DUE | Chapter 5

99 5 0
                                    

Aku membuka beberapa lembar halaman buku. Membacanya dengan teliti, lalu membaliknya. Setidaknya itulah yang kulakukan selama beberapa detik hingga akhirnya derap langkah kaki berhenti di depanku.

Jeonkook yang sedang menemaniku dengan playstation miliknya juga ikutan menoleh.

Aku mendongak dan tatapanku bersibobrok dengan Daniel. Pacar Irene yang merupakan si dalang penculikan, "Ada apa?" tanyaku datar.

Jujur saja dia adalah sumber masalah yang membawaku sampai kepada kesialan tak berujung ini. Aku sangat tidak suka melihatnya kalau boleh saja. Tetapi aku tidak benar-benar menunjukkan ketidaksukaanku selain karena aku malas berbicara dengannya.

"Maaf karena menculikmu kemari dan membawamu"

"Hmmm" ujarku tanpa menatapnya alih-alih aku memilih untuk membuka lembaran buku ku.

"Irene juga menitipkan permintaan maafnya padamu. Dia tidak bisa lang—

Aku langsung berdiri membuat Daniel menghentikan ucapannya. Aku menatap tajam padanya. Mataku menyipit, sangat kentara sekali bahwa aku begitu membencinya.

"Jika hanya itu yang kau ucapkan. Pergilah! Aku sibuk"

Aku tidak mengharapkan jawaban dari Daniel karena setelahnya aku pergi meninggalkan mereka berdua.

Jeonkook menatap Daniel dengan pandangan mengasihani, "Kau tahu hyung, ini memang salah kalian. Wajar saja Yoora noona seperti itu. Tapi aku bersyukur kau membawanya kemari. Karena rumah ini tak sepi lagi" Jeonkook berkata sambil lalu.

Ia kembali berkutat dengan gamenya. Sedangkan Daniel hanya menatap lurus punggung Yoora yang berjalan menjauh.

***

Memaafkan memang tidak semudah mengatakannya. Sekarang aku benar-benar merasakan hal itu. Karena pada kenyataannya. Kebencianku pada mereka semakin bertambah dan berakar bebas, bercokol dengan kuat.

Aku tidak mengerti apakah suatu saat kebencian ini akan hilang ataukah semakin tumbuh dengan kuat. Yang jelas aku tidak dapat memastikannya saat ini sebab aku takut pada beberapa hal.

Aku akan membenci Jeonkook sama besarnya seperti mereka semua, dan jika itu kulakukan maka aku akan melukai Jeonkook. Aku tak ingin melakukannya.

Sedangkan perasaanku pada Taewoo benar-benar sensasi aneh yang menyenangkan. Aku berharap itu bukan cinta. Aku tidak mau melibatkan diri kepada mereka lebih jauh lagi.

Jika saja situasi ini berbeda, aku lebih memilih mencintai Jeonkook karena dia adalah satu-satunya alasanku bertahan disini.

"Nona Song bisakah aku meminta bantuanmu?'

Pelayan yang sedang lewat di depanku berdiri dengan sedikit menunduk menatapku.

Dia adalah salah satu dari pelayan yang bekerja di mansion mewah keluarga Kim. Sekaligus rumah dan basis bagi Asiatica. Oh omong-omong jika kalian bingung. Itu adalah nama dari organisasi mafia milik keluarga ini.

Sejujurnya keluarga Kim merupakan sisi abu-abu dari sebuah dunia. Keluarga Kim adalah pemilik dinasty bisnis minyak dan batu bara di seluruh dunia. Pekerjaan mereka bersih dan selalu taat pajak. Mereka tidak pernah terlibat skandal apapun dan perusahannya benar-benar sehat. Bisa kau bayangkan betapa kayanya mereka.

Selain itu mereka juga melakukan pekerjaan kotor dengan organisasi mafia mereka. Menjadi kaki tangan orang-orang superior dunia untuk melenyapkan musuh-musuh mereka. Tidak hanya itu, mereka juga menyelundupkan narkoba dan melakukan perdangangan senjata api secara illegal.

Dualisme yang mengerikan dari keluarga Kim. Namun mereka berhasil menjalankannya secara turun menurun beberapa generasi hingga takhta kepala keluarga saat ini jatuh pada Kim Taewoo.

Satu-satunya the Don yang dijuluki principe d inclinate atau biasa yang disebut pangeran bermata sipit.

Biar sedikit kujelaskan, julukan tersebut berasal dari ayahnya yang menikahi ibu Taewoo yang notabene adalah orang Italia. Dan Taewoo lebih memilih menggunakan nama dalam hangeul nya daripada nama aslinya Victor D'angelo.

Aku tahu hal ini semakin membuat kalian bingung, jadi mari lupakan keluarga Kim dan Taewoo atau Victor tersebut.

Aku menoleh dan langsung mengangguk, "Tentu saja Mrs. Merry, apa yang bisa kubantu?" ujarku sambil mengulas senyum.

Nyonya Merry menyodorkan nampan yang berisi Earl grey tea dan Empanada padaku. Aku menerima nampan tersebut.

"Bisakah nona Song memberikannya pada tuan Kim? Saya harus pergi ke toko roti lebih pagi supaya tidak kehabisan"

Nyonya Merry menatapku tidak enak.

"Tidak apa Mrs. Merry aku akan mengantarkannya pada Jeonkook"

Nyonya Merry menggeleng, "Ini bukan untuk tuan muda Jeon, nona Song"

Mendengar ucapan nyonya Merry seketika membuatku mengerti untuk siapa teh ini.

Aku menghela nafas berat, "Baiklah aku akan menyerahkan pada Taewoo, Mrs. Merry"

"Terimakasih nona Song" Nyonya Merry tersenyum lebar kemudian ia dengan buru-buru meninggalkanku.

Setelah itu aku berjalan menuju rauangan Taewoo yang berada di lantai tiga rumah ini. Double sial! Ada apa dengan rumah sebesar ini. Kenapa rasanya membawa nampan dengan menaiki tangga hingga ke lantai tiga rasanya seberat ini.

Aku tidak dapat membayangkan betapa kuatnya para pelayan wanita disini yang berjalan naik turun tangga berkali-kal dalam sehari untuk mengantarkan makanan-makanan si tuan rumah.

Huft. Mungkin aku harus mewanti-wanti diriku kalau perlu mencatatnya dalam buku harianku agar tidak melamar menjadi pelayan jika aku lulus kuliah nanti.

Saat aku sudah berada di depan pintu ruangan Kim Taewoo aku mencoba mengetuknya.

Tidak ada jawaban.

Ku coba lagi kali ini lebih keras. Namun hasilnya negative. Masih saja tidak ada jawaban.

Karena kupikir tangan kiriku yang mulai kesemutan akibat membawa nampan dengan satu tangan akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintunya.

Ternyata tidak dikunci. Setelahnya aku menyelip ke dalam.

Butuh waktu beberapa detik untuk memproses ruangan milik Kim Taewoo yang benar-benar menakjubkan. Entahlah, aku tak bisa menejlaskannya, yang jelas ruangan tersebut hampir semuanya terbuat dari kayu dan di desain dengan gaya era Victorian. Sangat klasik namun begitu menawan.

Saat aku masuk aku langsung disuguhi dengan perapian kuno terbuat dari batu alam. Di depannya terdapat dua sofa panjang yang saling berhadapan namun tidak menutupi perapian.

Sedangkan disudut kirinya meja kerja besar dengan rak penuh tumpukan buku tempat Kim Taewoo. Dan pada sudut kanannya hanya terdapat dua buah pintu. Yang kutahu salah satunya tersambung dengan perpustakaan di lantai tiga.

Namun pintu satunya lagi, mungkin kamar tidur Kim Taewoo. Jika aku tidak salah menebaknya.

Aku meletakkan nampan tersebut diatas meja kerja Taewoo tepat sesaat sebelum suara pintu terbuka terdengar.

Aku menoleh dan mendapati Taewoo hanya dengan celana kain hitamnya rambut basah sehabis mandi, dan kemeja putih yang belum terkancing menampilkan lipatan-lipatan abs yang berteriak ingin disentuh.

Wajahku tiba-tiba terasa begitu panas, membayangkan otot liat berwarna tan itu menyentuh kulitku lembut. Dengan cepat aku mengalihkan tatapanku memandangi kusen pintu yang terdiam seolah mengolok sifat pengecutku.

Aku bukan pengecut, aku hanya menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Aku bisa mendengar derap langkah kaki Taewoo yang mendekat padaku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi setelahnya, bau parfum maskulin nan lembut menusuk hidungku.

JET BLACK HEART | BTS Fanfiction ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang