✩ 1

641 45 2
                                    

Tujuh hari

"Assalamualaikum. Eh bi indah. Kok sepi banget bi?" Salam sheena sembari membuka sepatunya.

Bi indah tersenyum, "iya lagi keluar semua non. Baru pulang sekolah ya?"

"Hehe iya bi. Oh iya, olannya ada bi?" Tanya sheena.

Bi indah tampak termenung. "Bi indah??"

"eh iya non"

Sheena tertawa "kok bengong? olannya ada di atas kan? Naila langsung naik ke atas ya bi"

Sheena langsung naik ke atas, tepatnya ke kamar azka. "ASSALAMUALAIKUM OLAANN ADA NAILA NIIHHH" teriak sheena seperti biasa.

Kosong.

Sheena tampak heran lalu turun untuk mencari bi indah. "Bi, olannya kemana ya? Kok di atas gak ada?"

Bi indah mendekat lalu mengelus pundak sheena, "yang sabar ya non"

Deg.

Sheena terdiam lalu mengusap mukanya. "Nanti malam pengajian 7 harinya den olan, non naila dateng kan?" Tanya bi indah.

"Nanti naila bantu semuanya" sheena tersenyum tipis "Naila ke atas dulu ya bi"

Bi indah mengangguk. Sheena berjalan ke kamar azka. Satu persatu air matanya jatuh kembali tatkala menyadari bahwa sosok yang selama ini ia tatap tak lagi ia temukan.

Tidak seperti tadi yang menggebu-gebu berharap sang pemilik kamar menyambutnya seperti biasa. Kini, sheena membuka kamar itu perlahan.

Wangi khas azka langsung menyeruak masuk ke dalam hidung sheena yang membuat air matanya jatuh lebih deras.

Tak ada lagi senyum hangat yang menyambutnya. Tak ada lagi omelan yang sheena dapat ketika ia berteriak.

"Naila gak tau kapan nai bisa sepenuhnya ngelepas olan" ujar sheena sembari memeluk jersey basket milik azka "naila gak biasa sama perubahan baru hidup nai. Berubah 180 derajat gak ada olan"

"Udah 7 hari lho, naila gak meluk olan. Udah 7 hari juga naila jadi berangkat sekolah sendiri. Terkadang naila masih gak inget kalau olan udah pergi. Naila masih nganggep semuanya kayak seperti biasa. Ternyata, Gak ada olan disini se-menyakitkan itu ya" ujar sheena masih memeluk jersey milik azka yang sudah sedikit basah.

Sheena diam. Tak bersuara lagi. Karna sepertinya kata-kata pun tak mungkin sanggup mewakili hati nya.

Bi indah terenyuh mendengar isak tangis sheena dari luar. "Non naila sayang banget sama den olan, den" ujarnya sembari melihat foto azka yang dipajang di dinding.

Tak akan ada yang benar-benar siap dengan yang namanya kehilangan. Satu kata yang menghantarkan beribu perasaan sakit yang mendominasi.

Kecewa.

Hancur.

Teraduk menjadi satu.

Hingga menjadi patah.

Dan mungkin menjadi sedih yang tak berujung.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang