Malam ini, pertandingan Basket Nation diselenggarakan. Basket Nation adalah pertandingan klub basket antar SMA kota Naunan. Tim yang memasuki semi final adalah tim SMAN 2 Naunan, tim SMKN 1 Naunan dan tim SMAN 3 Naunan. Artha dipaksa oleh Niana untuk menjadi salah satu penonton pertandingan satu jam kedepan. “Kamu sengaja ya mau bikin aku ketemu sama Mahes?” Artha curiga. “Aku punya idola tau. Anak SMKN 1 namanya Haragi. Panggilannya Agi. Dia tanding lawan Mahes.” Niana tersenyum lebar. “Kamu kenal dia dimana?” Artha sedikit terkejut karena Niana tidak begitu tertarik dengan hal seperti cowo. “Agi itu temen sekelas waktu SD.” Ini saatnya Artha menggoda Niana. Sahabatnya itu sudah mengalami kemajuan dalam pubertas. “Niana udah gede termyata. Niana udah ngga polos lagi. Niana sudah besaaarr.” Artha terus mengatakan kalimat itu dengan riang. Tanpa sadar, ia menabrak seseorang saat menggoda Niana. Dilihat dari ekspresi Niana yang menahan tawa, sudah pasti Artha dalam situasi memalukan. Hanya saja..
“Mahes?” Artha terkejut bukan main. Tawanya luntur seketika. Dinding pertahanan hancur tak tersisa. Ingatkan Artha untuk marah pada Niana. “Kaya ketemu setan aja ekspresinya lo.” Artha hanya tersenyum kikuk tidak tahu harus berkata apa. “Ayo, gue udah pesen kursi buat lo.” Mahes menarik lengan Artha. “Tunggu, aku sama Niana..” Mahes tahu apa yang akan dikatakan mantannya. “Gue yang nyuruh Niana buat ajak lo kesini.” Apakah Mahes salah makan? Atau dia sedang tidak waras? Niana benar-benar puas melihat raut kebingungan Artha.
Mahes melepas genggamannya ketika sudah sampai. Artha baru menyadari sejak tadi Mahes menggenggam tangannya. Mungkin takut Artha terpisah karena banyak suporter yang berdatangan memenuhi kursi penonton. Mahes menempatkan Artha paling depan bersama Niana. Kursi yang mereka duduki adalah kursi VIP yang Mahes pesan sendiri kepada pelatih atas nama keluarganya. Kalau Artha tahu yang sebenarnya, ia akan ibuat sangat bingung oleh sikap Mahes. Peran apa yang Mahes mainkan? Apakah judul cerita mereka ‘Ketika Mantan Lebih Romantis Daripada Saat Pacaran?’ Beruntungnya Mahes karena Artha terlalu senang melihat anggota tim lainyang tampan-tampan. Sehingga tidak akan ada pertanyaan dari Artha sampai ia mencari tahu sendiri.
“Alhamdulillah, sekarang bisa cuci mata.” Artha tersenyum sangat lebar. “Heh, jaga mata dong bu haji.” Niana menyenggol lengan Artha. “Mana sih yang namanya Agi?” Artha penasaran. Dengan malu-malu Niana menunjuk pemain basket yang sedang mendribble bola basket. Berkostum gelap bernomor 04. “Itu Agi.” Artha paham mengapa Niana sangat tertarik dengan Haragi. Tinggi badan yang melebihi sekitar, bermata sipit dan senyumnya yang berbentuk bulan sabit. Tipe ideal seorang Niana ada pada diri Haragi. “Semangat Agi!” Haragi menoleh ke arah suara lantang yang beru saja memanggilnya. Niana menutup mulut Artha secara spontan mengakibatkan Artha terjungkal ke belakang. Lalu, ia mnutup wajahnya agar Haragi tidak bia melihat. Niana sangat ingin memukuli sahabatnya itu. “Anjir lo ya mau bikin gue ketauan.” Artha hanya tertawa terpingkal-pingkal. Artha menatap Haragi, tak menyangka Haragi masih memperhatikannya. Artha hanya menunjukkan deretan gigi sambil menunjuk Niana yang masih sibuk menutupi wajahnya.
Mahes memperhatikan tingkah Artha sedari tadi. Dengan langkah panjang, Mahes mendatangi Artha memberikan botol minum. “Apaan sih ini?” Artha heran dengan Mahes yang bertingkah sebelum pertandingan. “Lo pegang botol gue. Lo harus peka kalo gue haus.” Mahes memberi interupsi. “Aku ke sini buat nonton. Bukan jadi asisten kamu. Titipin aja ke pelatih. Banyak anggota cadangan juga.” Artha hendak mengembalikan botol minum tersebut. “Gue takut diracunin.” Mahes bersikeras membuat Artha menerima botol miliknya. “Pusing gue jadi nyamuk kalian.” Niana mengambil botol yang masih mengambang di jari Artha lalu menaruhnya di tas Artha. “Lo udah gue anggep adik, jadi tugas lo sebagai adik dimulai dari sekarang.” Artha ingin membalas perkataan Mahes namun bunyi peluit sudah berdenging. Waktunya Mahes dan Haragi bertanding.
Niana merapalkan doa-doa agar Haragi memenangkan pertandingan. Doanya bergulat dengan doa Artha yang sudah pasti menginginkan kemenangan bagi Maheswara. Seluruh penonton bersorak ketika wasit melempar bola ke atas untuk diperebutkan kedua tim. Suara riuh memenuhi aula pertandingan ketika poin pertama dicetak oleh Mahes. Pandangan matanya sesekali mengarah pada Artha. Tawanya tak bisa dicegah kala ia melihat Artha melompat riang saat bola pasingannya masuk ke ring.
“Cowo aku itu-“ Artha menutup bibirnya merasa kelewataan saat berbicara tadi. Niana tertawa keras mendapatkan momen balasan yang membuat keduanya malu. “Lo terlalu jujur tau ga?” Niana masih tertawa. “Ya maap. Saking senengnya aku tuh.” Artha blushing.
Babak ketiga selesai dengan skor kemenangan SMAN 2 Naunan 56 – 44. Tim Maheswara asih memimpin enam bola dari tim Haragi. Tatapan Niana tak pernah lepas dari apapun yang dilakukan Haragi. Mulai dari minum, mengobrol, bermain, semuanya Niana lihat diam-diam tanpa tahu jika Haragi tidak bisa ditipun dengan tatapan seintens itu. “Kamu diem aja daritadi, Ni. Kenapa? Menghayati banget liat Agi.” Niana menimpuk Artha menggunakan botol Mahes. “Rese lo, gue biasa aja.” Sudah jelas ketahuan, masih saja mengelak. “Tha, gue haus.” Teriak Mahes dari pinggir lapangan. Duh, Artha ingin segera menjebloskan Mahes ke dalam sumur tapi tidak rela. Artha menghampiri Mahes langsung memberikan botolnya. “Udah ah aku mau duduk lagi.” Artha berbalik namun dicegah oleh Ganendra, teman satu tim Mahes.
“Cewek cantik mending duduk di kursi tim.” Genggaman Ganendra tidak mengendur. “Siapa?” Artha mengernyit. “Gue Ganendra. Panggil aja Nendra. Temen mantan lo.” Ganendra menyalami tangan kanan Artha tapi tidak mau melepaskan. “Diem lo. Dia bukan orang yang bisa lo gangguin seenaknya.” Mahes menarik Artha agar menjauh dari Ganendra seakan bahaya akan menimpa mereka berdua. “Lo duduk sama Niana lagi.” Mahes berlari menuju lapangan. Artha ingin sekali menuju Niana sedari tadi namun dicegat oleh Ganendra. “Mau kamu apa sih?” Ganendra menatap Artha dari atas sampai bawah seperti melecehkan. “Gue suka cewek kayak lo.”
Deg!
Dasar gila.
Please kasih bintang dan komen ya biar author bisa memperbaiki kesalahan dan semangat nulisnya💓
Thank you my readers!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBALIK
Teen FictionHidup tidak selalu sejalan. Mencintaimu pun bukanlah sebuah keinginan. Sebab, patah hati menjadi sebuah keharusan yang ku dapatkan. Karena denganmu, tinta beracun yang ku temukan. Namun, seperih apapun tetap saja bahagia harus ku cipta bukan? -Artha...