Coretan 3

29 6 1
                                    

     Sore ini aku pulang ke rumah dengan kekhawatiran. Ini bukan soal pekerjaan ataupun tempat kerja ku. Ini soal diriku yang terlalu gugup menanggapi perkataan dari teman sekolahku. Ya aku terlalu berpikir panjang mengenai ucapan Fitri. Sambil merebahkan tubuhku yang pegal di kasur, aku mulai berpikir.

" Mengapa aku terlalu rumit!" gumamku dalam hati.

     Wajar saja jika ada orang yang mau berkenalan denganku. Aku sudah dewasa. Aku sudah memiliki Kartu Tanda Penduduk. Mengapa harus tegang menyambut seorang pria yang sama sekali tidak ku kenal? Apa yang harus di takuti? Boleh atau pun tidak pria itu masuk ke dalam hidupku itu semua tergantung diriku. Ya, aku lah yang memilih. Aku bisa.

Tokk....tok.....tok... ! pintu kamar di ketuk.

" Siapa?" seru ku lantang.

" GUE !!!" saut nya keras dari nada bicaranya aku sudah bisa menebak bahwa ia adalah Momon.

Krekkkkkkkk!!!.... pintu di buka.

" Kalo ada tamu tuh pintu di bukain malah ngejogrog aja," gerutu Momon seraya menghampiriku.

" Lah ga di bukain juga udah buka sendiri," ucap ku menimpali teman kecilku. Momon terlihat begitu lelah ia lantas merebahkan badannya di sampingku.

" Hari ini lo kemana? ga kerja?" ucapku penasaran.

" Heee nongkrong di basecamp," ujarnya sembari nyengir.

" Semalem lo ga pulang ya?" ujarku lagi.

" Yoi kan lo tau kalo gue udah nongkrong di basecamp ini kaki berat banget buat pulang. Mangkanya lo datang kesana. Anak-anaknya asik semua apalagi livemusicnya Ra," ajaknya sambil melemparkan kepalanya kembali ke atas bantal.

" OGAH!" ucap ku singkat.

drettttt... dretttt... ponselku bergetar. Menandakan ada pesan yang masuk.

" Hai. Sorry hubungin kamu lewat sms. Aku dapet nomor kamu dari Fitri. Aku ga ganggu kan. Aku Raga," tulis seseorang lewat pesan.

     Aku secara refleks menaruh ponselku di atas kasur sebelum membalas pesan nya. Fitri benar-benar serius dengan ucapannya. Tanganku gemetar. Aku tak tahu harus apa. Aku merasa di kuntit. Aku mulai khawatir untuk datang ke tempat kerja. Awalnya aku sudah menyiapkan diri untuk menghadapi hal ini. Namun entah kenapa nyali ku tiba-tiba ciut saat pesan itu benar-benar muncul.

" Ra kenapa sih?" tanya Momon heran saat aku menaruh ponsel ku dengan keras.

" Ra denger gue kan?" sautnya lagi sambil menyenggol tanganku. Gadis itu pun langsung bangun dan mengambil ponselku.

" Jangan!" cegahku seraya merebut ponselku dari tangan Momon.

" Lo kenapa sih?? ada apa di ponsel lo? lo lagi ga kena hipnotis mama minta pulsa kan?" tanya Momon sambil memperhatikan wajahku.

" Gapapa Mon cuma orang iseng," ujar ku menenangkan diri.

" Siapa? Coba sini gue liat," ucap Momon sambil merebut ponselku.

" Wkwkwkwkwkwkk," Momon tertawa terbahak-bahak.

" Jadi si Raga minta kenalan sama lo? Dira... Dira ih bener-bener polos ni anak. Udah biar gue yang bales," ujar nya sambil mengetik pesan membalas pesan Raga.

" Jangan Mon," cegah ku tapi naas pesan itu keburu terkirim. Yap Momon mengirimnya.

" Kamu ga ganggu kok," ini lah balasan yang Momon kirim untuk Raga.

    Memang temanku yang satu ini betul-betul jahil. Ia dengan wajah tak bersalahnya membalas pesan  begitu saja kepada orang yang sama sekali tidak ku kenal. Sial.

Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang