Coretan 15

19 3 0
                                    

Pikiranku terus berputar. Menebak apa yang sebenarnya sedang di alami sahabatku. Mengapa dia hanya memintaku bukan yang lain? Rasa takut mulai menyelimutiku. Sungguh aku tak ingin terjadi apapun padanya.

Pandanganku mulai menoleh liar memperhatikan basecamp. Tak ada meja bar atau pun lampu disko. Apa aku salah alamat? Apa Bani ingin menculiku dengan dalih terjadi sesuatu pada sahabatku? Ya aku benar-benar tak bisa berfikir positif.

Kulihat Bani dengan santainya memanduku berjalan ke arah dalam basecamp. Ia sama sekali tak melihat keraguanku. Sebetulnya dibawa ketempat apa aku ini. Tempat ini tidak seperti basecamp biasanya. Sangat sunyi. Ya aku mulai merasa ke angkeran menyentuh bulu kuduk ku.

" Ra, ayo!" Ucap Bani sambil memasuki sebuah ruangan.

Aku terkejut. Momon sedang terkulai lemah di atas kasur. Ia tak sadarkan diri. Aku dengan cepat menghampirinya. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca. Mengapa dia sampai bisa babak belur? Siapa yang melakukannya?

" Mon?!"

" Ra kayanya dia belum sadar. Ikut gue ke ruang sebelah yuk. Gue jelasin."

" Tapi Ban Momon kenapa?"

" Ya ikut ayo gue jelasin."

Dengan berat hati aku menuruti permintaan Bani. Aku sungguh ingin membangunkan Momon dan bertanya langsung padanya. Sesekali mataku melirik ke arah Momon sebelum meninggalkan ruangannya.

Bani mengajakku masuk dalam sebuah ruangan yang bertuliskan dr. Arbani, SpKJ di papan yang tergantung di depan pintunya. Aku mulai merasa aneh. Bagaimana mungkin ada seorang dokter di dalam sebuah basecamp?

" Duduk Ra. Nanti kalau Momon udah siuman kita temuin."

" Sorry Ban tapi sebenernya ini tempat apa? Kenapa ga ada lampu disko atau live music?"

" Hhe lo ngaco Ra. Ini psikiater mana mungkin ada kaya gitu."

" Jadi yang Momon maksud basecamp selama ini itu psikiater?"

" Ya. Pandangan orang tentang psikiater rata-rata menakutkan Ra. Jadi gue namain ini basecamp. Siapapun bebas kesini dengan bebannya masing-masing. Sesekali kita ngadain acara hiburan buat istirahat sejenak dari mengobservasi jiwa orang lain. Psikiater juga manusia kan."

" Jadi lo itu psikiater?"

" Sebenernya gue lebih suka di panggil mamah dedeh di banding psikiater."

" Hm. Oh iya jadi sebenernya temen gue kenapa? Dia di pukulin orang? Lo udah bantu dia buat lapor polisi?"

" Ga sesederhana itu Ra. Lo bahkan tau kalo Momon ga mungkin bisa sampe di pukulin."

" Ya memang dia itu cewek jelmaan cowok. Jadi gue ragu kalo dia di pukulin tapi kenapa dia bonyok kaya gitu?"

" Lo udah punya jawaban nya Ra. Kalo dia ga di pukulin berarti dia."

" Mukulin? Siapa? Kenapa bisa? Gue tau dia orang yang paling bisa mendem emosi. Bahkan dia ga pernah nunjukin kalo lagi ada masalah."

" Karena dia bisa mendem emosi Ra. Ga ada jaminan kalo dia ga meledak. Lo tau disaat kita dalam bahaya, refleks tubuh biasanya bertambah beberapa kali lipat?"

" Jadi maksud lo dia dalam bahaya sampai akhirnya meledak? Dia orang paling berani yang pernah gue kenal. Karena dia berani jadi gue pikir dia ga peduli dengan bahaya."

" Menurut lo kenapa seseorang bisa menyimpulkan dan menamai itu bahaya?"

" Ya karena mengancam hidupnya atau membuat dia ketakutan."

Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang