Artha menarik tangan Niana dan Agi berjalan cepat menuju parkiran. Dengan tergesa, Artha menunjukkan foto yang diterima dari nomor tidak dikenal yang menelponnya. Wajah Niana dan Agi menegang bersamaan. Lalu, mereka pergi ke kelab sesuai petunjuk Artha. Dua orang penjaga berbadan besar menghalangi langkah mereka bertiga ketikan ingin memasuki kelab. "Anda siapa?" tanya salah satu penjaga. "Aku tamu VIP Ganendra." Kedua penjaga dengan cepat mempersilahkan mereka masuk. Artha tahu pasti mereka mengenal tamu VIP-nya. Terlebih Ganendra sering kemari. Niana dan Agi mengikuti Artha dari belakang mencari-cari terdakwa Mahes.
Artha menemukannya dalam keadaan sadar. Masih dengan pose yang sama. Tapi Mahes tiba-tiba saja merapatkan pelukannya kepada wanita tersebut. Mengapa? Mengapa Mahes senang sekali mencari masalah agar bisa berdebat dengan Artha? Diga dan Yunaf terkejut dengan kedatangan Artha. "Hes. Hes!" panggil Yunaf. "Bangsat! Ada Artha." Diga berbisik sembari menyenggol lengan Mahes. Niana dan Agi pergi mencari Ganendra yang hilang. Mahes menatap Artha dengan tatapan yang sulit diartikan. Berbisik sebentar kepada wanita penghibur yang sedang memeluknya. Beberapa detik kemudian, wanita itu pergi. "Hai, sayang." Sapa Mahes dengan tatapan setengah sadar. Artha tahu Mahes sadar. Artha tahu Mahes hanya berpura-pura mabuk minuman.
Artha menatap Mahes datar. Sungguh, Artha seharusnya langsung melayangkan tinju pada Mahes. Tapi, perkiraan Mahes salah. Hal ini membuat Mahes menjadi bimbang. Apakah melanjutkan aktingnya akan baik-baik saja? Tatapan Artha menemukan Ganendra sedang menjelaskan sesuatu kepada Niana dan Agi di tempat duduk dekat bartender. Dilihatnya Mahes dengan seksama. "Lagi ngga open casting mas di kelab ini." Kalimat yang baru saja meluncur dari bibir manis Artha adalah tamparan bagi Mahes. Ya, Artha yidak bisa tertipu dengan sikap Mahes. Tidak semudah itu membuat Artha percaya sepenuhnya kepada sifat Mahes yang tiba-tiba buruk.
"Tha, lo ngga marah? Gue tadi meluk cewek." Mahes tidak ingin usaha mengelabui Artha menjadi sia-sia. "Aku liat sendiri." Artha masih membelakangi Mahes. "Gue selingkuh. Gue ngerusak kepercayaan lo. Gue suka sama cewek tadi." Mahes membalikkan badan Artha secara kasar. Sontak saja Artha langsung menepis sentuhan Mahes. "Yaudah sana, pacarin dia juga." Nada suara Artha meninggi. "Aku kasih satu kesempatan lagi buat kamu. Tolong, pertimbangin apa yang mau kamu tunjukkin dikesempatan terakhir ini." Kedua tangan Mahes melemas. Tidakkah ini malah buruk baginya? Mahes menjadi pusat perhatian beberapa detik karena perkataan Artha yang menohok.
Diga dan Yunaf mendekati Mahes yang masih mematung. "Mending kita akhirin aja, Hes. Lo kalo mau mutusin Artha ya putusin aja bangsat. gausah akting lo. Lagian lo kan janjinya cuma nongkrong doang ogeb bukan ngedrama." Diga menepuk pundak Mahes kemudian duduk di sofa semula. "Gue harus tuntasin ini." Mahes menepuk bahu Yunaf, mendahuluinya ketikan Yunaf hendak berbicara. "Eh sialan! Woi jangan nyari ribut bego!" Mahes mengabaikan omongan Yunaf. Mahes berjalan ke lantai tengah untuk menari bersama wanita yang bersamanya tadi. Wanita itu dengan senang hati meladeni Mahes. dengan tarian-tarian intim, mereka menari tanpa beban.
Artha mual melihat tingkah pacarnya. Niana maupun Agi saling menutupi mata mereka agar tidak ternodai. "Lo mau minum?" Ganendra mengangkat sebelah alisnya menggoda. "Aku masih sadar." Artha tertawa pelan. "Gue ngga tau kenapa Mahes mau banget lo mutusin dia padahal dia sayang sama lo." Artha tersenyum tipis. "Aku mau lemon tea, Ga." Ganendra mengangguk lalu menyampaikan pesanan Artha kepada Miko. "Aku udah cape sama sodara tiri kamu, Ga. Aku ngga bisa ngejalanin hubungan banyak drama. Kalo dia mau hubungan ini berakhir, aku kasih dia kesempatan sekali lagi buat bilang hal yang sama di jaman putih biru." Memori dulu kembali menguar lewat lemon tea yang baru disajikan.
"Lusa, ulang tahun Mahes." Artha mengarahkan duduknya ke arah Ganendra. "Bantuin aku bikin kejutan ya, Ga. Siapa tau ini yang terakhir." Artha meminum lemon tea-nya. "Gue harus ngapain?" Ganendra bersemangat membantu gadis incarannya. "Bikin candi sana." Senyum lebar Ganendra menghilang tatkla yang didengarnya adalah sebuah candaan. "Gapunya jin gue Tha." Artha, Niana dan Agi tertawa keras. "Tha, balik yuk." Ajak Niana. "Ga, aku duluan. Salam buat mamah sama ibu." Artha menyampirkan sling bag miliknya. "Hati-hati, Tha." Agi menepuk pundak Ganendra sambil berlalu. "Gue tau Tha. Lo pasti nangis bentar lagi." Ganendra meneguk lemon tea pesanan Artha yang tidak habis tepat dicap bibir Artha.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBALIK
Teen FictionHidup tidak selalu sejalan. Mencintaimu pun bukanlah sebuah keinginan. Sebab, patah hati menjadi sebuah keharusan yang ku dapatkan. Karena denganmu, tinta beracun yang ku temukan. Namun, seperih apapun tetap saja bahagia harus ku cipta bukan? -Artha...