GANENDRA

5 0 0
                                    

Banyak uang, banyak wanita simpanan. Itulah prinsip seorang putera dari keluarga kaya raya. Uang dari orang tua digunakan untuk berfoya-foya menggandeng banyak wanita. Dunia malam adalah ciri khasnya. Tapi ia tetap anak mamah. Tidak peduli bagaimana ia berperilaku, mamah adalah sosok yang sangat dihormati. Beberapa anggota tim basket puteri sudah menjadi simpanannya sejak lama. Berhubungan dengan Ganendra adalah yang paling menyenangkan tetapi juga mengorbankan segalanya. Jika Ganendra mendapatkan apa yang ia inginkan dari cewek incarannya, maka Ganendra dengan senang hati memberikan hartanya.

Mata gelap Ganendra memperhatikan Artha sejak Mahes menggandeng tangan cewek polos itu. Dengan pengalamannya merayu banyak wanita, ia merasa akan mendapatkan keberuntungan dengan merebut gadis sang kapten. Ganendra ingin membuat Mahes marah. Dia tidak suka selalu dikalahkan Maheswara. Tubuh tinggi tegap yang selalu menjadi sumber kebencian Ganendra selama ini akan dihancurkan hatinya oleh Ganendra sendiri. Sepertinya ia sudah tahu akan berbuat apa terhadap gadis yang dicintai sang kapten secara diam-diam.

“Lo kenapa, Tha? Kayak ketakutan gitu.”  Niana menggenggam tangan Artha berkeringat dingin. “Kita langsung balik aja ya Ni abis pertandingan Mahes sama Agi.” Artha mencoba bersikap biasa saja. “Oke.” Niana masih menaruh curiga. Terlebih, Niana melihat gerak-gerik Ganendra tadi seperti mengancam Artha. Artha tidak tahu bahwa Ganendra sangat berbahaya. Buaya tingkat satu yang tidak mudah menyerah demi mewujudkan ambisinya.

Kemenangan berada dipihak SMAN 2 Naunan. Tim Haragi kalah karena kurangnya stamina pemain. Di menit terakhir, Haragi sempat mengalami cedera di bagian kakinya akibat dorongan Ganendra. Sungguh, Niana ingin menendang cowok hitam manis itu ke lumbung padi. “Agi!” Niana terkejut setengah mati karena dorongan yang begitu kuat sampai membuat Haragi terjerembab. Karena itu pula, Ganendra dikenakan pelanggaran serius dengan hukuman tidak diperbolehkan bermain di pertandingan selanjutnya. Dan ia akan bebas hukuman setelah pertandingan pekan depan.

“Hebat tadi mainnya.” Artha menaruh botol  Mahes yang sudah kosong di kursi pemain. “Iyalah kan ada lo.” Artha mencubit pinggang Mahes karena serangan jantung yang tiba-tiba hinggap. “Bodoamat. Aku mau pulang.” Artha pamit. “Lo sama Niana kan baliknya?” Artha menggeleng. “Aku balik sendiri. Niana lagi ngurus Agi yang cedera tadi.” Mahes khawatir. “Sorry ya ngga bisa nganter lo. Motor di tim Cuma sedikit.” Artha mengangguk paham. “Aku biasa sendiri, sebelum sama kamu.” Serangan gombal dari Artha langsung dihadiahi tawa ringan dari Mahes. Artha sudah meninggalkan Mahes setelah gombalannya terlontar. Ia berlari guna menutupi rasa malunya.

Artha menunggu jemputan di depan gor pertandingan. Merasa lapar, Artha membelok menuju tukang cilok. Tidak disangka, Ganendra berada di tempat yang sama. “Kalo jodoh emang ngga kemana.” Ganendra melantur. “Mang, ciloknya marebu.” Artha tidak menggubris sahutan Ganendra. “Gue serius soal yang tadi. Gue suka sama lo.” Gurat senyum Ganendra menghilang. “Baru juga ketemu udah main suka aja kak.” Artha mengambil colok pesanannya, tidak menatapa Ganendra. “Lo emang beda dari simpenan gue. Gue mau lo jadi pacar gue.” Artha merasa tidak nyaman dengan tatapan serta kalimat agresif Ganendra. “Makasih mang.” Artha langsung lari terbirit-birit saat melihat mamang ojek langganannya datang. Ucapan Ganendra barusan sangatlah menakutkan bagi pendengaran artha.

Mahes datang ke kantin lebih lambat dari biasanya. Tempat tongkrongannya sudah terisi penuh oleh anggota tim basket termasuk Ganendra. “Tumben lo telat, Hes.” Wildan menyapa Mahes terlebih dahulu. “Pelajaran bu Ningsih.” Semua mengangguk karena paham selama apa jika bu Ningsih menjelaskan materi. “Hes, mantan lo cantik.” Mahes menatap Ganendra waspada. “Gue mau jadiin dia simpenan gue.” Suasana berubah menjadi canggung. Semua anggota terperanjat kaget mendengar perkataan Ganendra. “Gila lo, Ndra. Kayak ngga ada cewek lain aja.” Wildan mencoba melucu. “Gue serius. Cewek polos kayak gitu, cocok buat jadi simpenan gue.” Ganendra menampakkan senyum smirk-nya. “Coba aja. Siapa yang tau?” Mahes sarkas. Tahu Ganendra bungkam, Mahes pergi ke warung sebelah membeli minum. Tujuannya adalah menetralisir amarahnya karena perkataan Ganendra. Tidak mungkin kan Artha menerima Ganendra? Artha masih jatuh hati pada Mahes, harus.

Artha mengunjungi salah satu toko aksesoris di sebuah mall bersama Niana. Cewek mana yang tidak betah jika sudah melihat macam-macam aksesoris seperti kalung, gelang, karet rambut dan lainnya. Gazana Store merupakan toko aksesoris terlengkap di kota Naunan. Artha yang sedang asik memilih cat kuku tersadar bahwa tangannya bersenggolan dengan tangan kekar entah siapa.

“Eh sorry- Kamu!” Artha terkejut. “Holla, mantannya Maheswara.” Ganendra tersenyum manis. “Tha kenap-“ Niana segera mengirim pesan kepada Mahes setelah ia melihat Ganendra. “Ini siapa, Tha?” Niana menyikut pelan Artha. “Temen Mahes. Aku permisi.” Artha mencoba menyingkir dari pandangan Ganendra. Lagi-lagi, Ganendra menahannya. “Gue mau deket sama lo. Kita ngedate sekarang.” Wajah Artha maupun Niana syok berat. “What the.. lo ngga bisa seenaknya maksa ngedate gitu woy.” Niana menarik Artha agar berlindung di belakang punggungnya. “Lo jangan coba-coba main-main deh sama temen gue.” Ganendra malah tersenyum. “Sayangnya, gue ngga main-main.” Tangan Niana terkepal. “Ni, kayaknya aku yang harus nyelesain ini. Gapapa kalo aku tinggal?” Artha memberanikan diri. “Lo yakin Tha? Apa yang bikin lo berubah pikiran?” Niana tahu, pemikiran Artha pasti terpengaruh sesuatu. “Nanti aku ceritain. Sekarang, aku ikut Ganendra.” Keputusan Artha disenangi Ganendra. “Hati-hati, Tha. Kabarin gue kalo lo udah di rumah.” Artha mengangguk sebelum tangannya ditarik Ganendra pergi.

Mahes datang ketika semua sudah terjadi. Hanya ada Niana seorang diri. Hati Mahes mencelos. Kedatangannya sangat terlambat untuk mengamankan Artha. Ia berhenti tepat disamping Niana Tunggu, mengapa Mahes begitu mengkhawatirkan Artha? Padahal dirinya yang meninggalkan Artha. “Lo terlambat. Artha udah dibawa sama Ganendra. Seharusnya lo jujur, Hes.” Niana menengok ke arah Mahes, kemudian pergi. Mahes hanya terdiam gusar sembari berdoa agar hati Artha masih bisa diamankan.











Please kasih bintang dan komen ya biar author bisa memperbaiki kesalahan dan semangat nulisnya💓
Thank you my readers!❤

SEBALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang