Berjuang itu bukan soal rasa tapi tindakan. Hidup ini butuh yang tersurat bukan sekedar yang tersirat. Begitulah seharusnya ikatan cinta dan memiliki.
Aku sedang bersiap meninggalkan base camp. Tubuhku sudah pulih dan kepalaku sudah tak lagi pusing. Aku sudah membaik dan segar seperti sediakala.Ku ambil tas ranselku yang berbahan kulit sintetis berwarna hitam dengan perpaduan kain kanvas tebal pada penutupnya. Perlahan ku buka relsleting utamanya. Handphone, charger dan beberapa vitamin serta obat anti depresan ku masukan ke dalamnya.
Aku mulai merapikan bantal yang posisinya tidak sesuai serta ku lipat selimut berbahan katun tebal lalu menaruhnya di atas kasur. Sesekali ku tengok kembali ke arah kasur. Takut kalau-kalau ada barangku yang tertinggal. Ya aku berharap tidak kembali kesini untuk menenangkan diri. Aku hanya ingin kemari untuk sesekali hadir sebagai tamu saat di adakan acara. Begitula pikirku.
Perbincanganku kemarin dengan Bani sedikit melegakan batinku. Betul apa katanya. Aku harus memikirkan diriku. Terlebih kesehatan psikisku. Walaupun aku belum tahu kedepannya apa yang akan ku rencanakan untuk memulai hidupku yang sangat sepi ini. Memang Bani memberiku obat anti depresan untuk membantuku mengontrol diri saat sedang down. Awalnya aku menolak tapi setelah ku pikir lagi ini sangat berguna karena memang aku kesulitan menghadapi psikisku yang sering kali up and down.
Kreekkkkkkk....
Suara pintu berbunyi. Terdengar langkah sepatu yang sangat jelas. Pikirku menebak itu bukan langkah seorang pria. Suaranya semakin mendekat. Aku refleks menoleh ke arah belakang.
Kulihat wanita memakai dress casual selutut berbahan katun berwarna krem muda dengan perpaduan corak bulu merak di bagian lengan pendeknya datang menghampiriku. Tangannya menggenggam satu kantung plastik obat. Ku rasa dia baru saja menebusnya.
Gadis itu tidak asing. Aku sering kali mendebatkannya dengan Raga saat kami masih menjadi sepasang kekasih. Mengapa dia datang padaku? Tatapannya begitu sayu. Aku hanya diam sembari menatap tajam ke arahnya. Langkahnya terlihat lesu tapi ia tetap berusaha berjalan ke arahku.
" Hai. Sorry gue masuk tanpa izin. Lo berobat disini?" sapa Diani. Suaranya sedikit gemetar. Ia sangat terlihat gugup.
" Ga perlu basa - basi. Gue mau on the way pulang. Ada yang perlu gue denger?" ucapku dengan menegaskan nada suara. Aku memang merasa malas bicara dengannya.
Ia terlihat bingung. Entah apa yang ada di pikirannya. Aku tahu ia akan menjelaskan sesuatu. Apapun katanya kurasa tak akan pernah mengubah hidupku. Mungkin Diani sadar selama ini ia menjadi duri dalam hubunganku dan Raga. Atau mungkin dia merasa puas melihatku berada di tempat ini. Firasatku sungguh kejam. Ya, aku mengakuinya. Kesalku sudah menumpuk terlalu banyak padanya.
" Ra gue mohon jangan benci abang gue. Lo boleh benci gue karena semua ini terjadi karena gue," ucapnya perlahan. Ia melipat bibirnya ke dalam sambil menundukan wajahnya.
Ucapannya menarik perhatianku. Aku melangkah mendekatinya. Ku tatap wajahnya dengan penuh tanya. Tangannya terlihat gemetar. Apa maksud dari perkataannya. Sungguh membuatku penasaran.
" Siapa yang lo maksud abang?" tanyaku heran sambil menyilangkan kedua tanganku di dada.
" Raga abang kandung gue. Gue pernah mengidap gagal ginjal. Penyakit yang sama persis seperti yang diderita ayah kami sebelum meninggal. Sedari kecil gue di adopsi oleh pamannya Bulan. Satu tahun lalu Bulan mendonorkan satu ginjalnya buat gue. Raga sangat berterima kasih untuk itu dan berjanji balas budi. Bulan ga minta apapun kecuali Raga ada di sampingnya. Selama satu tahun Raga hidup tanpa ke bahagiaan demi membalas budi sampe suatu hari dia ketemu lo dan membuat harinya lebih hidup. Sampe akhirnya janji selalu mengejarnya dan menariknya kembali ke tempat dimana semua harapannya hilang," jelasnya dengan wajah sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔
Teen FictionKisah ini bermula ketika seorang gadis bernama Dira yang mencoba untuk menjalin relationship dengan pria bernama Raga. Hubungan yang sedari awal di sepakati untuk berjalan secara backstreet. Sampai suatu hari muncul perasaan terabaikan dan ingin di...