Coretan 21

18 2 0
                                    

Silahkan pergi tapi tetap ingat. Jangan ada tapi sudah lupa.

Rintik hujan mendatangi kota Bogor. Sedikit demi sedikit ia mulai membasahi aspal lalu lintas. Angkutan umum mulai mengurangi kecepatan. Trotoar sepi dari pejalan kaki.

Ku hirup bau hujan perlahan sampai memasuki sela-sela rongga hidung. Sejuknya menjalar ke dalam kepala dan hati. Sungguh menenangkan. Membuat racun yang bersemayam di pikiran dan qalbuku sesaat pingsan. Aku suka bau hujan. Aku menikmatinya.

Beberapa kali aku mengatur pernafasanku. Aku ingin memiliki bau hujan. Ingin ku simpan hingga penuh. Ini sangat berguna untuk penghilang rasa sakit. Bolehkah aku memintanya?

Perlahan ku buka mataku. Tak ada yang berubah. Hujan tetap menemaniku di depan toko. Aku mencoba mundur satu langkah hingga punggungku menyentuh tembok. Ku silangkan kedua tangan di dada untuk sekedar menghangatkan tubuh dari udara dingin yang mulai menusuk tulang.

Ku dengar langkah kaki mulai mendekat. Suaranya lebih berat. Ini pasti berasal dari sepatu yang beralaskan penuh. Aku yakin dia bukan seorang wanita yang memakai highheels. Aku mencoba meliriknya. Sepatu hitam pantofel dengan kulit sintetis berada beberapa jengkal dari sepatuku. Aku pusatkan pandanganku ke arah wajahnya. Dia seorang pria.

Dia tak menoleh ke arahku. Bahkan mungkin tak sadar ada seseorang di sampingnya. Ia terlalu fokus menatap derasnya hujan. Ya, aku memang selalu ada namun tak pernah ada baginya.

" Mengapa harus dia Tuhan?" gumamku meringkih dalam hati.

Aku mencoba diam dan tak mengeluarkan gerakan apapun. Ku tundukan wajahku . Terdengar suara pergeseran sepatu se arah jam sembilan. Aku meliriknya. Dia menyadari kehadiranku.

" Kamu masih disini?" tanya Raga. Pandangannya masih tertuju padaku.

" Bukan urusanmu," jawabku ketus seraya memalingkan wajah.

" Kita kenal baik-baik Ra. Apa harus kaya gini setelah putus?" ucapnya santai. Ia melangkah mendekat.

" Aku bukan orang yang mudah lupa," ungkapku menatapnya sambil membuka lenganku yang bersila.

" Kamu harus coba terbiasa tanpa aku. Belajar untuk kehilangan. Karna apapun yang kita punya ga pernah sepenuhnya menetap. Dia akan pergi. Begitupun aku," pintanya.

" Sejak kapan kamu tau aku ga pernah kehilangan? Apa yang kamu harapin dari permintaanmu?" tanyaku balik.

" Kebahagianmu," jawabnya singkat.

" Bukan. Tapi demi terlepas dari rasa bersalah," timpalku geram.

Dia terdiam. Tubuhnya mencoba mengambil jarak dariku. Ia sudah tidak menatapku. Pandangannya mulai tertuju ke tempat lain.

Ku lihat seorang wanita menghampirinya sambil membawa sebuah payung berwarna putih bercorak daun hijau. Ia dengan sweater hijau toska dan tas gendong berwarna coklat muda berjalan dengan sumringah mendekat kepada mantan kekasihku.

" Maaf ya lama. Gapapakan anter aku fotocopy sebentar. Abis hujan reda baru kita pulang," ucap Bulan sambil membuka payung yang ia bawa.

" Gapapa lagipula aku ga bawa mantel buat di motor," jawab Raga. Nada suaranya begitu lembut. Sama seperti saat dia pertama kali mendekatiku.

Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang