Tak ada alasan untuk pergi jika cinta tapi jika tetap pergi dia sudah tidak cinta
Tiga hari sudah aku tidak masuk kerja. Bantal dan guling menjadi teman ternyamanku melewati hari-hari tersulit. Memang aku masih menjadi pesakitan akibat nyeri perut dan rasa mual yang tak kunjung reda di tambah rasa pusing yang terus bertengger di kepala karena insomniaku. Ya akhir-akhir ini jam tidurku sedikit terganggu. Banyak hal yang sedang ku pikirkan tapi aku hanya ingin diam dan menyendiri. Entahlah mengapa aku. Terkadang aku merasa seperti tak berguna. Aku kalah dengan patah hatiku sendiri. Sungguh miris. Aku menjadi manusia yang pesimis dengan diriku sendiriku.
Tok....tok...tok..
Suara pintu di ketuk terdengar sangat keras. Aku sungguh malas beranjak dari kasur dan membukanya. Siapa yang datang bertamu sepagi ini. Apa seniat itu bertamu ke rumahku. Aku sedikit kesal. Dengan terpaksa akupun bangun dari posisi ternyamanku. Sambil mengucek-ngucek mata aku berjalan perlahan menuju pintu depan.
" Iya sebentar," ucapku.
Kreeekkkk.....
Kulihat sahabatku sedang berdiri di balik pintu. Ini sangat mengenjutkan. Mengapa aku bisa sampai lupa untuk menjemput Momon dari basecamp kemarin.
" Hai Ra. Lo lemes banget?"
" Eh Mon. Oh lagi kurang enak badan Mon. Ayo masuk."
" Ga usah Ra gue sebentar. Nyokap lo mana?"
" Udah berangkat kerja Mon. Kenapa buru-buru amat?"
" Ra gue sama nyokap mau pulang kampung ke Solo."
" Mon... secepet ini?"
" Ra lebih cepet lebih baik. Baik buat gue baik juga buat nyokap. Terlalu lama bertahan di dalam rumah yang isinya kenangan buruk ga baik juga Ra. Kalau punya kesempatan buat dapet suasana yang lebih baik di tempat lain kenapa engga di coba."
" Nyokap tau kondisi lo?"
" Belom dan kayanya ga akan pernah tau Ra. Dia udah cukup menderita di banding gue selama ini."
" Gue bakal kangen sama lo. Konsul lo sama Bani masih lanjut?"
" Dia rekomendasiin psikiater di Solo yang kebetulan temen dia juga jadi aman lah. Lo baik-baik disini. Kalau ada masalah lo telepon gue atau main-main ke basecamp."
" Gue ga papa kok Mon. Have fun ya di tempat baru. Semoga lo betah."
" Ya udah gue jalan sekarang ya salam buat nyokap lo."
Momon pun meninggalkan rumahku. Aku senang melihatnya sudah membaik walaupun sebenarnya aku pasti akan merasa sangat kesepian. Bagaimana tidak, dialah satu-satunya sahabat perempuan yang aku miliki.
Memang beginilah kehidupan tak pernah ada yang kekal kecuali sang pencipta. Akan selalu ada yang datang dan pergi saling berganti. Ia akan mencari dan berkelana sampai menemukan tempat ternyamannya. Entah kapan bagianku? Aku masih tak cukup berani untuk melawan hidupku sendiri.
Akupun kembali ke kamar dan merebahkan tubuhku di kasur. Entah kenapa tiba-tiba aku menangis. Aku merasa sendirian. Tak ada satupjn yang bisa ku ajak bertukar pikuran atau sekedar bersenda gurau. Semenyedihkan inikah hidupku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔
Teen FictionKisah ini bermula ketika seorang gadis bernama Dira yang mencoba untuk menjalin relationship dengan pria bernama Raga. Hubungan yang sedari awal di sepakati untuk berjalan secara backstreet. Sampai suatu hari muncul perasaan terabaikan dan ingin di...