"Terimakasih..."Taewoo berucap lirih sembari menyandarkan punggungnya pada headboard ranjangnya, suaranya serak. Sepertinya tenggorokan pemuda beriris kelabu itu kering.
"Kau mau minum lagi?" Tanya Yoora menawarkan, Taewoo menggeleng. Memejamkan matanya.
"Istirahatlah Tae, Jeon bilang akan pulang cepat hari ini"
"Aku akan baik-baik saja sebentar lagi" ujarnya dengan nafas tersengal.
Yoora duduk di kursi dekat ranjang Taewoo. Kelopak mata Taewoo yang naungi bulu mata lentik itu terbuka. Sorot kelabunya menatap Yoora dalam, "Terimakasih sudah menjagaku, maaf merepotkanmu"
Yoora mengangguk lalu tersenyum tipis memangku kepalanya dengan tangan mengamati Taewoo yang sudah memejamkan mata lagi.
"Yoora-ya?" Tanya Taewoo sembari membuka kelopak matanya lagi.
"Hmm?" gumamnya berbalik tanya. Yoora merasa aneh saat pertama kalinya Taewoo menggunakan imbuhan Hangeul untuk memanggilnya.
"Pintar sekali merawatnya calon istriku"
Hampir saja Yoora terjungkal dari kursinya jika reflek tubuhnya tidak bagus. Benarkan? Walaupun sejujurnya hal itu berhasil membawa semu kemerahan di pipinya.
"Jangan berhayal, Tae" justru Yoora memutar bola matanya malas.
"Aku benar-benar membayangkan jika menikah mungkin aku bisa mendapatkan perlakuan manis ini selamanya" ujar Taewoo sembari memiringkan tubuhnya menatap Yoora, "Bagaimana menurutmu?"
"Denganku?" dari sekian banyak hal malah itu yang Yoora tanyakan.
"Tidak, dengan Jimin. Tentu saja denganmu"
Yoora terkekeh hingga kepalanya terlempar lirih kebelakang. Lebih lucu lagi karena wajah Taewoo berubah kesal-kesal gemas karena jawabannya.
"Apakah begitu ajakan melamar seorang gadis untuk menghabiskan waktu sepanjang hidupnya, tuan Kim?" goda Yoora dengan kerlingan lucu.
Mendengar Yoora melemparkan pertanyaan itu. Taewoo sukses ikut tertawa lirih hingga deretan giginya nampak, "Aku tidak mengajak, tetapi meminta" Jawab Taewoo yakin dengan suara husky nya. Menunjukkan otoritas yang semestinya milik si bos mafia.
Yoora mengangguk di tengah torehan senyum yang tersisa. Lantas dalam beberapa detik kemudian gadis dengan kuncir kuda itu berpikir. Turut meremas jemari tangannya sendiri yang mulai berkeringat. Lantas Yoora mengangkat kepala guna menyambut tatapan lekat Taewoo.
"Biarkan aku bertanya satu hal saja" Yoora menjeda ucapannya sejenak, "Kenapa kau melamarku?"
"Kau tidak mau menikah denganku? Kurasa tidak ada gadis manapun yang akan menolak jika itu aku".
"Mungkin hidupku tidak akan setenang dulu. Bahkan sekarang pun tidak" gumam Yoora sambil menyandarkan punggungnya pasrah.
Ia sendiri sudah menyerah untuk kembali ke kehidupan normalnya sebab tidak ada lagi yang tertinggal disana selain rasa sakit.
"Jadi kau tak masalah dengan permintaanku?" Tanya Taewoo bersamaan menggigit bibirnya pun matanya menyipit-memastikan dalam ketenangan.
"Tentu saja."
Yoora kembali berpangku dagu, menatap lekat-lekat Kim Taewoo dengan senyum congkaknya.
"Tetapi...aku itu mahal, tuan Kim. Uang, takhta, dan barang barang mewahmu sepertinya belum cukup bagiku" terang Yoora tanpa diduga-duga.
"Aku tahu, karena itulah aku masih mempersiapkan satu hal lagi untukmu" Ucap Taewoo bersamaan menarik kedua sudut bibirnya, tampan bukan main.
"You do?" Yoora menyatukan kedua alis diiringi senyuman penuh rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️
FanfictionSong Yoora berencana untuk menghabiskan natal dan tahun barunya di London. Ia pergi bersama temannya Park Irene ke London sebab meet and greet One Direction tidak bisa menunggu. Sesampainya disana mereka dijemput sebuah mobil van hitam yang besar da...