman samping rumah si penyelenggara pesta setelah mengucap terimakasihnya pada bartender laki-laki yang menemaninya tadi setelah kepergian Taewoo. Beruntung sekali bar tersebut langsung menghadap taman yang tampak sepi dari dalam. Berkeinginan untuk sedikit menyenangkan pikirannya yang kalut akhirnya gadis itu memilih taman tersebut untuk menyendiri.

Ia duduk di salah satu bangku yang menghadap pada kolam dengan air mancur berbentuk patung angsa tepat berada ditengahnya. Kemerlip lampu kecil menghiasi patung tersebut, tapi tak mampu menyembuhkan hatinya yang terluka.

Song Yoora tahu dia tidak baik-baik saja, kalaupun dia mengelak itu sangat munafik karena tidak ada yang bisa menjelaskan sensasi nyeri yang sangat mencekik bahkan hingga keseluruh tulangnya. Bergemelutuk diikuti sebuah rasa panas membakar di matanya yang sudah berlinangan air. Itu adalah sebuah definisi sempurna dari ungkapan patah hati.

Ternyata benar, siapapun yang menamai rasa sakit seperti ini mereka bukan berlebihan. Mereka benar akan hal itu hanya saja di buku kedokteran manapun tidak ada yang bisa mendefinisikan patah hati dan mengapa hati bisa patah bukannya bocor atau rusak. Sayangnya karena itu pula lah tidak ada obat apapun yang bisa menyembuhkan patah hati.

Baru kali ini ia merasakan bagaimana dadanya terasa sesak karena api cemburu dan sebongkah kekecewaan karena begitu mudahnya Taewoo berpaling. Kedua kombinasi itu berhasil menggerogotinya sampai ke dasar kakinya. Membuat kedua tumpuan itu tak mampu berdiri alih-alih bersimpuh lemah diatas dinginnya rumput malam itu.

Yoora meletakkan kepalanya pada pinggiran kolam yang terbuat dari marmer. Mengistirahatkan barang sejenak kepeningan hati dan pikirannya.

Apakah selama ini yang dikatakan Taewoo adalah omong kosong? Apakah Taewoo tidak benar-benar mencintainya? Apakah ia hanya pelampiasan dari gagalnya percintaan mereka? Apakah hanya dia yang mencintai pria itu?

Sejuta pertanyaan apakah bermunculan di dalam pemikirannya tetapi tetap saja ia tidak bisa menemukan jawabannya. Dualisme Taewoo mengikatnya, bagaikan anemon laut yang indah. Merayunya dengan manis, menghantarkannya pada kesenangan duniawi yang begitu indah, memikat, dan candu. Tetapi setelahnya menelan bulat-bulat seluruh eksistensinya tanpa sisa. Seperti sekarang.

"Sampai kapan noona akan membuat diri sendiri menderita?" suara yang sangat ia rindukan terdengar dekat.

Yoora menelengkan wajahnya kekiri berusaha melihat si empunya suara. Dua buah kaki terbalut celana jeans biru langit dan sepatu converse berwarna kuning berdiri di depannya. Sejurus kemudian terlihat bahwa ia berjongkok berhadapan langsung dengan Yoora. Tuan muda Jeon.

Raut wajahnya datar, berbeda dengan Jeon biasa yang selalu menatapnya hangat penuh senyuman. Walaupun tidak benar-benar berniat pergi ke pesta, Jeonkook setidaknya tetap berpakaian rapi hanya untuk menjemput Yoora. Rapi versinya sendiri yaitu kemeja biru langit dengan salur vertical dan celana jeans.

Jeonkook mengulurkan tangannya mengusap air mata berlinangan yang sudah memenuhi pipi Yoora, "Menangis tidak akan membuat Tae hyung kembali kemari noona. Kau perlu menendang bokong plastik Soyoung-ssi dan mengatakan dengan keras di depan wajahnya bahwa kau adalah tunangan Kim Taewoo kalau perlu dengan wine sekalian kurasa biar lebih panas!"

Yoora mendapati bahwa Jeonkook berusaha menghiburnya dengan caranya. Gadis itu tersenyum mendengar gurauan Jeonkook. Yoora menegakkan kembali badannya. Ia mengusap pipinya sendiri. Jeonkook mengulurkan tangan membantunya berdiri, mereka berdua berjalan beriringan menuju bangku taman.

Setelahnya Yoora menghela nafasnya, "Taewoo...apakah ia mencintaiku, kook?"

Jeonkook mengangguk, "Hyung mencintaimu noona. Lebih besar daripada ia mencintai Soyoung-ssi. Aku bisa melihatnya, dia hanya terbuai sesaat karena sudah sangat lama tidak bertemu dengan wanita itu"

Song Yoora terdiam begitu pula dengan Jeonkook yang juga ikut terdiam. Yoora mencerna dalam-dalam perkataan Jeonkook untuk menenangkan hatinya sendiri. Sedangkan kim Jeonkook mengamati gadis yang dicintainya dalam diam, berusaha menghafalkan siluet side profile wajahnya untuk diingat-ingat dalam kenangan, kalau-kalau suatu saat noonanya itu pergi dari sisinya.

Tetapi tetap saja Jeonkook tidak akan membiarkan siapapun mengambil Yoora semudah itu di sisinya jika bukan laki-laki yang benar-benar Yoora cintai. Noonanya memang cantik. Tiada duanya. Jeonkook pun tak akan sanggup melukainya walaupun kelakuannya kemarin mungkin juga melukai hati noonanya. Kali ini Jeonkook ingin menebusnya.

Yoora menoleh menatapnya, Jeonkook tergeragap kaget melihat dua bola mata yang balik menatapnya, "Kenapa waktu itu kau marah padaku kook? Kau bahkan menghindariku! Apa salahku? Katakan kook! Aku ingin memperbaikinya supaya kau tidak melihatku seperti orang pesakitan lagi!" tembak Yoora langsung.

Jeonkook tersenyum kikuk dilontarkan pertanyaan yang bahkan ia tidak bisa menjawabnya, "Ahh...satu-satu noona, satu-satu" pintanya.

Yoora sudah akan berniat membuka mulutnya lagi tetapi kemudian suara husky Taewoo menginterupsi, "Jeonkook! Yoora!"

Suara Taewoo berhasil membuat tubuh Yoora menegang. Jeonkook berbalik cepat menatap dua orang pasangan dengan si wanita bergelayut manja di lengan sang pria. Sayangnya si wanita benar-benar jalang.

"Araa, bocah Jeon sudah lebih dewasa sepertinya..." Soyoung berdecak sambil mengamati penampilan Jeonkook matnya berkedip satu melihat pemuda bunny itu.

"Dasar jalang! Singkirkan tangan kotormu itu dari lengan hyung ku!" Jeonkook berdesis menatap Soyoung yang bukannya malah melepaskannya wanita itu malah terkikik geli.

Sentuh lembut di bahu Jeonkook terasa, Jeonkook menatap Yoora cemas namun gadis itu menggeleng pelan berusaha menyembunyikan sedikit hatinya yang sangat terluka. Seulas senyum kecil dipaksakan muncul untuk menenangkan Jeonkook.

"Jangan kekanakan Kook!" Peringat Taewoo, "Kalian pulanglah terlebih dahulu. Masih ada yang harus kulakukan. Aku akan mengantar Soyoung pulang dengan mobilnya"

Kemudian Taewoo merogoh saku celana kainnya dan berkata, "Ini kunci mobilku. Gunakan saja mobilku untuk mengantar Yoora pulang" ujarnya sembari mengulurkan kunci mobilnya.

Jeonkook menggeleng pelan, "Tidak perlu. Aku membawa mobil sendiri. Noona akan pulang dengan mobilku. Sebaiknya hyung pulang dengan mobilmu sendiri dan pastikan dirimu untuk pulang hari ini, hyung!"

Kemudian bocah Jeon itu menoleh menatap Yoora ia mengulurkan tangannya, "noona, kajja!" ajak Jeonkook.

Yoora tidak memiliki pilihan selain mengikuti langkah kaki Jeonkook meninggalkan taman itu daripada terus berada disana bersama dua insan yang baru saja melepas rindu.

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang