Coretan 22

18 3 0
                                    

Memang betul adanya, jarak cinta dan benci bersampingan. Itulah mengapa sangat mungkin hati manusia terbolak-balik. Begitupun perasaan.


Aku berjalan menatap ke depan. Pandanganku tetap fokus dan sama sekali tak ingin menoleh. Ku kencangkan otot-otot betis agar tak mudah berhenti melangkah. Nafas terusku atur untuk menghilangkan rasa ketidakpercayaanku.

Aku tau mereka sedang menatapku. Sesekali suara berbisiknya lewat di telinga. Aku tau itu aku! Ya aku lah yang sedang jadi perbincangan. Stop jangan menatapku dengan tatapan penuh belas kasihan. Aku benci itu.

Ada beberapa karyawan bersembunyi di balik hanger-hanger yang tergantung pakaian. Ada yang berdua adapula yang bergerombol. Namun ada yang dengan terang-terang an berdiri di depan konternya untuk sengaja melihatku. Ya aku memang sangat tahu.

Ini pasti karena kejadian sore kemarin. Mengapa harus terjadi hal seperti ini. Aku malu menjadi bahan gosip. Walaupun aku tahu apa yang dilakukan temanku hanya untuk pembelaan.

Kulihat konterku sepi. Tak ada satupun yang datang. Kemana mereka? Apa sedang bersembunyi? Aku butuh penjelasan. Ini sangat menguras rasa penasaran.

" Pada kemana mereka? Tumben jam segini belom pada keliatan batang idungnya?" gerutuku sambil menyimpan buku laporan penjualan yang ku bawa lalu ku simpan ke dalam laci nota.

Tumpukan beberapa dus sepatu berwarna merah dan oranye tergelak di samping laci. Ini pasti barang batalan yang tak jadi di beli oleh konsumen kemarin. Aku masih menatapnya. Aku ragu menyimpannya ke gudang. Rasanya aku ingin berdiam diri saja di konter. Ya tuhan bagaimana ini?

Tak...tek...tok..

Suara highheels terdengar mendekat ke    telinga. Siapa yang menghampiriku? Syaira? Ya, itu pasti dia. Aku tau dia akan menceritakan kejadian sore kemarin. Memang dia salah satu teman wanitaku yang memiliki suara melengking hingga berokaf-oktaf.

" Syaira lo kemana aja? Jam segini baru datang," ujarku sambil merapikan panjangan sepatu tanpa menoleh ke arah temanku.

Syaira tak menggubris peetanyaanku. Aneh pikirku. Lantas ku letakan sepatu yang ku pegang di raknya. Aku penasaran ada apa dengan Syaira.

" Sorry ganggu. Boleh ngobrol," ucap seorang karyawan divisi ladies shoes.

Aku sangat tidak mengharapkan kedatangannya. Gadis yang perawakannya hampir menyerupaiku itu menatapku tajam. Untuk apa Bulan menghampiriku di sini? Sungguh tidak ku duga. Apa yang dia inginkan? Akupun lantas menyanggupinya.

Aku dan Bulan duduk di kursi konsumen. Letaknya di ujung dekat kamar pas baju anak. Ya, toko memang masih sepi dan konsumen belum berdatangan.

Ku tebak dia sedang kesal. Walaupun sikapnya menyembunyikan itu. Aku tahu soal kemarin sore pasti sangat menyudutkannya.

" Gue to the point aja. Apa bener lo mantannya Raga?

" Ya."

" Gue Bulan pacarnya Raga. Sorry sebelumnya gue baru tau kalo kalian pernah pacaran."

" Apa yang lo mau?"

" Gue minta maaf. Jujur gue ga mau kalo hubungan gue sama Raga terus di ikutin masa lalu jadi kalo menurut lo masih ada yang harus di selesai in antara kalian silahkan. Gue izinin kalian ngobrolin itu."

Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang