RUNTUH

1 0 0
                                    


Tim basket SMAN 2 Naunan telah selesai mempersiapkan segalanya untuk event nasional. Hanya tinggal fisik dan kesehatan yang harus mereka jaga. Tim sedang mengadakan rapat untuk pemberangkatan lusa. Malik, selaku coach menjelaskan sistem pemberangkatan serta pola-pola yang akan digunakan di pertandingan pertama. "Jadi, persiapkan fisik dan mental kalian. Kita harus bisa membuktikan kalo kita yang paling unggul di sekolah ataupun di luar sana." Ucapan Malik membuat seluruh anggota bersemangat termasuk Mahes. Tunggu, ada yang kurang dalam tim. Ada yang hilang di antara mereka. Malik pun bertanya-tanya mengapa Ganendra tidak menghadiri rapat. "Coach, Ganendra ngga ada kabar." Wildan memberitahu. "Ada yang tau dimana Ganendra?" sesuatu mengganjal di hati Mahes. Semua hening memikirkan kemungkinan yang terjadi pada Ganendra.

Tok tok tok.

Seorang siswa memasuki ruang sekre Basket. Dengan wajah khawatir dan tangan gemetar. "Ada apa, dik?" ia meraup udara banyak sebelum mengatakan sesuatu. Sepertinya, ini kabar buruk. "Pak, pola game tim Basket Naunan 2 bocor ke sosial media." Tim tampak muram. "Kamu tau dari siapa?" siswa tersebut memperlihatkan postingan tangkapan layar dari power point yang baru saja dipresentasikan oleh Malik. Nama pemilik akun adalah Ganendraaz. "Kurang ajar." Wildan marah. Mahes tidak menyangka perlakuan Ganendra bisa sejauh ini. Ponsel salah seorang anggota berdering."Apa? kampret! Oh iya makasih bang." Mereka semua bertanya-tanya ada kabar apa lagi setelah ini. "Coach, Ganendra kecelakaan motor sama ceweknya. Keadaan motornya rusak parah. Ganendra sama ceweknya dibawa ke RS Matra." Kabar duka berikutnya untuk tim Naunan 2. "Cewek yang mana?" Wildan penasaran siapa yang terlibat dalam kecelakaan. "Ar.. ar siapa ya tadi?" Seketika Mahes membeku. Apakah mungkin? "Maksud lo Artha?" tanya Mahes. "Nah iya itu. Eh mantan lo dong Hes?" Mahes mengusap wajah dengan kasar. "Berengsek!" Mahes langsung pergi meninggalkan ruang sekre bersama Wildan disusul anggota lainnya. Malik terduduk lemas. Ia harus mengatur ulang pola yang akan digunakan.

Mahes mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Wildan bersama anggota yang lain mengikuti Mahes dari belakang seperti geng motor yang ingin bertarung. Hanya wajah Artha yang terpatri dalam pikiran Mahes. Bagaimana kondisinya? Apakah Artha baik-baik saja? Artha, bertahanlah. Deru mesin beberapa motor terdengar memasuki area parkir RS Matra. Mahes langsung bergegas menuju bagian informasi. "Permisi pak, pasien atas nama Arthawidya dan Ganendra di ruang mana ya?" Petugas yang berjaga langsung mencari data di komputer. "Arthawidya masih di UGD. Kalo pasien Ganendra di ruang ruang operasi 1." Mahes mengucapkan terima kasih sambil berlari.

UGD

Mahes melihat Niana sedang duduk termenung di kursi tunggu. Tidak terlihat keberadaan kedua orang tua Artha. Mahes menghampiri Niana. "Artha gimana?" Niana meneteskan air mata. "Ada pendarahan di kaki Artha. Gue ngga tau kronologinya. Tapi, Ganendra sengaja bikin kecelakaan itu terjadi. Rekaman CCTV mobil di belakang mereka ngerekam semuanya. Ganendra bikin Artha celaka, Hes." Sebuah tangan mengusap pundak Mahes. Ternyata, ibu Jasmin berada di sini. "Ibu?" Mahes terheran. "Ganendra menabrakkan motornya ke mobil ibu, nak." Ibu Jasmin menangis. Mendekap Mahes yang masih tidak mengerti.

Ganendra masih berada ruang operasi 1. Dokter sedang berjuang membuat Ganendra tetap hidup. Kondisi yang diketahui Niana bahwa Ganendra terluka parah. Ganendra sempat kehilangan banyak darah. Mamah Ganendra berdoa tiada henti untuk keselamatan sang putera. Putera satu-satunya yang menjadi kekuatan hidupnya tidak boleh pergi seperti suaminya. Hidupnya sudah pelik sejak lahir, mamah Ganendra tidak ingin merasakan kepedihan yang lebih dari kemarin. Pertemuan dengan Jasmin barusan membuat Givana menyadari bahwa menutupi kebenaran adalah kesalahan. Sikap Ganendra memang terkenal temperamental. Sudah sejak lama Jasmin menyarankan Givana memberitahukan yang sebenarnya namun Givana menolak karena tak ingin puteranya sedih. "Endra, jangan tinggalkan mamah." Givana terisak.

SEBALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang