Coretan 5

21 7 0
                                    


     Aku pulang dengan hati kesal. Bagaimana tidak dia hanya menatapku dingin setelah kami berkencan semalam. Mengapa dia membuat pikiranku sulit. Eh tidak bukan begitu tapi dialah yang sulit di tebak. Baik aku akan bersikap yang sama sepertinya. Acuh.

     Aku pun turun dari angkot dan memberikan ongkos ku pada pak supir. Perlahan aku berbalik untuk memasuki gang rumahku. Sontak kaki ku tidak bisa melangkah. Ada apa ini? Apa otot di sekujur tubuhku mengeras kaku akibat menyimpan emosi yang di balut rasa penasaran. Jelas tidak ! Ya bukan karena itu tapi karena dia yang sudah membuatku jengkel sedang berdiri di depan gang rumahku.

     Raga menatapku yang baru turun dari angkot. Dia tidak mendekat hanya mematung sambil bersandar di tiang gang. Mengapa dia membuat posisiku harus menghampirinya. Aku gengsi. Bisa-bisanya dia hanya berdiri pasif. Oh tuhan tapi aku tak ada pilihan lain. Dia pasti menungguku bukan orang lain. Aku masih kesal. Tapi aku tau aku tak punya hak untuk itu kami tak ada ikatan apapun. Otak bantu aku menjalankan logika. Please !

" Hai ko disini."

" Nunggu kamu. Macet?"

" Kamu naik apa?"

" Angkot."

" Oh. Ada apa Ga."

" Ga ada apa-apa. Pengen ketemu aja. Di rumah ada siapa?"

" Ga ada siapa-siapa. Ibu kerja."

" Kalo gitu jangan di rumah. Duduk di situ aja gimana?"

" Boleh."

     Aku mulai mengikutinya. Kami duduk di samping gang rumahku. Ada sebuah kursi yang terbuat dari beton. Biasanya kalau malam tukang mie ayam jamur akan mangkal disini tapi karena ini masih sore jadi pedagang yang biasa mangkal belom muncul. Aku sesekali melihat Raga. Aku penasaran dengan apa yang akan dia katakan. Apa sebaiknya aku menanyakan perihal sikap dinginnya tadi saat di tepat kerja?  Ah tidak aku harus ingat. Ya Dira lo mesti jual mahal sedikit.

" Ra aku minta maaf soal di gudang sama waktu makan siang."

" Eh kenapa? Engga papa ko Ga."

" Harusnya kan aku nyapa kamu."

" Loh ga harus ko Ga. Aku selow."

" Ra, kamu tau kan orang introvert. Aku rasa kamu lebih paham. Aku liat kita sama. Aku tipe cowo yang kurang nyaman kalau hal pribadiku terekspos. Buat ku sekarang kamu masuk dalam daftar pribadi. Kamu mungkin ga tau kalo anak toko itu banyak yang tukang gosip. Aku pengen menjaga kamu biar ga jadi bahan gibah mereka. Apa kamu nyaman kalau kita tetep seperti tadi di tempat kerja. Karena aku pastiin kita akan sedeket ini saat di luar tempat kerja. Aku nyaman begini Ra."

" Ragaaa... kamu punya hak untuk pilih zona nyaman kamu ko Ga. Aku pikir tadi kamu dingin karena liat aku manjat rak."

" Kamu tuh bisa aja kalo becanda. Aku suka ko liat kamu panjat rak kaya tadi. Jadi ngingetin aku sama spiderman."

" Ih Raga masa aku di ibaratinnya superhero cowo kan super hero cewek banyak. Cat women, Galgadot atau siapake Ga."

" Hahaha aku tau yang cocok buat kamu. Sailor moon."

" Ihhh Ragaa."

" Hahahaha. Makasih ya bikin aku ketawa selepas ini. Cuma sama kamu loh aku begini."

     Raga menatapku dalam lalu menundukan wajahnya. Aku malu. Pipi ku perlahan memerah. Mengapa dia berucap seperti itu. Membuatku seketika pergi menembus awan menggunakan roket. Ya tuhan dia tau cara membuatku luluh. Sosoknya begitu berbeda dengan tadi di tempat kerja. Mungkin betul kalau dia kurang nyaman. Eh tapi kenapa hanya denganku dia merasa risih kalau orang mengetahuinya dan tadi mengapa dia sempat bilang aku masuk dari daftar pribadinya? Apa itu artinya? Tidak..tidak aku tidak boleh ceroboh menebak ataupun berucap. Sadar Dira sadar mulut polos ku ini harus betul-betul dijaga agar tak menanyakan hal di luar kendali. Raga apakah dia menyukaiku? Pertanyaan itu harus ku kendalikan agar tetap berada di pikiran dan hatiku. Jangan sampai terucap dari mulut lemesku ini. Ya jangan sampai!

" Oh iya Ra besok aku libur. Kamu sift apa?"

" Aku sift siang Ga. Kamu biasa libur hari jumat?"

" Kadang jumat kadang selasa Ra ya tergantung di ataur jadwalnya. Kamu?"

" Tadi aku baru dapet jadwal Ga. Kalo ga selasa aku libur hari kamis."

" Minggu depan kamu libur hari apa?"

" Selasa Ga."

" Bagus dong. Aku bisa ketemu kamu lebih lama."

" Iya Ga."

"  Ra besok malem aku jemput kamu ya?"

" Abang kamu libur Ga?"

" Abangku jam 7 malam udah pulang kerja jadi motornya bisa ku pakai jemput kamu. Gimana?"

" Boleh Ga kalau ga ngerepotin kamu."

     Aku merasa senang. Raga tak sepasif yang ku pikirkan. Walaupun hanya sekedar menjemput tapi setidaknya dia ada inisiatif. Aku melihat senyum terpancar dari wajahnya. Apa dia juga merasa senang? Aku tak bisa menebaknya. Apalagi menebak isi pikirannya. Sungguh sulit.

" Ra boleh aku tanya?"

" Boleh Ga ada apa?"

" Apa kamu nyaman sama aku?"

" Hah? Ohh nyaman ko Ga. Aku nyambung ngobrol sama kamu."

" Apa aku orang yang susah di tebak menurut kamu?"

" Hah? Eng.. engga ko Ga."

" Kamu tuh dari tadi hah.. hah terus."

" Loh bener Raga buat ku kamu ga terlalu sulit di tebak ko."

" Yakin? Oke kalo gitu aku punya tebakan buat kamu. Buktiin kalo aku orang yang mudah di tebak."

" ehh ohh o.. oke oke."

" Nih ya kalo masuk kemana?

" Ke dalem."

" oke kalo masuk ke dalem berarti kalo keluar kemana."

" Hah? Kalo ke luar ya keluar."

" Salah. Hayoo nyerah?"

" Eh engga-engga belom. Ya kalo keluar ya keluar dong Ga. Oh atauu ini kalo keluar itu kedepan."

" Hemm salah juga Dira. Ayo nyerahh ga nih?"

" Ih Raga apa dong. Kan kalo masuk ke dalem ya kalo keluar ya keluar ke depan keee......"

" Ayo nyerah ga?"

" Ah ya udah iya nyerah. Emang apa?"

" Kalo masuk kan ke dalem. Kalo keluar  ya ke mana aja Ra kamu mau ke pasar ke ke sekolah ke gunung ke pantai terserah Ra."

" Ih Ragaa nyebelin tebakan apaan tu..."

" hahahaha berarti terbuktikan kalo aku itu susah di tebak buat kamu Ra."

" Tau ah Raga. Lagian ngasih tebakan kaya gitu."

" Loh itu paling gampang Dira..."

     Aku masih cemberut sekaligus malu karena tebakan segampang itu tak bisa ku jawab. Yap Raga benar ia memng sulit ku tebak. Sikap dan pikirannya sangat misterius bagiku. Tapi entah kenapa aku tak bisa  lama-lama marah atau kesal padanya. Dia selalu memiliki cara yang ampuh. Cara yang bisa membuatku dengan mudah untuk tersenyum kembali. Raga betul-betul membuatku nyaman saat berada di dekatnya. Aku berharap hanya aku yang berkata begini dan tidak ada wanita lain yang merasa sepertiku. Aku sadar perlahan rasa ku ini tumbuh dengan sendirinya untuk dia. Untuk Raga lelaki dingin yang begitu hangat memperlakukanku. Dia yang membuatku tersenyum dan mesem-mesem sendiri saat ingat perkataannya. Mungkin kali ini aku harus membalas sikapnya yang sudah membuat ku nyaman yaitu memberikannya hak untuk pilihan akan zona nyaman. Zona nyaman dimana dia hanya bisa menatapku di tempat kerja dan membuatku tertawa di tempat saat kami berdua berbincang dan bersenda gurau.

*******

Do you think Of me ? [ Lengkap ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang