Coretan 16

23 3 0
                                    


Cinta kadang bikin bego. Bertahan sakit  atau pergi sakit. Keduanya sama-sama sakit. Pertanyaannya apakah bego yang membuat sakit? Bukan. Tapi cintalah yang membuatnya. Jadi mencintalah sewajarnya dan begolah sewajarnya.

Aku berjalan menuju ruang staf untuk menemui pak Pangestu. Kemarin Momon mengamanatiku untuk memberikan surat pengunduran dirinya. Ku bawa surat yang sudah ku buatkan. Sesampainya di sana kulihat pak Pangestu sedang berbincang dengan salah satu karyawan dari divisi lain. Ya, Raga sedang berbincang dengannya.

Aku merasa sedikit gugup dan mencoba mengacuhkan Raga. Dia hanya melirikku. Sepertinya dia masih marah soal kemarin aku pergi dengan Bani. Buktinya tak ada satu pesan atau panggilan darinya di ponselku semalam. Entahlah dia juga sepertinya malas mendengar penjelasanku. Rasanya kesal situasi berbalik seperti ini. Aku kurang suka mengejar.

" Permisi pak maaf ganggu."

" Ada apa Ra. Masuk."

" Saya mau ngasih surat resign pak."

" Oh bentar-bentar. Raga ini tolong sekarang kamu pasang harga baru buat kemeja."

Kulihat Raga mulai beranjak dari kursinya dan pergi keluar ruangan setelah pak Pangestu memberikan barcode harga. Aku sedikit mencuri pandang. Penasaran apakah dia melirik atau tidak. SHIT ! benar saja dia melirikku. Tatapannya tidak sinis tapi terlihat tajam. Setelah dia pergi akupun melanjutkan perbincanganku dengan pak Pangestu.

" Kamu mau resign?"

" Bukan saya pak tapi Momon."

" Loh kenapa? Kok mendadak?"

" Ehm. Dia mau pindah rumah pak. Ini di titip saya soalnya dia lagi ga enak badan."

" Ya sudah kalo begitu. Momon .. momon padahal saya butuh tambahan karyawan karena mau acara Obral gede."

Tok.. tokkk...tok..

" Permisi pak. Ini yang tadi mau interview."

" Oh iya masuk-masuk. Kebetulan Gus. Udah screaning?"

" Belom pak tadi saya cuma di pinta HRD bawa ke bapak aja."

" Ya sudah kalo gitu. Makasih Gus."

Ku lihat seorang gadis berperawakan sepertiku masuk ke dalam ruangan. Dengan cepat aku langsung berfikir bahwa pak Pangestu langsung berniat menjadikannya pengganti Momon. Hah, rasanya cepat sekali mencari pengganti di dunia kerja tidak seperti mencari pasangan.

" Pak kalo gitu saya izin ke counter. Ini surat resignnya Momon."

Gadis yang baru masuk itu hanya tersenyum padaku. Aku tau rasanya menjadi dia. Ya sangat kikuk. Akupun membalas senyumnya dan pergi meninggalkan ruangan.

Sambil berjalan pikiranku sekilas mengingat Raga. Sampai kapan kami begini. Aku tak tahan tapi aku gengsi menyapanya lebih dulu. Tak disangka baru saja dia masuk dalam ingatanku. Aku sudah melihatnya. Dia berlari ke arahku. Wajahnya begitu khawatir. Ada apa dengannya? Deg. Dia melewatiku begitu saja. Aku membalikan badan. Aku semakin penasaran. Namun entah kenapa aku seketika menjadi bisu. Lidahku rasanya sulit mengucap Namanya sampai akhirnya ia hilang dari pandanganku.

Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang